1 Prolog (21+)

"(Kenapa aku bisa berakhir seperti ini)" Elf wanita ini pasrah dengan kondisinya saat itu.

"Haahh..aahh..jang-ahh..nnhh.."

"Huuurghhh! Urghh! Apa.. Hrrghh!! Kau-si..rrghh..alan..nnhh?! Urghhh! Ahh..URRGHHH!!"

Wanita itu terhentak dibawah kungkungan tubuh sesosok mahkluk berotot yang hanya memandang pias wajahnya. Meski didera rasa nikmat tiada tara namun akal sehatnya masih terus menyuarakan bahwa ini sesuatu yang salah dan ia jelas ingin menolaknya. Benar-benar salah, keliru.

Tidak semestinya ini terjadi. Bahkan, ini adalah sesuatu yang tabu untuk dilakukan. Sangat amat tabu! Sebuah sensasi yang sama sekali tidak boleh disentuh manusia maupun elf manapun atau mereka semua akan terlempar ke dalam jurang paling hina dan yang paling suram.

Tetapi nyatanya, wanita muda elf itu tidak tahu harus bagaimana untuk meniadakan semua sensasi aneh yang terus menggempur menerjang dirinya bagai tsunami besar yang menghancurkan pertahanannya dalam segenap batu karang kokoh yang ada di dalam jiwanya. Ia tak bisa apa-apa karena makhluk berotot di depannya sangat kuat.

Sang wanita terpuruk, tak mampu melawan terjangan gelombang tabu yang terus menggerogoti sukmanya. Dia memilih memejamkan mata rapat-rapat dan berharap penghinaan ini cepat usai sebelum jiwa raganya hancur tanpa sisa.

Sebaliknya, mata sang dominan justru berkilat dengan senyum miring yang bukannya membuat ia terlihat bisa dipercaya tetapi sebaliknya, senyum itu sungguh mengerikan bagi sang wanita, yah tentu saja. Siapa juga yang akan percaya pada lelaki yang memaksa melakukan hal tabu padanya.

Si makhluk berotot itu terus mendera sang wanita, mengguncang tubuhnya dalam irama tegas dan beringas bermaksud menghanyutkan sukma sang wanita dalam kenistaan tanpa ujung yang sesungguhnya. Ia terlihat sangat percaya diri di tengah gelagat aksinya.

Tubuh yang lunglai terkapar lemah itu tak berdaya, sang wanita tak kuasa melawan hentakan kasar dari makhluk berotot pria yang terus menyeringai menjijikan dihadapannya. Seolah belum akan berhenti jika ia belum merasakan kepuasan hakiki dari hubungan dengan wanita elf muda yang ada di depannya.

"per..annghh-giihhh…!! Jangan..annghh!! lanjut la- uugghh-gi..haaakkhgghh"

Suara sang wanita terus melemah ditengah hujaman-hujaman yang diberikan makhluk berotot itu tanpa henti. Tubuhnya berdenyut kencang, bagian atasnya mengeras, ia mencoba berkhianat.

"ini..orrghh..enakk..enakkk!!" bentak sosok berotot di tengah kegelapan malam hutan itu seraya terus mendesakkan miliknya yang tampak berotot dan menguasai lubang hangat milik si wanita jajahannya.

Satu tangannya sudah menahan dua tangan si wanita sehingga ia leluasa menyeruakkan seluruh keinginan dan dominasinya.

Peluh mengalir dan membanjir di tubuh putih bersih telanjang lawannya meski pria berotot itu seolah tak ada Lelah-lelahnya memberikan agresinya tanpa jeda pada sang wanita.

"Nnnhhh!!!"

Wanita muda di bawahnya menggeleng meski liang sucinya terjamah rudal dan sodokan benda kenyal berotot besar makhluk buas di atasnya dan hampir membuatnya gila, namun ia amat berharap bahwa ini tak pernah terjadi dan seseorang berhasil menyelamatkannya. Sampai

kapanpun ia tak sudi ini terjadi.

"dasar kau…pendusta!! Hhnnnggghhh!!"

Makhluk buas berotot itu pun mempercepat hentakannya diselingi erang tangis wanita elf muda yang mengiba dengan kedua tangan di tahan di atas kepalanya sementara si pria kini merunduk menjadikan mulutnya penguasa atas puncak dada sang wanita. Ia beringas, meraba semua wilayah tubuh jajahannya dengan gempuran mulutnya tanpa tersisa.

