1 saat semua kembali

"naila? kamu kenal dia?" tanjung kaget bukan main melihat adiknya sedang berbicara dengan seorang laki-laki di depan rumah sakit tempat naila bekerja.

"tanjung?? kamu disini? kenalkan namanya andika" naila mencoba memecah suasana keheningan di malam itu karena melihat tanjung terpaku menatap laki laki yang ada di depannya.

"aku harus pergi" pungkas andika begitu menangkap tatapan kaget dari tanjung. dia berusaha mempercepat langkahnya meninggalkan dua orang di depan rumah sakit cahaya medika.

andika tidak menyangka akan bertemu dengan naila malam itu. dia juga tidak menyangka akan bertemu dengan tanjung di tempat yang sama.

sudah 20 tahun berlalu sejak mereka semua berpisah dan tidak saling mendengar kabar masing-masing. rasanya semua seperti mimpi. andika tersenyum mendapati naila yang bahkan sama sekali tidak mengenalinya.

"kau kenal dengannya?" tanya naila dengan senyum seperti biasa.

tanjung biasa menjemput naila saat pulang kerja.

"tidak" jawab tanjung segera dengan nafas yang masih pengap

"tapi ku rasa kau mengenalinya, dari caramu menatapnya saat pertama kali bertemu tadi."

"yah.. ku rasa kita pernah satu sekolah saat SMA" jawab tanjung akhirnya, dia mencoba mencari alasan yang masuk akal.

"oh.." naila manggut manggut. naila tak melanjutkan bicaranya karena baginya teman tanjung saat SMA ada dua opsi yaitu saat dia bersekolah di sekolah yang sama dengan naila atau setelah dia pindah setahun kemudian. jika naila bahkan tak mengenal teman tanjung besar kemungkinan itu adalah teman tanjung disekolah barunya saat itu.

*****

"kenapa kau sangat ingin mencari tahu tentang dia?! sudah cukup sebatas mengenalnya sebagai jaksa." tanjung dan naila sedang memperdebatkan seseorang. orang yang mereka temui seminggu yang lalu.

"kau tau kan dia sangat mencurigakan, bukan hanya aku yang merasakan hal itu. aku penasaran tentangnya, biarkan aku mencari tahu tentang dia" bantah naila

"sudahlah nai, kau tidak akan menemukan hal aneh apapun tentang dia. dia hanya sebatas orang yang baru kau kenal kenapa kau begitu ingin mengenalinya lebih dalam?!" tanjung terus mencegah naila dengan alasan hang logis.

"sejak dia bertemu denganku, dia selalu memata-matai aku, dia juga terlihat menyembunyikan sesuatu saat tertangkap basah olehku. saat pertama kami bertemu dia bertanya 'apakah aku sama sekali tidak mengingatnya?' bagaimana aku bisa tenang? dan ya, ku rasa aku sempat bertemu dengannya sebelum hari itu" naila bersikeras dengan argumentasinya.

"ahhh, sial!" tanjung hanya mengumpat. belum selesai dia berfikir naila sudah pergi meninggalkannya dengan sebuah taksi.

naila pergi menuju kantor kejaksaan dimana andika bekerja. tanpa ragu dia melangkah masuk dan menanyakan jaksa bernama andika pada seorang resepsionis wanita.

"jaksa sedang rapat, biasanya dia akan pulang dua jam lagi kau bisa menunggunya di ruang tunggu saat dia keluar aku akan memberitahumu" jawab resepsionis.

"baiklah, terimakasih" jawab naila.

dia pun pergi duduk di ruang tunggu, melihat jam di tangannya yang menunjuk pukul 5 sore, setidaknya dia bisa bertemu dengan andika pukul 7 malam, ah kenapa jaksa harus rapat disaat seperti ini?

"naila?? kau disini? sedang apa?" seorang lelaki berteriak memanggil naila.

"iqbal? oh aku menunggu klien untuk menyerahkam informasi" jawab naila berbohong.

"oh ya? petang seperti ini? ku rasa kantor kejaksaan sudah mulai sepi" iqbal, sepupu naila juga orang yang menyebalkan dan misterius yang selalu ingin tahu apa yang sedang naila lakukan.

