webnovel

One Night Accident

Satu malam mengubah segalanya. Ratih Ayu Brawijaya. Menikah merupakan hal yang sudah di atur oleh keluarganya. Namun, apa jadinya jika dia malah hamil saat melakukan kencan semalam? Daniel Cohza Cavendish. Manikah? tidak ada dalam kamus hidupnya. Bahkan dia lebih memilih berpura-pura menjadi seorang Gay dari pada harus menikah. Sayang, Semua harus dia pikirkan ulang ketika terlanjur menghamili seorang wanita.

cleopetra · Urban
Not enough ratings
374 Chs

PREGNANT

Dua minggu lagi, kontrak kerja Ayu di tempat Bella berakhir. Tapi entah mengapa, sudah tiga hari ini, dia merasa tak semangat melakukan apapun. Padahal, sebagai asisten, dia harus cekatan. Alhasil, selama tiga hari ini, Ayu mendapat teguran. Karena kerjanya yang terkesan seperti pemalas.

Sebenarnya, David sudah menyuruhnya berhenti kerja dan mengurus Mall saja. Tapi Ayu ingin konsisten pada tujuan awalnya, dan menyelesaikan kontraknya yang hanya enam bulan itu. Ayu juga kembali tinggal di apartemennya yang lama selepas David yang pergi ke Jerman sebulan lalu. Awalnya David mengamuk, karena adiknya kembali ke apartemen yang katanya kumuh itu. Tapi karena jarak yang dekat dari apartemen ke tempat kerjanya, membuat Ayu berhasil meluluhkan amukan David. Walau Ayu harus membawa serta dua orang pengawal dan berangkat kerja dengan mobil pemberian Kakaknya itu.

Ayu masih ingat ekspresi kagum dan kaget dari temen kerjanya saat pertama kali Ayu membawa mobil Buggati Veyron Super Sport. Well, sebenarnya Ayu tidak percaya diri saat membawa mobil semewah itu ke mana-mana. Tapi apa mau di kata, mobil yang lain bahkan lebih mahal dari itu. Itu adalah mobil termurah pilihan David. Mau tak mau, Ayu memakainya. Karena pernah sekali dia tidak membawanya kerja, David langsung memberondongnya dengan berbagai pertanyaan tak penting.

Dengan malas, Ayu turun dari mobilnya. Sejak pagi ia merasa mual. Padahal dia belum makan apapun. Sebenarnya, dia ingin cuti saja, tapi karena sudah tiga hari ini dia kena omel, jadilah Ayu tak berani izin. Takut tambah di marahi.

Saat masuk, suasana di kantor terlihat tegang. Ada apa ini? Ayu bertanya-tanya, biasanya teman-teman kerjanya menjawab sapaan ramahnya. Tapi kali ini mereka justru seperti membalas dengan tidak ikhlas. Bahkan ada yang langsung melengos begitu melihatnya.

Ayu masuk ruangannya dengan lesu. Tapi baru saja dia duduk, Mbak Eka, asisten lama Mbak Bella, masuk ke ruangannya.

"Ayu ditunggu Mbak Bella di ruangannya. Sekarang." Eka berujar jutek dan ngeloyor pergi. Ayu bertanya-tanya ada apalagi sekarang? Dia baru datang dan seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun. Akhirnya Ayu beranjak dan lansung mengetuk pintu ruangan Bella.

"Masuk!!"

"Duduk Yu." Mbak Bella mempersilakan.

"Ada apa ya, Mbak? Tumben pagi-pagi sudah manggil saya?"

"Sebelumnya Mbak gak bermaksud nuduh atau apa. Tapi kalau boleh Mbak tahu, Ayu bisa beli mobil sport, itu uang dari mana ya?"

"Maksudnya?? Kenapa pertanyaannya kayak gitu?"

"Gini Ayu, udah sebulan lebih laporan keuangan kita selisih banyak dan setahu Mbak, semua laporan sebelum sampai ke saya itu di pegang sama kamu atau Eka. Tapi karena Eka sebulan ini ada di Korea dan baru kembali tiga hari yang lalu, saya simpulkan cuma kamu yang pegang selama ini."

