webnovel

Part 1

London 2010

Suara pecahan kaca yang bercampur bantingan pintu terdengar dari lantai atas. Robinson, si kepala pelayan, yang terbiasa melihat dan mendengar semua kekacauan yang disebabkan majikannya, hanya bisa mendesah. Ia menaiki tangga dan berhadapan dengan majikannya, Raphael, Duke of Stanford yang memiliki pengaruh cukup kuat di London.

Raphael terlahir dengan mata sehijau daun, rambut pirang dan tinggi yang diatas rata-rata. Ia cukup periang, kalau tak bisa dikatakan jail. Ia sering tertawa dulu. Tapi sekarang semuanya sirna.

Sorot matanya yang dulu hidup kini datar. Bibirnya selalu menekuk dan ia tersenyum dingin pada dunia. Saat Robinson tiba lelaki tersebut menatapnya dengan tatapan dingin, "Apa.. yang kau lakukan Robinson?"

Robinson membungkuk hormat, sama sekali tak takut pada suara Raphael yang dengan jelas bernada 'aku-pasti-membunuhmu' itu.

"Maaf My Lord, tapi wanita yang ada di kamar Anda, itu sama sekali bukan saya yang membawanya."

Wanita yang dimaksud tersebut sedang mengenakan bajunya sendiri dengan begitu cepat di balik quilt tebal. Ia bersyukur detik pertama Raphael melihatnya, lelaki itu membanting barang dan bukan membunuhnya.

Tangan Raphael terkepal, "Lalu siapa?"

Robinson tahu 1 jawaban salah bisa membuat kepalanya terlepas dari tubuhnya dan ia masih suka kepalanya berada di tempat yang seharusnya, jadi ia berbohong. "Anda sendiri yang membawanya My Lord."

Kini kening Raphael berkerut dalam. Aku? Ia mencoba mengingat malam kemarin. Ia pergi untuk mabuk-mabukan, seperti biasa. Rachel, adiknya, menemukannya dalam keadaan parah. Raphael tak ingat ia minum berapa gelas. Tapi yang terakhir ia ingat.. Yang terakhir.. Sial! Ia lupa!

"Ceritakan apa yang terjadi," katanya putus asa.

Robinson mengangguk. Setidaknya, Raphael tidak ingat apa yang terjadi. "Anda dibawa pulang Miss Standford dalam keadaan kacau, dan dibutuhkan beberapa pelayan untuk membantu anda."

Karena badannya yang setinggi 192 cm, Raphael memang mendesain mobil khusus untuk dirinya. Ia pernah mati rasa saat kakinya harus berdiam beberapa lama di mobil milik Leon, mantan sahabatnya yang juga merupakan Earl of Lockham.

Raphael terdiam lama sebelum ia mengangguk, "Dan wanita itu?"

Nah! Ini masalahnya! Kalau Robinson bilang bahwa ia yang sengaja membawa wanita itu untuk tuannya-untuk kebaikan para umat manusia-nyawanya pasti terancam.

"Anda mengigau, meminta Miss Cruella datang. Karena kami tak menemukannya, jadi...."

Raphael mengangkat tangan menyuruh Robinson diam. Robinson mengangguk. Ia melihat sekilas sinar kepedihan dan sakit hati di mata tuannya sebelum berganti menjadi sinar yang dingin.

"Bawa wanita itu pergi. Dimana adikku?"

"Dia sudah kembali My Lord," ucapnya berbohong lagi. Padahal Rachel ada di tempat kekasihnya, Leon.

"Bereskan kekacauan ini dan pastikam semua mulut tertutup rapat atau kalian harus siap menguburkan seseorang," ancamnya saat pergi meninggalkan ruangam sementara wanita tersebut bergegas lari.

Raphael berbalik dan menuju tingkat tiga, tempat dimana hanya ada 1 pintu yang selalu terkunci rapat disana. 7 tahun lalu, dimana usia Duke mereka masih 23 tahun lalu, ia jatuh cinta setengah mati pada wanita yang lebih tua umurnya 5 tahun, Penelope de Cruella.

Semua pegawai tahu kalau Penelope yang mengetahui bahwa Raphael jatuh cinta setengah mati padanya, memanfaatkannya. Ia berpura-pura bahwa ia juga menyukai Raphael. Tapi di hari pernikahan , Penelope menghilang dan meninggalkan sepucuk surat.

Surat yang berisikan kebohongan murni, yang membuat Raphael berubah. Dulu Raphael seperti matahari, ia tertawa gembira, tidak mudah marah, dan sangat toleransi pada pegawainya. Tapi kini, ia menjadi dingin dan tak tersentuh. Banyak juga pegawai yang diberhentikan olehnya dan pindah ke tempat Leon, kekasih Rachel.