"yah, aku pasti akan segera bertemu dengannya karena dia mungkin akan segera turun" jawab naila bosan menanggapi iqbal

"baiklah, selamat menunggu" sahut iqbal dengan senyum andalannya.

naila kembali duduk dengan gelisah karena waktu seolah berjalan begitu lambat. entah mengapa hatinya terusik oleh seseorang bernama andika. ah tentu saja, siapa yang tidak penasaran dengan seseorang yang tiba tiba datang dan selalu memata-matai dia setiap saat bahkan disaat yang naila tak bisa menduganya sekalipun.

"dokter" suara seorang lelaki membuat naila kaget. tak sengaja dia tertidur di kursi tunggu, mungkin karena terlalu lama menunggu.

naila mendongak dan dilihatnya andika berdiri dihadapannya. naila sontak berdiri namun andika memintanya tetap duduk dan dia pun ikut duduk disebelah naila.

"ada masalah?" tanya andika

"tidak. maksudku aku hanya ingin bertemu denganmu, tapi ku rasa aku ingin menanyakan sesuatu mengenai alasanmu terus memata-matai aku" naila memberanikan diri.

tapi andika tidak menjawabnya. dia juga diam sama seperti setiap dia tertangkap basah. andika hanya tidak mungkin memberikan alasannya pada naila, karena naila tidak mengenalinya sama sekali.

"jika tidak ada hal yang penting maka aku harus segera pergi" putus andika dengan dingin. laki laki ini memang sangat dingin bahkan kepada setiap wanita sekalipun.

"ini adalah hal yang penting. ini menyangkut diriku. aku bisa menuduhmu jika terjadi sesuatu padaku." naila berdiri mengikuti andika. namun andika hanya memandang naila sekilas lalu berlalu. naila sungguh baru pertama kalinya bertemu lelaki yang tidak hanya dingin tapi juga misterius seperti ini.

tapi naila tidak kehabisan ide, dia pun mengikuti kemana andika pergi. hingga sampailah mereka di sebuah rumah kecil di tengah kota dan andika terlihat masuk ke sebuah rumah yang setelah naila amati itu rumah penitipan bayi. kenapa lelaki misterius itu mendatangi rumah penitipan bayi?

sekitar setengah jam kemudian andika keluar dengan menggendong seorang bayi. dari kejauhan tampaknya itu adalah bayi perempuan jika matanya tidak salah, yang entah usianya berapa naila tidak pandai memperkirakan usia seseorang. tapi tampaknya bayi itu sangat dekat dengan andika. mungkinkah itu anaknya? tapi kemana istrinya? apakah mereka baru saja cerai? sayang sekali seorang jaksa muda yang tampan seperti dia harus sudah menikah, memiliki anak bahkan menjadi orang tua tunggal. namun diam diam naila kagum melihat andika begitu luwes membawa bayinya masuk mobil. terlihat dia sangat menyayangi bayinya.

naila meminta sopir taksi mengikuti mobil andika lalu kembali menjemputnya sementara naila masuk ke rumah itu untuk mencari informasi.

"permisi, tunggu sebentar" panggil naila menghentikan seorang wanita yang tadi baru mengantar andika keluar.

"ya? ada yang bisa ku bantu?" tanyanya.

"bisa kita bicara sebentar? aku ingin bertanya sesuatu" tanya naila

"baiklah" katanya

"lelaki yang baru saja pergi, maksudku apa dia mengambil anaknya?" naila tiba tiba tak bisa merangkai kata kata

"iya itu anaknya" jawab si wanita

"kau mengenalnya? maksudku dimana istrinya sampai dia harus menitipkan anaknya padamu" sambung naila

"boleh aku tau, siapa namamu?" tanya wanita itu lebih dulu

"naila, naila sahara, aku seorang dokter, teman jaksa andika" jawab naila tanpa pikir panjang

"dengar, sebenarnya aku tak bisa mengatakan ini pada orang asing sepertimu, tapi ku rasa sejak aku mengenal andika ini adalah kali pertama ada seorang wanita yang begitu penasaran dengan dia. mungkin kaulah wanita yang andika maksud. dia menemukan bayi itu 7 bulan yang lalu, dia bilang dia menemukan bayi baru lahir di depan pintu apartemennya tengah malam. saat itu dia langsung datang kesini untuk meminta bantuanku. ketika aku menyarankan dia supaya melaporkan kasus itu dia menolaknya karena selain yakin bahwa bayi itu dibuang dia juga merasa dirinya sudah jatuh cinta dan bersedia mengurus bayi itu sebagai anaknya. sejak itu akulah yang mengurus andini, nama bayi itu andini sahara bagaskara. setiap pagi dia mengantarnya kesini sekalian pergi bekerja lalu saat pulang kerja dia akan menjemputnya."