"Maksudnya mbak nuduh saya korupsi?"

"Mbak nggak bermaksud menuduh, tapi hilangnya uang di perusahaan Mbak itu bersamaan dengan kamu memiliki mobil mahal. Dan lagi Mbak perhatiin sekarang semua baju kamu brand ternama. Padahal Mbak tau perusahaan Brawijaya sedang mengalami pailit. Jadi gak mungkin kan semua itu dari orangtuamu?"

"Mbak, semua baju dan mobil itu pemberian Kakakku," kata Ayu.

"Ayu, Mbak itu tahu, keluargamu lagi susah. Jadi please, gak usah bohong. Mbak nggak akan bawa kasus ini ke Polisi dan cukup kita aja yang tahu, asal kamu jujur sama Mbak dan balikin semua uang yang kamu bawa."

Ayu merasa seperti ditonjok perutnya. Dia merasa mual dan pusing bersamaan. Sungguh dia gak nyangka bakal di tuduh seperti ini. "

Tapi Ayu emang nggak ngambil Mbak." Ayu membela diri.

"Ayu, sudah gak papa ngaku aja Mbak gak bakal marah. Yang penting kamu jujur.

"Ayu berdiri dadanya naik turun karena emosi. "Mbak, mau berapa kalipun saya bilang. Saya tetep akan bilang kalau bukan saya yang ambil. Karena saya memang gak merasa pernah ngambil."

"Ayu, please, jangan bikin masalah jadi makin rumit."

"Tapi Ayu emang gak ngambil Mbak. Mbak harusnya selidiki dulu sebelum nuduh orang."

"Mbak sudah selidiki dan hasilnya emang mengarah ke kamu semua. Kalau kamu gak mau ngaku mbak terpaksa bawa kamu ke meja hijau," Teriak Bela sambil berdiri.

Mendengar bentakan Bella Ayu jadi terkejut dan entah mengapa pusing di kepalanya makin menjadi. Dan sebelum dia bisa bicara untuk membela diri kegelapan sudah lebih dahulu menjemputnya.

******

Ayu membuka matanya karena mendengar suara berisik di gendang telinganya. Dia melihat sekelilingnya. Sial dia di rumah sakit lagi. Dia mengingat apa yang terjadi lalu kepalanya langsung terasa pusing. Ayu berusaha duduk karena dia seperti mendengar suara kakaknya membentak-bentak seseorang. Ayu turun dan membawa serta cairan infus bersamanya. Sampai di luar dia melihat Kakaknya sedang menelPon seseorang dengan marah.

Tanpa sengaja David berbalik dan langsung melotot melihat Ayu di belakangnya. "Apa yang kamu lakukan!?" Dalam sekejap, David menggendong Ayu dan membaringkannya di ranjang Rumah Sakit.

"Kenapa?" tanya Ayu polos.

"Kenapa? Kenapa turun dari kasur, bego!"

"Habisnya Mas berisik. Ngomelin siapa sih? Lagian Mas kok bisa di sini?"

"Kamu pikir, Mas bisa tenang di Jerman, kalau mendengar kabar adek Mas pingsan dan dituduh korupsi?!"

Mata Ayu memerah mengingat itu. "Mas ... tahu darima-..?"

"Jelas tahu!! Tapi tenang aja, Mas sudah urus semuanya."

"Maksud mas?" David menyeringai licik dan Ayu tidak suka itu.

"Jangan senyum kayak gitu, Mas nyeremin, tau gak?" Ayu berujar ngeri.

"Ngomong-ngomong, Ayu sakit apa? Kenapa sampe di bawa ke rumah sakit segala? Cuma pingsan doang." Ayu menambahi. Mendapat pertanyaan itu senyum David langsung hilang.

"Kenapa mas? Ayu gak ngidap penyakit mematikan, kan?"

David menggeleng. "Tapi bebannya akan kamu bawa seumur hidup." David bergumam lirih.