Robinson menuruni tangga. Ia mendesah bila mengingat bahwa dulu kediaman ini akan ramai dengan tawa, bukannya sepi dan rasa ketakutan dari pelayan yang mengisi tempat ini. Sophie, pengasuh Raphael, keluar dari dapur dan memandangnya muram, "Masih sama seperti sebelumnya?"

Robinson mengangguk. Ia menuju dapur dan menyantap hidangan koki mereka, Mr.Salvatore. Hanya beberapa pelayan yang bersedia bekerja disini, yang membuat rumah ini semakin kotor. Walaupun gajinya tinggi, tapi reputasi Raphael soal dirinya yang temperamental tersebar dimana-mana. Bahkan pelayan Kerajaan pun tak mau kemari untuk hanya sekedar mengirimkan surat.

Salvatore melepas topi kokinya dan menatap mereka muram. Mereka duduk di bangku tinggi yang disediakan. "Kapan perkataan peramal itu terbukti?"

Peramal yang dimaksud adalah wanita tua yang memakai jubah coklat dan tongkat kayu. Saat Duke mereka berumur 25 tahun, si peramal mengatakan 5 tahun kemudian, akan ada wanita yang datang untuk membawa tawa dan membebaskan Raphael dari kegelapan. Wanita itu memiliki tawa malaikat dan sinar mata lembut namun bercahaya. Namun wanita itu juga memiliki mimpi buruk yang menghantuinya.

Raphael yang akan membantunya keluar dari sana. Saat Robinson bertanya seperti apa wanita itu , si peramal hanya berkata bahwa dipunggung wanita itu ada tanda luka, yang akan menyerupai sayap malaikat. Mereka harus menemukan wanita itu secepatnya.

Tapi sejauh apapun Robinson mencari, ia tak juga menemukan gadis yang mempunyai luka di punggung. Kebanyakan para wanita itu mengoperasi punggung mereka. Saat Robinson mencari si peramal, ia sudah pergi jauh. Belakangan, mereka baru tahu bahwa peramal itu selalu terbukti benar dan hanya tinggal sehari di tempat yang sama sebelum pergi ke tempat lain.

Mendengar pertanyaan Salvatore, Robinson mendesah lemah, "Sudah hampir 5 tahun, tapi kita juga tak menemukannya."

Sophie terdiam sebelum menatap meeka dalam, "5 tahun lalu ia datang, dan sekarang? Tak ada wanita dengan tanda di punggungnya yang berhasil kita temukan. Sementara Duke kita akan berumur 30, dan dia masih terjebak dengan masa lalu mengerikannya. Aku ragu akan ada wanita yang bisa menerimanya. "

Robinson menggeleng, "Aku tidak tahu. Seandainya si peramal memberikan kita petunjuk lain."

"Benar. Kenapa para wanita harus mengoperasi punggungnya?" keluh Sophie sambil menyesap tehnya.

Saat mereka sibuk berbincang, salah satu dari tim keamanan datang mendekat dan menatap mereka datar. "Kami sudah membawa wanita tersebut pergi."

"Baiklah," ujar Robinson sebelum memijat kepalanya yang pening.

"Dan aku kemari juga ingin bertanya apa kalian ingin memperpanjang masa kontrak?"

"Masa kontrak?" beo Sophie sempurna.

"Kontrak apa?" tanya Salvatore lagi.

"Untuk keamanan," jawabnya pendek yanh membuat mereka semua mengarahkan pandangan ke Robinson. Pria tua itu melongo sesaat sebelum teringat hal lain.

"Benar! Aku lupa soal itu! Tentu saja kami hendak memperpanjangnya! Aku akan segera bersiap ke Indonesia!"

Robinson kembali berlari ke dalam kamarnya sesuai dengan kemampuan tulangnya yang ringkih. Mereka memang menggunakan jasa keamanan dari luar, karna tak mau ada yang diam-diam dengan sengaja memfoto atau melaporkan Duke mereka.

Mereka pernah kecolongan satu kali. Itu sebabnya mereka memilih yang dari luar Inggris. Dan sejauh ini tim keamanan milik Antonio Larodi cukup memuaskan. Mereka menutup mata dan telinga atas gosip yang ada di sekitar. Tak bergosip atau menyebarkannya.

Semua bagus sejauh ini. Kecuali tentu saja bayaran yang cukup mahal. Tapi itu sebanding dengan layanan yang mereka tawarkan.

_______________________________

Suka cerita ini?

Tunjukkan apresiasi dan dukungan kalian ke authornya dengan cara

Ikuti akun FoxyRibbit

Ketik komentar

Vote cerita ini

Follow akun IGnya di Livia_92 dan FoxyRibbit

Next chapter