"bagaimana dia bisa mengenalmu? dari yang ku dengar dia membawa anaknya saat tengah malam itu artinya sebelumnya kalian sudah saling kenal" naila terus penasaran

"iya, aku kakak sepupunya" jawab si wanita singkat

"oh, baiklah, taksiku sudah sampai aku harus pergi." kata naila menutup semuanya dan kabur begitu saja

"aku sudah menemukan apartemennya bu apa kita akan kesana?" kata sopir taksi

"ya" jawab naila dengan tegas.

mereka pun memutar balik arah, menembus dinginnya kota malam itu. di perjalanan yang cukup jauh naila tiba tiba menyadari keanehan pada dirinya. dia jelas jelas tidak mengenal andika, dia bahkan baru bertemu lelaki dingin itu beberapa hari yang lalu. tapi kenapa dia bisa begitu penasaran pada andika? apa benar hanya karena andika menguntitnya setiap waktu? atau ada hal lain? astaga!! tidak mungkin jika ini soal perasaan, naila sudah cukup dewasa untuk sebuah cinta monyet.

"kita sudah sampai bu" kata sopir taksi yang menghentikan mobil di pelataran parkir sebuah apartemen berlantai 15. naila segera turun dan tak lupa meminta sopir taksi menunggunya beberapa menit.

begitu masuk ke lobi dan bertanya pada resepsionis dia akhirnya mengetahui bahwa andika benar tinggal di apartemen dan tepatnya di lantai 9, nomor kamar 425 lumayan mudah untuk di ingat.

****

karena berlama lama memikirkan andika selama perjalanan pulang membuatnya tak sadar dia sudah tiba di depan rumah. naila pun segera keluar begitu sopir membuatnya tersadar. namun belum fikirannya lepas dari andika dia melihat mobil tanjung ada di pelataran rumah dan kemudian dia menemukan tanjung duduk di kursi taman. dengan segera naila masuk ke dalam dan menemui tanjung, begitu melihat kedatangan Naila tanjung segera bangkit.

"dari mana saja kau? aku ke tempat kerjamu tapi mereka bilang kau tidak kembali sejak pergi tadi sore, aku menelfon berulang kali tapi kau tidak mengangkatnya. kau juga tidak bilang pada teman teman dekatmu jika tidak langsung pulang ke rumah!" semprot tanjung

"tenang dulu, aku baru saja mengikuti andika. aku menemukan tempat tinggalnya, rupanya dia mengangkat seorang bayi ku kira dia sudah menikah ternyata belum. dia tinggal di apart..." naila belum selesai dengan kalimatnya

"tunggu! kau mengikuti dia?! untuk apa?! kenapa kau begitu ingin tau? kau bahkan tidak akan menemukan apapun naila!" tanjung tampak gelisah

"loh, memangnya kenapa? sudah seharusnya karena itu wajar, aku terusik dengan seorang penguntit tapi ku rasa dia tak berniat jahat sama sekali padaku, aku yakin setelah melihat hidupnya dari kacamata yang berbeda hari ini" kata naila kemudian duduk di kursi mencomot biskuit

"kau tak tau apa apa soal hidupnya" tanjung menengadah seperti melihat langit yang seolah menunjukkan sebuah adegan film layar lebar

"ya tentu saja, kau kan teman SMA nya tentu saja kau yang lebih tau. jadi bagaimana? apa dia anak yang cerdas semasa sma? atau bagaimana latar belakang hidupnya?" naila tampak sangat antusias

"naila, kau sungguh tidak ingat apa apa?" tanjung masih menengadah membelakangi naila

"ingat soal apa?"

"ini bukan pertemuan pertama kita, maksudku aku, kau dan dia, andika" penjelasan tanjung mulai berbelit-belit.

"apa? ingat soal apa? pertemuan yang mana? apa kita pernah bertemu sebelumnya?" naila mengulangi pertanyaannya

"iya. aku yakin kau lupa kau mungkin sengaja melupakannya. tapi baiklah sebelum dia yang memberi tahukannya padamu lebih baik aku yang melakukannya. aku ingin membawamu ke suatu tempat sekarang" tanjung menarik tangan naila membawanya pergi entah kemana naila tak mengerti.

dia dan tanjung berteman sejak sekolah dasar tepatnya saat tanjung kelas 6 SD dan sementara dirinya kelas 5 SD, meskipun berbeda usia 2 tahun naila tak mengijinkan dirinya memanggil kakak baginya tanjung adalah teman, sahabat sejak masa kecil bukannya saudara tua. mereka berdua sama sama anak tunggal keluarga yang bersahabat begitulah alur cerita kedekatan keduanya hingga kini.