Ayu bingung. "Seumur hidup? Ayu sakit apa? Bisulan? Ambeien atau Ayan?"

David memandang Ayu cengo. Adiknya itu sungguh amazing. Penyakit yang di sebutkan sungguh gak oke. Harusnya paru-paru basah, kanker atau apa kek yang lebih berkelas. Ini apa??? Ayan?? Ayan Goreng?!

Bukan berarti David pengen Ayu penyakitan. Tapi itu tadi ... penyakit paling absurd yang pernah dia dengar.

"Yakin mau denger? Yakin gak yakin, Mas harus tetap kasih tau sih, karena kamu yang akan menanggungnya." Ayu makin bingung dengan ucapan David yang tidak jelas itu.

"Jangan bikin takut deh."

David duduk di sebelah Ayu dan menggenggam tangannya. "Mas tahu, ini berat buatmu, tapi kamu harus ingat, keputusan apapun yang kamu buat, Mas akan selalu mendukung."

Mendengar itu, Ayu menjadi semakin ketakutan.

"Kamu enggak sakit apapun, Dek." Ayu mengembuskan napas lega.

"Tapi ... kamu hamil."

Ayu berhenti bernapas. Merasa Bumi yang ia pijak saat ini terasa dijungkir balikan. Ayu mengingat-ingat, kapan terakhir datang bulan. Dan itu dua bulan lalu!! Ayu tak pernah mempermasalahkan itu karena tamu bulanannya memang selalu datang tak teratur. Tapi hamil?!?! WHAT THE FUCK IS GOING ON?! Oh Tuhan ... Ayu sama sekali belum siap!! Ayu berdoa dalam hati semoga ini hanya mimpi. Tapi tentu saja doa Ayu tak terkabulkan, karena itulah faktanya.

Di menit berikutnya, air mata Ayu jatuh bercucuran. David mencoba menghibur dengan memeluknya. "Ayu ... Ayu ... harus gimana ? Ayu bahkan nggak kenal cowok itu ...."

"Mas janji. Akan mencari cowok itu. Dan dia, HARUS BERTANGGUNG JAWAB!!" David berujar geram.

Ayu menggeleng. "Gak usah Mas. Ayu takut. Gimana kalau dia punya pacar atau bahkan istri dan anak? Ayu bakal hancurin rumah tangga orang Mas."

"Tapi dia SUDAH ... MENGHANCURKAN masa depanmu, Dek!!!"

Ayu menggeleng lagi, "Baginya, itu hanya One Night Stand, dan Ayu harusnya sadar akan resikonya."

David memandang Ayu. Sedih dengan nasib adiknya itu. Tapi dalam hati kecilnya, terselip kebahagiaan. Karena sebentar lagi, ia akan menjadi paman. David tahu, dia terlalu berengsek untuk jadi seorang ayah dan dia takkan pernah membiarkan seorang bayi yang suci mengaliri darahnya yang kotor. Tapi dia akan berusaha menjadi paman yang menyayangi keponakannya. Dia bahkan sudah menyiapkan agar keponakannya yang akan mewarisi asetnya kelak. Mungkin harus dibagi dua antara anak Ayu dan Sandra, pikirnya. Tapi itu jika Ayu mempertahankan janinnya.

"However, kamu gak bermaksud untuk menggugurkan kandunganmu, kan, Dek?" David terlihat cemas. Mendengar itu Ayu langsung mual.

"Mas ... Ayu sedih, tapi Ayu gak bego. Bagaimanapun juga, ini anak Ayu. Walau Ayu belum siap, tapi Ayu gak pernah berpikir sampai situ. Ayu bakal pertahankan, walau ditentang sekalipun."

Mendengar jawaban Ayu itu, membuat David tersenyum lega. "Baiklah... Bagaimana kalau kita pulang? Sekarang."

Ayu tertawa karena baru menyadari kakaknya itu masih tidak suka berada di rumah sakit.

Dengan atau tanpa ayah dari anak yang dikandunganya, Ayu yakin David akan jadi orang yang selalu menjaga dan melindungi dirinya.