webnovel

Rival

"Eh kalian itu pacaran ya?" tanya Ria ketika Tiara dan Raza turun dari angkutan umum.

Entah dari mana asalnya Ria langsung menyerang pertanyaan seperti itu pada Tiara dan membuat beberapa pasang mata melihat ke arah Tiara dan Raza yang sedang berjalan berdampingan. Raza hanya tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan Ria sedangkan Tiara menantang dengan jawabannya.

"Emang kenapa kalo gue pacaran sama Raza? Masalah?"

Raza yang mendengar perkataan Tiara langsung tersenyum meskipun dia tau itu adalah kebohongan.

Suara surakan heboh datang dari beberapa orang yang sedang berjalan yang mendengar jawaban Tiara. Lain halnya dengan Ria, setelah mendengar jawaban dari Tiara dengan cepat memasang wajah seperti akan membunuh di tempat.

"Gue tanya sekali lagi sama lu, apa bener lu jadian sama Raza?!!"

Raza yang merasa tidak tahan dengan perdebatan dua perempuan di depannya akhirnya angkat bicara.

"Udah deh, hal sepele aja di ributin. Gak ada untungnya kalian nyebut-nyebut nama gue."

Ria merasa tidak senang dengan ucapan Raza, langsung pergi meninggalkan Tiara dengan menabrakan pundaknya ke pundak Tiara sebelum berlalu. Tiara yang tidak terima dengan perlakuan Ria langsung menarik rambut panjangnya yang tergerai alhasil Ria jatuh ke lantai. Suara tawa dari siswa siswi yang melihatnya terdengar saling bersautan.

"Uupss!! Sorry, gue gak sengaja," kata Tiara meminta maaf tapi tidak menunjukan wajah bersalahnya.

Tiara menunjukan senyum di sudut bibirnya dan langsung masuk ke kelas melewati Ria yang masih duduk di lantai sedangkan Ria hanya merintih kesakitan dan memasang wajah penuh kebencian kepada Tiara.

Zia yang tiba di kelas langsung bertepuk tangan karena adegan yang dia lihat di luar kelas. "Hebat lu, Ra."

Tiara langsung mengibas rambut yang di kuncirnya pura-pura layaknya bangga mendapatkan penghargaan karena memenangkan kompetisi.

"Lu apa-apaan si, Ra. Kasian kan Ria kesakitan gitu," kata Raza begitu masuk kelas dan menyerang Tiara dengan perkataannya.

Merasa tidak terima akan perkataan Raza, mata Tiara langsung menatap Raza dan bertanya, "Lu suka sama Ria?"

Raza langsung tertawa saat mendengar pertanyaan dari Tiara.

Kenapa bisa dia bertanya seperti itu? Kenapa dia tidak melihat perasaan Raza yang tulus? Kenapa dia selalu ingin menang sendiri? Raza tertawa seperti itu karena sedang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya pada Tiara.

Raza sebenarnya tidak ingin Tiara terluka karena melakukan hal seperti itu, jika saja Ria meladeni sikap Tiara, sudah di pastikan mereka saling menjambak rambut yaitu pertengakaran khas para perempuan. Raza menghiraukan pertanyaan Tiara, dia langsung duduk di bangkunya.

Bel masuk pun berbunyi dan pelajaran di mulai seperti biasanya. Tidak lama berselang guru pelajaran pertama pun masuk.

"Selamat pagi anak-anak. Buka halaman delapan puluh, siapkan buku besar dan tulis apa yang bapak terangkan. Bapak tidak mau mengulangi penjelasan, paham."

Guru matematika yang di kenal killer langsung berbicara tanpa jeda setelah ucapan selamat pagi sementara para siswa siswi gelagapan mengimbangi perintah pak guru tersebut.

"RAZA, kamu paham??!"

Perkataan pak guru bukan menanyakan kepahaman Raza melainkan menegur karena Raza terus mengobrol dengan teman sebangkunya yang juga satu klub basketnya. Mereka berdiskusi tentang jadwal latihan yang berubah.

"Paham pak," jawab Raza cepat.

"Kalo paham, apa jawaban yang bapak tulis di papan tulis ini," kata pak Guru menantang kepahaman Raza.

Dengan siap Raza pun bangun dan mengerjakan soal yang di papan tulis karena memang Raza basicnya masuk kategori orang pintar dengan cepat dia mengerjakannya.

"Bagus. Lain kali jangan ngobrol saat pelajaran bapak ya," kata pak Frans selaku guru matematika.

Bel istirahat pun berbunyi, tetapi kelas Tiara belum menunjukan tanda-tanda untuk bubar karena ada beberapa siswa yang belum selesai mengerjakan tugas sementara siswa yang sudah selesai

merasakan gelisah. Setelah pelajarna matematika di lanjut dengan fisika.

"Kenapa belum selesai? Kalian tidak mau istirahat? Saya juga mau istirahat. Kalo yang sudah selesai silahkan keluar." Suara guru fisika menggelegar dan beberapa siswa yang sudah selesai meletakan buku tugasnya lalu pergi keluar.

"Yaah, tungguin gue dong, Ra. Tinggal 2 nomor lagi nih gue," pinta Zia yang melihat Tiara ingin bangun dari tempat duduknya.