Tanjung membawa naila ke sebuah sekolah dasar tak jauh dari rumahnya namun cukup jauh dari pusat kota. tepat di halaman sekolah yang sangat sederhana itu mereka berdua pun turun dari mobil. naila mencoba mengingat apakah sekolah dasar didepannya berhubungan dengan andika namun dia jelas ingat tidak ada. sementara tanjung menghirup udara malam yang terus berbau gosong, bau api hanya itu yang masuk ke rongga penciumannya.

"ini sekolah dasarmu dulu?" tanya naila akhirnya

perlu diketahui jika tanjung pernah pindah sekolah saat masih SD dia melakukan hal yang sama ketika SMA.

"tidak" jawab tanjung, sebenarnya dia bingung harus menjelaskan dari mana. bangunan lama itu sudah berubah menjadi sekolah. tidak tersisa apa apa, dan tanjung sangat yakin naila tidak ingat sama sekali, dia masih umur 4 tahun ketika di adopsi. dia bahkan hanya mengenal tanjung sebagai sahabatnya bukan kakaknya. bagaimana bisa masa lalu yang coba tanjung simpan harus dia bongkar sendiri?

"hei! kenapa mengajakku kesini?! kau tak jelas sekali!" pekik naila seolah dia sudah memanggil tanjung berulang kali.

"kau ingat panti asuhan nirmala?" tanya tanjung kemudian

"kalian sedang apa disini?" sebuah suara menembus dingin

"andika? kau, kenapa kau disini?" tanjung tampak kaget seperti saat dia bertemu andika di depan rumah sakit.

"bagaimana aku bisa melupakan semua begitu saja?" andika tersenyum sinis.

tanjung menarik andika menjauhi naila. sementara naila yang merasa bosan dan takut dengan suasana gelap di depannya memutuskan masuk mobil.

"kau! kau sudah gila?! sudah ku bilang jangan pernah temui naila! aku tidak akan membiarkanmu membuka kembali kenangan masa kecilnya. dia sungguh tak ingat apa apa! kau sudah berjanji padaku, kau tidak akan muncul di depan naila" tanjung meluapkan seluruh emosinya, semua yang dia simpan sampai dia bisa bertemu dengan lelaki ini lagi.

"kau yang membuatku terpaksa menunjukkan diri padanya" jawab andika ringan, mencabut rumput liar di dekatnya yang tumbuh paling tinggi dari yang lain

"aku?" tanjung tidak mengerti

"kau berjanji jika aku tidak menemuinya kau akan menjaganya dengan baik, tapi kau membiarkan dia mengenal keluarga suryadiraja. kita semua tau siapa keluarga itu--" tanjung membekap mulut andika ketika nama keluarga suryadiraja sudah keluar dengan bebas dari mulut andika

"suryadiraja adalah sepupu keluarga Hadiwijaya, kita juga tau sulit menjauhkan mereka" jelas tanjung

"kurasa kau bukannya menjelaskan tapi mencari cari alasan. keluarga Prasetyomu lebih berkuasa dari suryadiraja, kenapa kau tidak memanfaatkan? kau punya segalanya, seorang pewaris." andika mulai melempar jurus intimidasinya

tanjung terdiam menyadari dia memang tidak pernah mencoba menghalangi naila berdekatan dengan iqbal.

"kurasa adik kita sangat penasaran denganku, aku tak bisa lari lagi karena dia sudah tahu bahkan kamar apartemen dan andini" Andika melanjutkan bicaranya. "selamat karena setelah ini kita akan sering bertemu" katanya pada tanjung kemudian dia masuk ke dalam gedung sekolah dasar itu sendiri dengan menyalakan senter hpnya.

tanjung kembali ke dalam mobil, dia tak berniat bicara dia langsung mengemudikan mobilnya untuk mengantar naila pulang.

"keluarlah. aku ada urusan" kata tanjung pada naila yang sejak tadi sangat kebingungan.

tanjung merasa begitu ketakutan. dia takut andika merebut naila dengan ancamannya setiap tahun. mereka yang dulu bersama sama melindungi Naila sekarang seolah berlomba melindungi naila. apa sebenarnya yang terjadi. kenapa andika datang tiba-tiba begini!

*****

avataravatar
Next chapter