"Hyaaakkhhh!! Berhentiii!!" pekik wanita itu tatkala mulut si lelaki beringas memberikan hisapan-hisapan kuat pada putingnya yang sudah mengeras. Nyeri, terhina, terjajah dirasakannya.

Setelah hujaman-hujaman keras dan cepat yang dilakukan makhluk berotot itu tanpa jeda, akhirnya sang wanita itu menyerah. Demikian pula si makhluk berotot yang menyudahi drama pemerkosaan di malam buta tepat di sebuah hutan gelap dekat bangunan dari iblis penguasa.

Sang wanita menjerit melepaskan beban pada inti tubuhnya, cairannya keluar menyeruak deras dari lubang kemaluannya. Ia pasrah, tubuhnya lemas tak terkira akibat cairannya keluar deras luar biasa, ia menangis terisak tak tahu lagi harus bergantung pada siapa.

Ditengah kondisi memilukan sang wanita, masih dengan hentakan keras sang pria yang ingin terus melancarkan aksinya sampai puncak birahinya tiba. Tiba- tiba-

"Pernapasan Pelangi, Pedang Cahaya Bentuk Kedua, Langit Sore Jingga"

Tubuh makhluk berotot itu terbelah menjadi beberapa bagian sebelum hendak mencapai puncak kenikmatan yang di inginkannya. Sang wanita kaget dengan kedatangan penolongnya sekaligus bersyukur atas apa yang telah pria itu lakukan karena sudah menolongnya.

Lolongan sang wanita berhenti saat itu juga, terganti dengan haru kebahagiaan karena berhasil selamat dari penghinaan penjajah tubuhnya. Ia melihat pria di depannya, melihatnya penuh kekaguman dan harapan.

"pakai ini dulu, tutupi tubuhmu" Nima memberikan pakaian pada elf wanita muda itu.

Ia hanya mengangguk sambil menggosok air mata yang ada di matanya.

Arin dan Mira pun tiba, mereka berada di belakang Nima karena kaget tiba-tiba Nima bergerak dengan kecepatan yang luar biasa. Setelah sampai di lokasi sepertinya mereka berdua tahu apa alasannya Nima meninggalkan mereka tadi.

"Dasar Ogre sialan, berani-beraninya dia!!!" Mira kesal dengan apa yang sudah dilihatnya, apalagi itu terjadi pada rekan satu rasnya.

"ditebas sampai kecil begini memang pantas untuknya, mengapa ogre bisa ada di wilayah iblis seperti ini? Aneh sekali!!" Arin ikut menambahkan, ia juga kesal dengan perilaku ogre mesum yang ada dihadapannya. Namun ia tak bisa apa-apa karena ogre yang dilihatnya sudah mati terbelah menjadi beberapa bagian. Apa boleh buat.

Di satu sisi mereka kesal namun di sisi lain para wanita itu heran dengan pria di depannya, karena ia bisa dengan mudah memotong ogre yang terkenal akan kulitnya yang sangat keras seperti baja hingga menjadi kepingan-kepingan daging dengan mudahnya. Mereka pun menyimpulkan

bahwa berarti pria itu lebih kuat dari ogre yang terkenal sangat kuat itu. Memang luar biasa.

Arin dan Mira tak berani mengganggu Nima saat ini karena aura yang keluar dari tubuhnya tak biasa dan terlihat sedang tidak baik-baik saja, sepertinya ia kesal dengan apa yang baru saja dilihatnya. Sang wanita pun berterima kasih pada mereka, kemudian Arin dan Mira memintanya untuk segera kembali ke desa dan berhati-hati untuk kedepannya.

Karena akan berbahaya kedepannya jika ia masih berada disini, Nima dan dua rekannya akan bertarung dengan para iblis yang sudah menyebabkan daerah sekitar terpapar racun, membunuh para iblis sampai akar-akarnya, mereka akan membunuh semuanya tak bersisa.

Setelah kejadian itu Nima menyimpan amarahnya untuk ia lampiaskan pada para iblis, mereka segera kembali pada tujuan semula menuju pusat hutan gelap tempat para iblis-iblis itu berada. Iblis-iblis rendahan mulai mencegat mereka dengan jumlah yang tidak sedikit, pertarungan pun tak

terelakkan bagi mereka semua. Suara bising pedang bersahutan tanpa jeda selama para iblis itu masih ada.

.

.

Sialnya.

avataravatar
Next chapter