webnovel

Layanan Berbayar

Ada sebuah novel yang sangat tidak populer.

———

'THREE WAYS TO SURVIVE IN A RUINED WORLD'

[ Read - Chapter 1389 :

Comments : 1 | Views : 1 ]

[ Read - Chapter 1388 :

Comments : 1 | Views : 1 ]

[ Read - Chapter 1387 :

Comments : 1 | Views : 1 ]

———

"Kenapa tidak ada yang mau membaca novel sebagus ini?"

'Total Jumlah Bab : 3.149

Jumlah Rata-rata Pembaca per-Bab : 1.9

Jumlah Rata-rata Komentar : 1,08'

"Benar, sih. Siapa juga yang mau membaca novel dengan tiga ribu lebih bab seperti ini?"

"Oh, benar. Itu adalah diriku sendiri."

Aku adalah satu-satunya pembaca yang bertahan membaca novel ini sejak sepuluh tahun lalu — mulai usia tujuh belas. Dan akhirnya, aku sampai pada bab terakhir.

[ Unread - Chapter 3149 ]

Saat itu, aku masih belum tahu.

Sebab saat aku membaca bab terakhir dari sebuah novel yang kubaca sendiri selama sepuluh tahun ....

"Ini tidak mungkin."

Dunia yang ada di dalam novel menjadi kenyataan.

.

"SIAPA KAU SEBENARNYA?!"

.

"Aku — "

.

[ Ada tiga cara untuk selamat dari dunia yang hancur. Saat ini, aku lupa beberapa caranya, tapi satu hal yang pasti;

Kamu yang sekarang membaca ini akan selamat. ]

- 'Three Ways to Survive in a Ruined World', END -

tsy1202

"Huh? Benar-benar sudah habis?"

Perasaan puas sekaligus tidak nyaman menyusup dalam dirinya. Sayang, ia sama sekali tidak mengindahkan itu.

.

" — satu-satunya pembaca yang mengetahui epilog dari dunia ini."

.

. oOo .

"Omniscient Reader's Viewpoint"

Bab 1 : Layanan Berbayar

. oOo .

Aku akan memulai kisah ini dengan memperkenalkan diriku.

Ini memang cukup menyedihkan untuk dikatakan. Tapi, singkatnya seperti ini; Namaku Yohanes Dean, usia dua puluh tujuh tahun, kesepian dan lajang, lulus dari universitas tingkat-tiga Bisnis, saat ini bekerja sebagai karyawan kontrak dari cabang perusahaan besar, dan hobiku adalah membaca web novel di kereta bawah tanah saat perjalanan menuju rumah setelah kerja.

Tapi, hari ini agak berbeda dari biasanya.

"Kalau begitu, kamu akan kebablasan fokus pada smartphone-mu terus."

Di kereta bawah tanah yang bising, aku mengangkat kepalaku secara refleks. Sepasang netra cokelat milik seorang wanita muda menatap lurus kearahku.

'Anastasia Indriana dari Departemen SDM?'

"Ah, halo."

"Kamu mau pulang?"

"Iya. Kamu juga?"

Tasya Indriana mendudukan diri disebelahku. "Aku beruntung. Manager sedang melakukan perjalanan bisnis hari ini."

Aroma lembut menguar dari bahunya. Dan itu membuatku menjadi sedikit gugup.

'Aku tidak menyangka bertemu Tasya di kereta. Dia wanita paling populer di perusahaan.'

"Apa kamu biasanya naik kereta bawah tanah juga?"

"Itu .... " Ekspresi Tasya menggelap.

Kalau diingat-ingat, ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan Tasya di kereta bawah tanah.

Dimulai dari Manager SDM — Kang — dan Manager Keuangan — Han, aku sangat yakin ada banyak pria dari perusahaan yang berlomba-lomba untuk mengantarkannya pulang kerja.

Namun, kata-kata tak terduga keluar dari mulutnya.

"Ada yang mencuri sepedaku .... "

Iya, sepeda.

"Kamu pergi ke kantor dengan sepeda?"

"Ya! Aku banyak lembur akhir-akhir ini, dan sepertinya juga kurang berolahraga. Agak menyebalkan memang, tapi bersepeda sangat layak dilakukan."

"Aha, aku mengerti."

Tasya Indriana tersenyum. Melihatnya dari jarak sedekat ini, aku jadi bisa mengerti kenapa ada banyak pria yang tergila-gila dengannya.

Tapi, itu bukan urusanku. Tasya adalah orang yang hidup di kelas yang berbeda denganku.