Tiara menunjukan cengirannya dan bangun untuk menyerahkan tugas yang telah di selesaikan. Raza pun ikut bangun setelah melihat Tiara. Zia hanya menatap tajam ke arah Tiara dan Raza yang bersamaan pergi keluar kelas.

"Awas kalian berdua, gak care ama gue," batin Zia.

Tiara dan Raza langsung pergi ke kantin tanpa menunggu Zia yang keluar karena cacing mereka sudah meronta-ronta di dalam perut masing-masing.

"Lu mau makan apa, Ra?" tanya Raza ketika sampai di kantin.

"Gue mau mie tapi gak boleh sama mama, makan apa ya?" tanya Tiara bingung.

"Apaan ya? Gue juga bingung. Tapi gue mau batagor, lu mau gak?"

"Oh iya, batagor aja. Spesial gue ya minumnya es teh aja," pinta Tiara.

"Oke sip. Tunggu di sini ya," kata Raza sambil mengacungkan ibu jarinya.

"KALIAN JAHAAAT!!" pekik Zia sambil menepuk pundak Tiara dari belakang.

"Hehe, sorry, Ra. Gue udah laper," jawab Tiara sambil nyengir.

Zia hanya berdecak kesal dan menghampiri Raza yang sedang memesan batagor.

"Bang, saya juga sama kaya dia," ucap Zia dan langsung duduk dekat Tiara.

Tidak lama kemudian Raza datang membawa dua piring batagor lalu meletakkan di atas meja dan pergi lagi untuk mengambil es teh. Zia yang bingung karena tidak mendapatkan piring batagor langsung bertanya pada Raza, "Punya gue mana, Za?"

"Belum di bikin lah, ngantri. Gue aja mesen dari tadi baru jadi. Ambil sendiri sana," kata Raza dan langsung melahap batagornya.

Tiara hanya tertawa kecil melihat raut wajah Zia kesal terhadap Raza, dengan langkah kesal Zia pun menghampiri tukang batagor untuk mengambil pesanannya.

"Raza, lu suka sama Tiara ya?"

Uhuk..! Uhuk..!

Pertanyaan Zia sukses bikin Raza tersedak saat meminum es tehnya dan menatap tajam ke arah Zia. Tiara yang mendengar pertanyaan Zia langsung menoyor kepala Zia tanpa ampun.

"Iiih, apaan si lu, Ra. Maen toyor pala orang. Entar pinter gue ilang nih," protes Zia.

"Lagian lu asal ngomong aja, jadi keselek tuh anak orang," bela Tiara.

"Lagian lagian, emang iya kok. Buktinya aja batagor gue gak di bawain, dia malah rela bolak-balik. Apa namanya kalo engga suka hayo?" selidik Zia.

"Gak gitu juga konsepnya, Ra. Kan Raza juga udah di ujung tanduk cacingnya terus lu batagornya belum di bikin," bela Tiara lagi.

Zia hanya mengerucutkan bibirnya karena tidak terima Raza terus-terusan di bela Tiara sedangkan Raza hanya menjulurkan lidahnya tanpa mengeluarkan kata-kata untuk meledek Zia.

Setelah selesai menghabiskan makanan, tiga sekawan yaitu Tiara, Zia dan Raza masih betah duduk di bangku kantin karena bel masuk istirahat belum berbunyi. Mereka bercerita dan bercanda ria. Suara tawa Zia menggema saat mendengar lelucon Raza, siswi yang melihat langsung melirik ke arah Zia dengan tatapan jengkel karena mendengar tawa Zia yang terbahak-bahak.

Bel masuk istirahat pun berbunyi, semua siswa siswi langsung masuk ke kelas masing-masing. Saat Tiara berjalan di koridor sekolah tiba-tiba Tiara goyah karena di tabrak oleh Ria dari belakang.

"Aduh!" Tatapan Ria terhadap Tiara sangat tajam karena dia masih dendam dengan kejadian tadi pagi, tak mau kalah dengan Ria, Tiara pun menarik tangan Ria dan mencengkramnya dengan kuat alhasil Ria merintih kesakitan.

"Gue ke sekolah mau belajar, bukan nyari ribut. Jadi, lu harus kondisikan sikap lu sendiri sama gue. Jangan macem-macem sama gue, paham!" ucap Tiara penuh penekanan dan ancaman.

Ria langsung melengos pergi setelah mendapat ancaman dari Tiara dan melihat Raza dengan tatapan sinis. Zia langsung bersiul saat mendengar Tiara mengancam Ria seperti itu.

"Keren lu, Ra," kata Zia mengacungkan dua ibu jarinya.

Tiara hanya tersenyum penuh kemenangan. Tiara memang tipikal cewe yang tidak takut dengan apa pun, terlebih terhadap teman-temannya selama Tiara merasa benar, dia terus menunjukan sikap beraninya.

Pelajaran di lanjutkan seperti biasanya, guru kimia memberikan tugas berkelompok untuk mempresentasikan tentang unsur-unsur kimia yang berada di dalam tabel.

"Sudah Ibu bagikan kelompok ya, nanti masing-masing kelompok menjelaskan ke depan kelas pada hari pelajaran berikutnya. Kalian paham kan?" perintah bu guru kimia.

"Paham bu guruuu," jawab siswa siswi kompak.