webnovel

Owagaita

Itu adalah sepuluh tahun yang lalu, aku dan dia berkenalan di dunia Maya. Kami berada di grub sosial media yang sama yang bertujuan untuk mengembangkan kreativitas menulis. Kami berkenalan dengan singkat, tetapi kami melanjutkan hubungan di dunia Maya itu sampai tiga tahun lamanya, sampai aku kira aku mengenalnya dengan baik. Tentu kami tahu wajah satu sama lain lewat foto karena aku menolak untuk video call dan telepon. Aku sangat pemalu dan tidak punya tujuan hidup. Namun, dia membuatku merasa bersemangat kembali untuk menemukan tujuan hidup. Yah, aku pikir hubungan kami akan terus berlanjut selamanya, tetapi itu pikiran naif, hubungan kami terputus karena suatu alasan. Dunia setelah sepuluh tahun itu sangat berbeda, aku tidak menyangka ada teknologi super canggih yaitu super computer Herius yang dikembangkan pertama kali untuk uji coba game VR dari Soyeru Group Japan. Namun, aku tidak bisa menikmati game itu seperti orang-orang kaya yang mampu membeli bahkan alat VR Gear paling mahal. Aku tinggal di sebuah kontrakan kecil di pemukiman yang cukup kumuh di Kota Semarang, tentu saja kondisi saat ini sangat berbeda dari yang dulu, banyak pengembangan yang terjadi pada hampir seluruh wilayah Indonesia. Aku tidak akan membahas tentang politik karena hidupku sudah susah dengan bekerja seharian untuk mencukupi makan pada hari tersebut. Namun, aku sungguh-sungguh berharap ada keajaiban yang terjadi meski itu adalah khayalan semata. Namun, pada suatu hari saat aku diputus oleh pacarku dan ditendang keluar dari rumah kontrakan, aku tidak tahu apakah itu keberuntungan atau apa, seorang wanita yang sangat terkenal di dunia dengan nama akun Ruby Rose mendatangiku dan mengatakan sesuatu yang tidak terduga. "Teman, akhirnya aku bisa bertemu denganmu." Dan sejak itu hidupku berubah. ***

Miharu2Tachi · Urban
Not enough ratings
7 Chs

2. Break(1)

1 Oktober 2032, dalam game Osigna.

Penjara Bawah Tanah Venzuela.

"Kepung dia! Serang dari dekat, sebagai penyihir, dia pasti memiliki HP(Health Point) yang rendah!"

Tarnia, ranker peringkat 100 dari keseluruhan pemain peringkat global. Sebagai pemimpin Guild Battle Angel, sulit memusnahkan satu orang musuh itu mencoreng harga dirinya.

Dia memerintahkan 10 anggota inti guild dan 20 anggota tim untuk menyerang seorang pemain.

Pemain yang memiliki dendam mengerikan itu, yang tak peduli berapa kali dia dibunuh dalam game mengerahkan semua kekuatannya. Rambut merah panjangnya berkilauan menanggapi permata-permata sihir yang terus-menerus digunakan.

"Itu penipuan, kemampuan gila! Bagaimana mungkin ada pemain monster sepertinya?!"

Salah satu anggota Guild Battle Angel berteriak kebingungan.

"Tidak perlu takut, dia sendirian, sehebat apapun dia, kita akan tetap membasminya sampai dia menghapus akunnya dua kali, kuhahaha."

Tarnia tertawa senang sambil merencanakan serangan menyeluruh dalam sekali sinyalnya, seluruh anggota tim penyerangan itu bersiap menunggu komando.

Namun, pada saat itu —

"Red Dragon Field."

Mana merah yang menari-nari di sekitarnya membentuk rawa-rawa di bawah semua pemain yang termasuk Guild Battle Angel, anggota tim yang tidak menjadi bagian dari guild, terlempar keluar dari Penjara Bawah Tanah Venzuela.

Semua ekspresi 22 orang itu berubah ketakutan, mereka tak akan pernah menyangka bahwa mantan anggota yang mereka tipu akan membalas dendam dengan cara yang mengerikan.

Pemain yang menutupi wajahnya itu, mengganti senjata dari staf menjadi pedang.

Tarnia mengeluarkan tombaknya bersama dengan yang lain, pertempuran 1 vs 22 itu akan dikenang sebagai pertempuran fenomenal di Osigna.

"Dia seorang Magic Swordman."

Tarnia terlambat menyadari identitas kelas musuhnya.

Sokeok!

Musuhnya menyabetkan pedang dengan mana merah dari arah yang tak terduga.

'Di belakang! Teleportasi!"

Keok!

"Red Arrows."

Kali ini mereka memucat karena pemandangan ribuan panah merah di atas kepala mereka masing-masing.

Triiiiiiing!!!!

Suara berdenging nyaring mengganggu konsentrasi semua anggota selain Tarnia, dia menatap fokus pada musuhnya.

Tiba-tiba pesan sistem menginterupsi—

[Bos Penjara Bawah Tanah telah terbangun!]

Pada saat itulah, suara berdenging menghilang dan ribuan panah merah jatuh menyerang.

"KAU!!!"

Tarnia murka, musuhnya melarikan diri setelah penyerangan dengan dua mantra sihir tingkat atas yang menewaskan lima orang anggota inti dan merusak daya tahan item-item mereka.

Namun, mereka mengalami kemalangan yang lebih besar, Bos Penjara Bawah Tanah membantai mereka semua.

***

1 April 2030 pukul 01.00

Wawancara itu hanya berlangsung selama 15 menit, aku mengingat setiap informasi yang disampaikan para pemain profesional itu.

Bagaimanapun aku memiliki keinginan besar untuk bisa memainkan game itu, yah tidak sekarang.

