webnovel

After 5 years

Satria Puspita, perempuan berusia dua puluh delapan tahun yang kerap kali dipanggil Tria oleh rekan-rekannya. Bekerja di sebuah perusahaan retail terkemuka di indonesia, sebuah perusahaan di mana Presiden Direkturnya adalah pemilik saham terbesar.

"Gimana mood Pak Gean?" Lina menyikut Tria yang tengah sibuk mengubah jadwal kegiatan bossnya.

"Nggak tau," Tria menggelengkan kepalanya, tapi seingatnya tadi Geann baru saja memberi ceramah pada Area sales manager karena salah satu case minggu lalu di sebuah gerai yang merugikan.

"Kenapa memang?" tanya Tria, biasanya temannya yang lain ini mau meminta approval untuk dokumen penting. "Ada approval? Gue bantu sini?"

Wajah Lina langsung berbinar penuh kebahagiaan mendengar tawaran Tria, "Miss Sekretaris memang paling juara. Tau aja maksud gue."

Nama keren pekerjaan Tria memang Sekretaris, menurut Tria sendiri pekerjaannya tak lebih dari pembantu Direktur. Lihat saja nanti bagaimana Gean mengeksploitasi dirinya.

"Jam dua nanti Bapak ada acara peresmian Gerai baru di Mc Mall." setelah berhasil memasuki ruangan Gean, Tria mulai menjelaskan tentang apa saja yang harus diutamakan dilakukan oleh Gean. Termasuk menandatangani perjanjian sewa yang sudah ada di meja Gean sejak dua minggu lalu. "Untuk perjanjian pembayaran dengan pihak Supplier Pak Gean harus segera memberi jawaban lewat aggreement yang sudah disiapkan oleh tim legal."

"Saya mau makan Sushi Ikan Salmon," Gean mengalihkan pandangannya dari laptop, "Kecap asinnya tolong dibanyakin."

Tria mengepalkan jemarinya erat-erat, setelah apa yang ia jelaskan panjang kali lebar Gean meresponnya dengan sangat tidak manusiawi.

"Ini dokumen pembayaran yang Pak Gean perlu tanda tangani, termasuk Deposito kita satu tahun ke depan nanti." Ini yang dimaksud Tria, namanya saja sekretaris tapi pekerjaannya sudah mirip assisten rumah tangga dari Gean.

"Simpan saja," Gean menarik napas. Ia memang paling menyebalkan di antara direktur lainnya, sikap semena - menanya itu semua mungkin dikarenakan Ayahnya lah Presdir di sini. "Jangan lupa bawa wasabinya, kemarin kamu lupa."

Tria menarik napas dalam, ia harus banyak bersabar menghadapi Gean yang memang mungkin cacat mental.

"Tentang Brand Ambassador untuk Lite Drink," Tria menilik apakah ini waktu yang tepat untuk memberitahu bossnya mengenai rumor yang beredar.

"Kenapa?" tepat seperti Gean seperti biasanya, pria itu menatap Tria dengan tatapan penuh percaya dirinya. "Pasti mereka membuat gosip lagi?"

Ini memang bukan kali pertama Gean digosipkan menjalin hubungan dengan beberapa artis yang menjadi brand ambassador produk atau jasa yang dipasarkan.

Tanpa klarifikasi dari Gean pun Tria sudah jelas jika hubungan Gean dengan seorang model bernama Asha itu hanya gosip.

"Sudah biarkan saja, nanti juga menghilang sendiri." Gean merasa gosip itu sangat tak penting, hanya karena ia beramah-tamah dengan brand ambassador berita langsung mencuat membicarakan hal yang tidak - tidak.

"Jangan lupa sushi saya." tutup Gean, ia menyuruh Tria pergi dengan mengibas-ibaskan tangannya ke udara.

****

"Yaya... " begitulah sapaan yang datang dari Mila yang kini tengah menatapnya penuh rasa prihatin, "Gue harap lo dapet kerjaan baru deh."

Bukan kali pertama Tria mencoba keluar dari pekerjaannya sekarang, namun apa daya tak ada perusahaan lain yang mau menggajinya lebih tinggi dari apa yang ia dapat sekarang.

"Sedih gue liat lo dieksploitasi Pak Gean mulu," Mila adalah satu-satunya sahabat Tria di kantor. Yang tahu bagaimana tersiksanya menjadi sekretaris seorang Geanno Adhiyaksa.

"Yah mau gimana lagi, gue belum lunas cicilan rumah. Adek gue wisuda bulan depan, "yang selalu menjadi pertimbangan Tria adalah karena ia tak hidup untuk dirinya saja. Ada Ibu dan Adiknya yang harus ia pikirkan.

Ibu dan dua Adiknya tinggal di Tangerang, di rumah yang sudah Tria cicil selama empat tahun terakhir. Tria menjadi tulang punggung keluarganya.

"Abis lunch ini lo mau kemana?" Mila menambahkan lauknya ke piring nasi milik Tria, sejak tadi Tria memang hanya memandang tak bersemangat pada nasi soto miliknya.

"Nemenin peresmian Gerai baru,"

"Triaa... " seruan itu datang dari Sherly, anak Marketing yang memang fashionable mirip influencer yang lagi hits. "Gue cariin lo kemana-mana ternyata lo di pantry."

"Kenapa?" satu suapan berhasil Tria loloskan ke dalam mulutnya, tatapan Sherly terlihat menggebu penuh antusias membuat Tria sedikit mengernyitkan alis.

"Kasih tahu gue tentang Pak Gean dong, "pinta Sherly dengan mata manja puppy eyes. "Gue udah jatuh cinta sejatuh-jatuh dan cinta-cintanya sama Pak Gean.