Setelah percakapan canggung itu, kami melihat smartphone masing-masing. Seperti biasa, aku membuka novel yang biasa kubaca, sementara Tasya ... Apa itu?

"Puede prestarme dinero?"

"Huh?" Aku menatap bingung kearahnya.

"Ini Bahasa Spanyol, artinya; boleh pinjam uang, tidak?"

Aku tidak langsung merespon. Tepatnya, bingung harus merespon bagaimana. Saat pulang kerja 'pun dia masih belajar begini? Kelas kita memang benar-benar berbeda.

Hanya satu kalimat yang terlintas di benakku; dia akan menggunakan kalimat itu dimana?

"Kamu pintar banget, ya." Dan jadilah kalimat pujian penuh basa-basi itu menjadi responku. Biasa.

"Ngomong-ngomong kamu serius baca apa, Yohanes-ssi?" Tasya Indriana tampak tidak terlalu masalah dengan jawabanku tadi, namun, ia tiba-tiba mendekatkan wajahnya untuk mengintip ke layar smartphone di tanganku.

Tentu saja aku menjauhkan benda itu secara refleks.

"Ah ... Aku — "

"Itu novel?"

Ralat, rupanya wanita itu sudah berhasil mengintipnya.

" ... Iya. Anggap saja aku sedang belajar Bahasa Korea." Bodoh. Benar-benar jawaban bodoh.

"Wah, aku juga suka baca novel!" Tasya berucap antusias. "Aku biasanya baca karya Murakami Hiruki, Raymond Carver, dan — "

'Tentu saja kamu baca, ya .... ' Tentu saja ini hanya suara batinku. Tentu saja jenis novel yang dibaca tipe semacam Tasya pasti sangat berbeda jauh dari yang kubaca.

"Siapa penulis favoritmu, Yohanes-ssi?"

"Kamu tidak akan mengenal namanya meski kuberi tahu. Hahaha .... "

Memang benar kalau hobiku adalah membaca web novel saat perjalanan pulang dari kerja. Tapi, rasanya agak memalukan untuk memberitahukan hal ini pada orang lain.

Oh, iya. Alasan mengapa hari ini sedikit berbeda dari hari-hari sebelumnya adalah —

[ 'Three Ways to Survive in a Ruined World

- Author : tsy1202

- Total : 3.149 Chapters' ]

— karena novel fantasi yang sudah menemaniku selama sepuluh tahun, [ Three Ways to Survive in a Ruined World ], atau 'Ways of Survival', ceritanya sudah tamat hari ini.

Kalian mungkin bertanya padaku, apa pentingnya akhir dari sebuah novel?

Tapi, novel ini sangat berarti bagiku. Aku sudah membaca novel ini semenjak kelas tiga Sekolah Menengah Atas.

Bahkan saat aku dibuli di sekolah.

Saat aku gagal ujian masuk ke universitas tingkat-tiga Bisnis.

Saat aku salah mengambil keputusan dan malah melakukan wajib militer.

... Dan saat aku masuk ke cabang perusahaan besar sebagai karyawan kontrak ....

'Rasanya aku tidak punya kenangan manis.'

Sialan, lupakan saja semua itu.

Intinya, rasa hampa yang kurasakan saat cerita ini tamat, dan kepuasan karena aku adalah satu-satunya yang menyaksikan akhir dari cerita ini, bercampur-aduk dalam pikiranku.

Dan hari ini, epilog dari, 'Ways of Survival', akan dirilis.

Aku benar-benar heran sekaligus kagum. Penulis ini, siapapun dia, benar-benar hebat karena bertahan menulis tiga ribu bab novel selama lebih dari sepuluh tahun, yang rata-rata bab-nya hanya dilihat satu orang.

'Apa dia tidak merasa putus asa? Kenapa dia tidak menyerah saja saat di pertengahan novel?'

Ada seribu dua ratus orang yang membaca bab satu, sekitar dua puluhan di bab sepuluhan, dan dua belas orang di bab lima puluh lebih. Setelah itu ada banyak angka satu, dan kadang-kadang dua — tapi, itu bisa saja orang yang salah pencet.

Dengan kata lain, mungkinkah kalau novel ini memang ditakdirkan untukku?

'Meski aku ingin donasi ke penulisnya .... '

[ Yohanes Dean :

Mas Penulis, terima kasih untuk semuanya.

Aku akan menunggu bab terakhirnya. ]

Seorang pria yang hidup sendirian dengan gaji terbatas tidak punya hak untuk itu. Karena itulah dari pada sama sekali tidak memberikan kesan apapun, aku memutuskan untuk menulis komentar itu dari lubuk hatiku.

