webnovel

Our Book: The Death Globe

Bagaimana jika kamu masuk kedalam sebuah cerita? Bagaimana jika akhir cerita itu di tentukan oleh mu? Bagaimana jika bukan kamu seorang diri yang masuk ke dalam cerita tersebut? Bagaimana jika kamu mendapatkan jodoh dari ceritamu? Bagaimana jika kamu mulai mengerti kehidupan dari sana?

delsukadugong · Fantasy
Not enough ratings
13 Chs

X - Argiris

Kami berjalan di desa, melihat semuanya berkumpul di air mancur yang terdapat di tengah kota dengan gembira. Lalu banyak yang sibuk dengan kegiatan berbelanja, serta aku dapat melihat preman-preman yang sedang memukuli iblis yang lebih lemah dari dia, manusia dan iblis sepertinya sama saja.

Aku mengambil batu yang terdapat di dekat gang tersebut, aku melemparkan batu itu dan mengenai salah satu dari preman-preman tersebut. Para preman itu berbalik badan dan menatap ku dengan marah "haha ternyata nona kecil yang mengganggu" aku berteriak "lepaskan dia!" aku bisa melihat mereka tertawa "nona bercanda kan? Nona sedang tidak merayu saya kan?"

Aku sedang menatap para preman itu dengan marah, mereka tertawa "haha ekspresi marah nona sangat lucu, menggemaskan, bagaimana jika nona pergi ikut saya, kebetulan sebelah gang ini adalah motel" ucap preman itu dengan muka mesum nya. Salah satu preman dengan rambut cepak menghampiri ku, tapi aku tidak bergeming dan tetap menatapnya marah. Saat tangan itu sedikit lagi akan menyentuh dagu ku, tiba-tiba di hentikan dengan pedang yang menahan tangan itu.

"jauhkan atau ku tebas tangan mu?" suara berat yang penuh ancaman dapat ku dengar, aku dan preman itu sama-sama menoleh ke arah dan suara itu bepusat, dan aku dapat melihat pria dengan rambut pirang dan mata merah yang tajam mirip dengan Dimitri. Tiba-tiba preman itu terkejut sambil memundurkan dirinya "tu-tuan duke, ma-maafkan saya"

"nona tidak apa-apa?" tanya pria pirang itu dan mengabaikan permohonan dari preman itu. Aku mengangguk, pria itu tersenyu "nah karena nona baik-baik saja, apa yang perlu kita lakukan agar bisa memasukkan dia ke Gehenna?"pria pirang itu melihat pria yang sedang terkapar karena habis di pukuli oleh prema-preman itu.

Pria pirang itu tersenyum "sepertinya aku tahu bagaimana caranya, orestis" pria dengan badan tegap bersama dengan kacamata berdiri di sebelah Mirabelle dan madeleine "ya tuan duke?" pria pirang itu berjalan mendekati pria yang terkapar di pukul "apakah dia bisa kita jadikan alasan untuk mereka masuk ke Gehenna?" tanya pria pirang itu sambil memandang ke pria yang bernama orestis dan menunjuk pria yang terkapar.

"tentu bisa tuan, hanya saja tentu hukuman nya tidak akan terlalu lama" pria pirang itu tersenyum "tentu saja mereka tidak akan terlalu lama berada disana, karena antara mereka bertahan di sana sampai keluar atau mati" ucap pria itu sambil memandang para preman "bawa mereka dan jadikan pria itu sebagai saksi" pria yang Bernama orestis itu menunduk "baik tuan" ada salah satu preman dengan bekas luka pada bagian pipinya berlari kabur dengan wajah ketakutan.

Pria pirang yang di panggil duke itu mengarahkan tangan nya ke arah preman yang berlari "selamat tidur iblis" ucap pria pirang itu, dan kemudian muncul asap berwarna merah yang menuju ke arah pria itu. Asap itu mengenai punggung nya kemudian pria itu langsung terjatuh. Orestis maju mendekati pria pirang itu "maaf tuan, tapi tuan juga iblis" pria pirang itu menatap orestis dengan datar "orestis kamu tau? Kamu tidak keren" orestis menunduk "saya memang tidak keren tapi setidaknya saya tampan"