Hidupku dengan nama palsu tidak semenyedihkan yang terlihat. Aku memang gampang putus asa dan frustasi ketika datang ke sesuatu yang mustahil dan sulit.

Namun, untuk sesuatu yang kusukai, aku akan sangat bersemangat untuk mendapatkan dan mempelajarinya.

Triing~

Itu pasti Nyonya itu yang menelpon untuk menagih sewa kontrakan, tetapi kontak yang tertera berlawanan dengan dugaanku.

(Pacar)

Aku memang belum menikah, tapi bukan berarti tidak pernah merasakan seperti apa pacaran meskipun sangat sibuk dan tak punya waktu untuk bersama. Jadi, ini adalah yang orang lain sebut sebagai LDR.

Aku mengangkat teleponnya.

(Gita, kapan kau akan punya waktu untukku?)

Suara seraknya enak didengar, apakah aku menyukainya? Itu benar. Akan tetapi, aku tidak mencintainya atau lebih tepatnya belum. Hubungan kami masih baru satu bulan dan itupun sebagian besar lewat dunia Maya.

"Kenapa? Kau merindukanku?"

Aku menjawab sambil memperhatikan sekeliling yang mulai sepi, aku harus pulang.

(Tentu saja! Kok cuek banget sih, kau sedang apa dan di mana?)

Aku menuju sebuah warung yang masih buka, meskipun teknologi semakin maju, kebiasaan masyarakat takkan berubah.

Itu sudah menjadi ciri khas yaitu sederhana dan tradisional.

"Aku di alun-alun menonton wawancara salah satu pemain profesional."

Karena aku tidak mencintainya, itu membuatku merasa bersalah, jadi sebagai penebusan, aku tidak akan menceritakan segala kesulitanku padanya.

(Oh, aku juga menontonnya, sayangnya harga kapsul VR Gear terlalu mahal, jadi aku tak bisa ikut memainkannya. Jika aku punya uang yang banyak, aku akan beli dua kapsul, jadi kita bisa main bareng!)

Deg!

Perasaanku jadi memburuk.

"Taha, bisakah kita membicarakan hal lain? Apa saja yang kau lakukan hari ini?"

(Beritahu aku dulu di mana kau saat ini tepatnya, aku sudah di alun-alun!)

Apa?!

Apa dia sudah ada di alun-alun sejak tadi?

Aku menengok ke belakang mencarinya.

Tak ada. Alun-alun itu sepi, cukup aneh karena baru 1 jam yang lalu itu sangat ramai hampir penuh. Papan digital menayangkan iklan.

Pluk!

Tiba-tiba pandanganku gelap karena tertutup sesuatu.

"Aku sejak tadi ada di warung itu, Gita."

Tangannya menutupi mataku.

"Dasar kau ini," kataku sambil tersenyum dan berbalik.

Alasan kenapa aku tidak punya kepercayaan diri adalah trauma masa kecil, itu belum berubah. Aku penasaran apakah Taha benar-benar mencintaiku seperti yang dia katakan saat menembakku sebulan yang lalu di sini?

Kadang-kadang aku menganggap diriku belum memiliki pacar, yah fakta itu sengaja kulupakan sesaat. Dia terlalu baik.

"Kau mau makan lumpia? Ini, aku membelinya untukmu barusan."

Mungkin aku akan jatuh cinta padanya jika dia terus seperti ini, sangat perhatian.

"Terimakasih, kau tidak jauh-jauh datang ke sini hanya untuk bertemu denganku, kan?"

Dia tersenyum penuh arti.

"Kau menginap di rumah temanmu lagi?"

"Ya, ayo kuantar pulang, ini dini hari, bukankah cukup dingin. Brrr."

Aku baru sadar kalau dia memakaikan jaket tipisnya padaku dan dia hanya memakai kaus berlengan pendek.

Saat aku akan melepas jaketnya, dia menahanku.

"Kau tidak suka dingin, kan. Ayolah jangan membuatku kecewa, setidaknya aku bisa melakukan ini untukmu. Ayo."

Dia menggandeng tanganku.

Oh, iya aku sekarang ingat bahwa tenggat waktu pembayaran uang sewa adalah besok. Setelah dipecat dari cafe, ke mana lagi aku harus mencari uang untuk membayarnya?

"Masih 17 hari...."

Tanpa sadar aku menggumamkan gajian bulanan dari pabrik sepatu.

"17 hari?"

Tentu saja Taha mendengarnya.

"Bukan apa-apa kok."

Ngomong-ngomong, dia tahu bahwa aku bekerja di pabrik sepatu dan cafe, tapi dia tidak tahu bahwa aku mengalami masalah keuangan.

"Jika ada masalah ceritakan saja, kau menjadi serba rahasia ya sekarang."

"Aku bisa mengatasinya sendiri, jangan khawatir."

Kami berhenti di sebuah gang.

"Gita, kau tahu, akhir-akhir ini aku berpikir perasaanmu berkurang."

Tanganku berkeringat karena gugup.

"Itu tidak benar."

"Begitu, mungkin hubungan kita merenggang?"

"Itu tidak benar, sayang."

Aku melepaskan tangannya dan menuju ke rumah kontrakan yang tak jauh dari gang.

Aku tidak berbalik, kuharap dia segera pergi lagipula rumah temannya juga di kompleks yang sama.

Oh, jaketnya akan kukembalikan besok.

***

Tak seperti yang diharapkan Gita, dia masih bergeming di tempatnya memandang punggungnya sampai bayangannya menghilang.

***

Jika tidak keberatan, tolong beri komentar/saran sehingga saya tahu bagian-bagian yang kurang. Terimakasih.

Miharu2Tachicreators' thoughts