Satu lagi deh nambah Fansnya.

Sherly anak baru yang belum genap dua bulan bergabung, namun sudah mendedikasikan dirinya di barisan fans Gean yang terkadang membuat Tria sakit kepala.

"Apa yang mau lo tau? Di Annual report kan ada profil Pak Gean, " ucap Tria. Ia berpura-pura tak mengerti dengan jelas maksud Sherly, "Di Majalah Forbes juga ada artikel tentang Gean."

"Gue kasih Sbux gratis yang Venty deh." tawar Sherly, "Lo tau kan artikel itu beritanya terbatas. Kalau dari lo gue bisa dapet berita yang lebih banyak dan akurat."

Jika ditanya apa saja yang Tria ketahui tentang Gean, maka bisa menjadi satu jilid Buku yang berjudul About Gean.

Dimulai dari warna kesukaan Gean adalah Biru gelap, Gean lebih suka berwisata ke pantai atau sesuatu yang berhubungan dengan air dibandingkan hanya menjelajah tempat biasa. Mungkin Gean sejenis siluman air.

Gean tak suka sarapan, ia hanya menyantap satu atau dua cookies dengan Kopi Espresso yang diberi satu setengah sendok gula.

Tinggi Gean 184 centimeter dengan berat 68 kilogram, ukuran sepatunya adalah 43, Gean lebih suka mengenakan pakaian fit to body. Bahkan Tria tahu berapa lingkar pinggang Gean, seorang Geanno Adhiyaksa lebih menyukai makanan manis dibanding asin. Tapi entah kenapa Gean sangat menyukai kecap asin.

"Jadi, gosip Pak Gean dan Asha itu nggak bener atau salah?" Sherly dengan rasa penasaran yang sama sekali tak mampu ia sembunyikan.

"Nggak bener," jawab Tria, ia menatap lemas pada ponselnya yang bergetar menampilkan nama, Mr Hurry Up.

Ia baru istirahat pukul dua belas lewat lima belas menit karena harus menyiapkan makan siang untuk Gean, tapi apa sekarang? Bahkan masih butuh waktu dua puluh menit menuju pukul satu dan Gean sudah menelponnya.

"Ya," jawab Tria, ia menelan habis nasi di mulutnya.

"Kamu ke ruangan saya, saya butuh bantuan kamu." setelahnya sambungan terputus tanpa menunggu jawaban Tria lebih dulu.

"Gue duluan, Mil." Tria merapihkan piringnya, menyimpannya di wastafel pantry. Sebelum ia menyempatkan meneguk segelas air putih, agar hatinya tak kering mendengar gerutuan Gean ke depannya.

Tria masuk ke ruangan Gean setelah mengetuk pintu, Gean tengah menatap Sushi yang tadi sudah Tria sengaja siapkan

"Rasa Sushinya beda dengan Sushi waktu itu," dengan sumpit yang mengapit sepotong sushi Gean menatap penuh telaah pada potongan Sushi itu. "Sepertinya beras yang digunakan berbeda, sehingga nasinya agak aneh rasanya."

Jadi di mana letak bantuan yang dibutuhkan Gean?

Jelas-jelas Tria membeli Sushi di Restoran yang sama, bagaimana bisa rasanya berbeda. Terlebih hanya karena berasnya?

"Mungkin beras yang dipakai untuk Sushi waktu itu adalah beras yang dibesarkan seperti anak sendiri," jawab Tria asal, manusia mana yang bisa melontarkan pertanyaan konyol seperti Gean. Ayolah, beras rasanya sama. Sama-sama mengenyangkan jika sudah dimasak.

Gean mendelik tak suka dengan jawaban Tria.

"Saya beli di restoran yang sama, Pak." Tria menghela napas mencoba menekan rasa kesal yang mungkin bisa melambung," Mungkin mulut bapak yang sedang bermasalah."

Tria memutuskan untuk ikut duduk di sofa, ia mengambil satu sumpit yang tergeletak lalu menyuapkan satu Sushi ke mulutnya.

"Enak kok," ucap Tria setelah berhasil mengunyah Sushi yang menurut Gean beda berasnya. "Bapak sebaiknya segera menyelesaikan makan Bapak, lima belas menit lagi kita harus pergi ke daerah Jakarta Barat."

"Tapi Sushinya beda rasa Tria," Gean masih kekeh dengan masalah Sushi yang menurut Tria sangat sepele. Bagaimana bisa seorang Direktur Perencanaan dan pemasaran yang mampu melakukan ekspansi ke beberapa segmen pasar harus memikirkan masalah beras yang digunakan untuk membuat Sushi.

"Kalau Bapak tidak menyukai rasa Sushinya, Bapak tidak perlu memakannya. Nanti saya siapkan Sandwich." makanan favorit Gean adalah roti lapis, dengan keju dan tomat yang banyak di dalamnya.

"Okay," Gean tersenyum senang seperti anak kecil yang diperbolehkan meminum soda. "Kamu sudah cari tahu kecurangan yang dilakukan Pak Andi?"

Tria ingat nama itu, Manajer lapangan yang tersangkut kasus suap dengan kontraktor yang menangani konstruksi dua puluh gerai baru.

"Saya sudah selesai menyusun nama Vendor yang terlibat pembangunan 20 gerai itu," Tria berniat mengecek emailnya untuk memastikan jika ia sudah mengirim data itu pada Gean.

"Mungkin karena Boss kamu adalah saya, jadi kamu bisa cekatan seperti sekarang," ucap Gean membanggakan dirinya. "Nggak sia-sia saya punya sekretaris seperti kamu."

"Saya yang sia-sia punya Boss seperti Bapak."

BERSAMBUNG