Pria pirang itu seperti nya malas menghadapi orestis, dia langsung berjalan ke arah ku "anda tidak apa nona?" ucapnya sambil mengulurkan tangan, aku menerima ulurannya "iya saya tidak apa-apa tuan, terimakasih" Mirabelle dan madeleine mendekati ku "terimakasih tuan duke telah menolong nya"

"itu tidak masalah, aku sebagai duke memang haru menolong kalian dari keluarga kerajaan, tapi aku tidak pernah melihat nona ini ?" Mirabelle maju "jika anda ingin tahu akan lebih baik langsung bertanya pada raja" pria itu memegang dagu nya seperti sedang berpikir "dimitri, mm dia tidak akan meberitahu ku, baiklah akan aku tanya. Tapi kalian sedang apa berada di sini?"

Madeleine kali ini yang menjawab " kami hanya sedang berjalan-jalan tuan, sebentar lagi kami akan pulang" pria tersenyum senang "bagaimana jika kita pergi bersama? ini sudah sore hari dan kebetulan aku akan pergi untuk menemui Dimitri" Mirabelle dan Madeleine mengangguk, kami di arahkan untuk menaiki kereta kuda dengan lambang ular berwarna emas. Mirabelle dan Madeleine menaiki kereta kuda duluan.

Saat aku akan naik kuda, aku salah melangkah sehingga membuat ku hampir terjatuh. Aku memejamkan mata ku berharap bahwa jatuh dari kereta kuda tidak akan terlalu menyakitkan, tapi aku tidak merasakan apapun. Aku perlahan membuka mata ku dan ternyata pria pirang itu menangkap ku.

"nona hati-hati jatuh" ucapnya polos "tapi nona sudah jatuh tuan duke" ucap orestis. Aku berusaha berdiri kembali tapi aku hampir jatuh kembali "seperti kaki nona terluka tuan" ucap orestis. Aku di bantu untuk dapat masuk dan duduk dengan nyaman di dalam kereta kuda "tuan, bisakah anda menutup mata?" ucap Mirabelle. Pria pirang itu menutup matanya langsung, Mirabelle menyikap gaun ku dan memeriksa kaki ku "kaki mu lecet" ucap Mirabelle khawatir.

Mirabelle membantu ku merapikan gaun ku kembali, pria itu membuka matanya "nona ingin memakai sihir ku? Sihir ku bisa membantu nona sembuh" aku menggeleng "tenang nona, ah lebih baik aku memperkenalkan diri ku terlebih dahulu" ucap nya, dia merapikan jas nya dan menenggakkan badannya "perkenalkan, saya Argiris Rodoulis, duke dari kerajaan Demongate"

Aku menatap argiris "Demongate?" Madeleine memandang ke arah luar "itu nama kerajaan kita" madeleine menatap kesal argiris "dan tuan duke, anda ada urusan apa dengan yang mulia?" argiris menaruh jari telunjuknya di bibir, sambil tersenyum dia berkata "itu rahasia" madeleine memutar matanya kesal.

"jadi nona, apakah anda ingin saya obati?" aku tetap menggeleng kan keapala, argiris menatap ku kecewa, dia memanyunkan bibirnya seperti anak kecil. Kami sampai di kastil dan di sambut oleh Dimitri dan Gerard, Mirabelle dan Madeleine turun terlebih dahulu kemudian di susul oleh Argiris. Saat aku turun menuruni tangga kereta kudanya, sebelum aku melangkah menyentuh tanah Argiris menggendong ku. Dimitri langsung maju "ada apa? kenapa dia di gendong oleh mu Argiris?" Argiris menatap Dimitri "dia terluka dibagian kaki, kakinya lecet" Dimitri ingin menggendong ku, tapi Argiris langsung mundur "biar saya saja yang mulia" ucap nya tersenyum.

"saya saja Argiris, tidak baik tamu yang menggendong" Argiris tersenyum "tidak baik jika raja yang menggendong, bisa-bisa nanti banyak yang salah paham" Dimitri menatap ku dan membuka tangan nya "nona ingin di gendong saya atau yang mulia?" tanya Argiris pada ku, aku berpikir tidak akan baik jika menerima salah satu dari mereka. Aku melihat Gerard dan aku lengasung merentangkan tangan ku kepada Gerard.

Semua langsung memandang Gerard