webnovel

Chapter 4 : Delon and The Friends (2)

Sedari tadi, Kemas memerhatikan mereka dalam pagar itu, soal bagaimana dia bisa masuk, jawabannya ada pintu kecil yang menghubungkan dia keluar rumah, pintu itu tidak pernah dikunci jikalau siang, dan dia bisa melihat itu.

"Heh! Siapa itu?" kata salah satu dari mereka yang refleks melihat ada seorang yang menyelinap ini semua.

Kemas berlari dan bersembunyi di bawah pohon dan mencoba untuk tidak menampakkan diri dan saat mereka menengok ke arah yang sama dengan orang yang ia curigai, ia tidak melihat siapapun ada disitu, rasanya memang sangat menyedihkan.

"Keknya lu salah orang, atau jangan delusi kuping lu, biasanya suka halu fans gini nih, jadi akhirnya dia ngerasa kalau tadi ada orang."

"Aiga, lu kenapa sih? Serius, obat lu habis apa, dari tadi siang lu keknya ngehalu mulu, ngeliat kek ginian."

"Seriusan dah gue tadi ngeliat ada orang yang pake baju sekolah kita masuk ke dalam sini."

Kemudian, dia tidak menghiraukan apapun yang ada, sekarang malah justru Kemas ketar-ketir karena dia harus kabur dari tempat ini, agar Delon dan Kiro tidak mencurigainya disini. Bergerak menuju ke pintu dan beruntung pintunya sedikit terbuka dan langsung untuk keluar.

Waktu menunjukkan pukul lima, mereka semua kembali ke rumah masing-masing dan sekarang, mereka semua akan pulang, tapi untuk Delon, sepertinya dia akan merasakan sesuatu yang sangat tidak baik saat ini. Sepertinya, ini adalah masalah dimana Delon dan Kiro akan berdebat cukup hebat tentang yang tadi, Kemas akan memanfaatkan momen ini untuk membuat dia sadar.

Kemas, kemudian bergerak ke arah Delon untuk melihat apa yang dibicarakannya, tapi saat Delon mulai berbicara, muncul ketidakpuasan.

"Tadi pas gue jadi kiper, gak bisa nangkep bola dong, hehe.." kata Kiro yang mulai tertawa karena kebodohan yang sudah ia buat.

"Pas jadi striker, lu malah ngeblok gue mulu, jadinya gue gak bisa nyetak angka, tapi apapun dari itu, kita memang pasangan yang cocok untuk posisi ini, jadi kalau dipikir-pikir memang tidak ada yang masalah kalau gue disitu."

"DELONNN..."

Seseorang memanggilnya dengan sangat keras, tapi itu adalah Kemas, dia sengaja melakukan hal itu dengan tujuan bahwa memang dia akan mempermainkannya dengan mudah, mungkin satu atau dua kali melakukan ini tidak akan menjadi lebih bodoh dibanding semua itu.

"Kemas nih pasti, suaranya udah gak asing," kata Kiro yang sedikit tertawa melihat Delon.

Kemudian, Kemas pergi meninggalkan mereka menuju tempat tersembunyi dan sepertinya ini adalah momen yang sangat tepat untuk melihat mereka berdua kencan atau bahkan jadian di tempat romantis ini.

"Gue yakin, abis ini si Kiro nyium si Delon, awas aja beneran kejadian, insting gue soalnya gasalah kalau kayak gini sih."

Delon berhenti sejenak sambil berkata kepada Kiro di tengah matahari yang siap tenggelam di ufuk barat bumi, dia sedikit mencari cara agar dia memberikan semua itu dengan lebih mudah dan dipahami.

"Kir, lu mau tau gak, kenapa kita ini selalu sama-sama kuat?" tanya Delon yang mulai melankolis sambil menatap matahari yang akan tenggelam.

"Gue tau, ini serius, lebih baik cari tempat aja yang sepi," kata Kiro yang langsung memahami arah pembicaraan dari Delon.

Mereka kemudian mencari tempat untuk saling berbicara satu sama lain, karena sejujurnya Kiro juga ingin mengeluarkan isi hatinya untuk berbicara depannya walaupun sedikit malu, karena dia merasa bahwa ini sebenarnya juga bukan waktu yang tepat untuk diajak berbicara hal seperti ini.

"Kir, maafin gue yang selama ini suka bersaing sama lu, karena pada akhirnya kita tahu, bahwa bagaimanapun juga kita hidup bukan untuk bersaing melainkan melengkapi, kita bisa saja untuk tidak saling mengenal, tapi jika itu terjadi, maka usaha kita bakal beneran sia-sia, ini jujur dari diriku sendiri."

Mendengarkan hal tersebut, sepertinya memang Delon menyadari bahwa dia yang memulai kerisihan tersebut sehingga Kiro melakukan hal yang sama terhadapnya, jadi memang perlu pengalahan diri untuk meyakinkan ego berlebih dalam diri.

"Sejujurnya, gue malu buat ungkapin ini, tapi jangan ketawa yak, gue takut kalau orang lain denger gue bisa diamuk habis-habisan."

"Apa?"

"Gue suka sama lu."

Entah kenapa, Delon bisa dengan lancar menyebutkan kata-kata itu, walau memang rasanya sangat menyakitkan untuk dia katakan, bisa saja sebentar lagi Kiro akan menjauhnya karena kelainan yang ia sebut dan rasanya sangat sakit untuk terus bertahan.

"Gue paham sama lu, tapi untuk sekarang kita lebih baik sama permainan tim bola kita, gue gak mau kalau gara-gara jawabanku nanti, kau malah terus kepikiran dan merusak pertandingan ini."

Delon hanya terus terpikir dan berpikir bagaimana dia terus mendapatkan juara dalam pertandingan sepak bola yang bahkan kurang dari satu minggu ini, tapi apapun itu dia akan berusaha sekuat tenaga agar dia bisa mendapatkan itu.

"Lihat matahari itu, dia akan tenggelam dan akan berganti dengan kegelapan, rasanya sangat singkat untuk memutuskan suatu hubungan, tapi yang pasti, kepastian dan keyakinan akan mengalahkan bagaimana dia menyukainya, tapi lebih dari itu, kita akan paham bagaimana matahari selalu bermanfaat dan hingga akhir dia terus menyinari tanpa lelah."

Filosofi ini membuat Delon sadar dan mengerti tujuan dari Kiro, rasanya memang sangat sulit untuk terus membicarakan hal-hal yang sangat aneh tersebut untuk memberikan kesan dan efek yang sangat baik, tapi terlepas apapun dari itu usaha juga tidak akan mengkhianati hasil, intinya dia sangat menunggu hari itu datang.

Kemudian, Kiro berdiri sambil berbicara kepadanya, "Kau akan tahu jawaban itu nanti, setelah kita selesai pada pertandingan, mungkin terlihat sangat struggle, tapi aku sangat menantikan kemenangan kita pada lomba ini."

Entah kenapa, dorongan itu begitu kuat sampai tercengkram erat-erat diantara mereka, ingin rasanya berusaha untuk tetap bersama dan bangga atas perbuatan yang mereka pikir dalam proses dalam mengusahakan untuk membenarkan diri dalam hal-hal yang menurut mereka di mata orang lain salah.

"Jangan membuat aku sedih begitu terlarut, lebih baik kau kembali ke rumahmu dan aku kembali ke rumahku, kita fokus dengan olahraga, nanti akan kita sebutkan apa jawaban yang kita sama-sama inginkan."

Mereka saling memahami, dan tak sampai lima menit setelah pembicaraan itu mereka meninggalkan tempat itu, walau rasanya sangat sulit untuk melakukan semua hal yang direalisasikan mereka, tapi waktu membutuhkan mereka untuk tetap berbicara, jadi setelah waktu berhenti berbicara, mereka akan menemukan jawabannya sendiri untuk hal-hal ini.

"Hai, apa kabar."

Suara itu tampak tidak asing di telinga Delon, rasanya dia ingin sedetik untuk kabur, tapi sepertinya orang itu akan menekannya.

"Bagaimana kabarmu, semoga ini akan menjadi sangat baik, sebelum aku datang tentunya," lanjut seorang kakak kelas mendekati Delon dan membuat dia sangat ketakutan karena postur tubuh yang bukan main besarnya.

"Ke-kenapa, ya?" tanya Delon yang sepertinya mulai ketakutan dengan orang berbadan besar.