'Aku mencoba posting novel ini di bagian rekomendasi. Tapi, bisa-bisa malah dihina — dan aku yakin mereka pasti akan bilang; 'pasti kau adalah penulisnya dan cuma ingin dapat perhatian.'

'Padahal ceritanya bagus kalau saja kalian sabar dan terus baca ... Dasar orang-orang gak masuk akal.'

"Yohanes-ssi?" Panggilan itu menyentakku dari lamunan.

"Oh iya! Sudah hampir setahun kita ada di perusahaan, ya. Waktu sangat cepat."

... Aku lupa kalau kita sedang mengobrol. Tenang, cepat ganti topik sebelum percakapan menjadi canggung.

"Hahaha, benar. Saat itu kita tidak tahu apa-apa, kan?"

"Iya, aku masih ingat ... Rasanya seperti baru kemarin saja, tapi masa kontrak sudah hampir habis. Hahaha."

Aku tidak mendapat balasan apapun dari Tasya. Apa? Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?

Ah.

' ... Sial.'

Aku lupa. Kontribusi Tasya Indriana sudah terkenal, dan dia sudah di promosikan menjadi karyawan tetap.

"Ah, aku — "

"Oh iya, aku lupa memberimu selamat. Maaf, ya," Tentu saja aku buru-buru memotong kalimat Tasya — meski itu tidak sopan, tapi ... Tetap saja, kan? "Mungkin aku harus lebih banyak belajar bahasa asing lagi. Hahaha."

"I-Itu tidak benar! Masih ada tinjauan kinerja, dan .... "

Aku benci mengakuinya, tapi Tasya Indriana sangat luar biasa. Kalau saja dunia ini adalah novel, maka tokoh utamanya pasti seperti dia.

Sudah jelas bukan? Aku belum berusaha apapun, sedangkan dia sedang bekerja keras. Aku membaca web novel, sedangkan dia sedang belajar. Makannya sudah jelas Tasya menjadi karyawan kontrak, sementara kontrakku bahkan tidak diperpanjang.

"Tidak perlu merasa bersalah, Indriana." Tasya memandangku dengan ekspresi serba salah.

TING!

'Pesan?'

Saat itu aku tidak pernah menduga ...

[ tsy1202 :

Terima kasih banyak. ]

'tsy1202 ...?'

'Sebentar. Apa mungkin dia penulis aslinya? Penulis dari 'Ways of Survival'?'

... Apa yang akan segera terjadi padaku dan dunia.

[ Yohanes Dean :

Mas Penulis? ]

[ tsy1202 :

Aku bisa menyelesaikan novel ini sampai akhir berkat kamu. Aku bahkan menang kompetisi :). ]

Tentu saja selanjutnya keningku berkerut dengan otomatis. 'Ways of Survival menang kompetisi? Kapan?' Rasanya aku selalu mengikuti berita ter-update tentang kontes cerita apalah. Tapi, aku tidak pernah menemukan judul 'Ways of Survival' di kompetisi manapun.

[ Yohanes Dean :

Selamat! Ngomong-ngomong, apa nama kompetisinya? ]

[ tsy1202 :

Kamu tidak akan kenal namanya, karena ini adalah kompetisi tersembunyi. ]

[ Ah, novel itu rencananya juga akan menghasilkan uang. Penghasilannya dimulai saat epilog-nya dirilis hari ini. ]

[ Oh iya. Aku juga ingin memberikanmu hadiah spesial sebagai rasa terima kasihku.

Boleh minta alamat email-mu? ]

[ Yohanes Dean :

Terima kasih, tapi kupikir itu tidak perlu. Aku hanya membaca dan menyukai ceritamu saja, bukannya membantumu apa-apa .... ]

[ tsy1202 :

Tidak. Karenamu 'lah cerita ini bisa tersusun, dan nanti akan dipersembahkan pada dunia. ]

Tapi, benarkah 'Ways of Survival' menang kompetisi? Tadi dia bilang ini kompetisi tersembunyi, apakah dia bohong karena malu?

' ... Tapi, kalau hadiahnya uang boleh juga.'

[ Yohanes Dean :

Baiklah, kirim ke alamat ini saja: yohanesdean001 @ never.com, aku juga sangat berterima kasih, Tuan Penulis :). ]

Aku baru saja akan mematikan smartphoneku, sebelum sebuah notifikasi pesan masuk dari gmail.

[ Anda telah menerima 1 pesan baru

| Buka |

SENDER : tsy1202 (tsy1202 @ never.com)

'Halo pembaca, terima kasih untuk segalanya.

Monetisasi akan dimulai jam tujuh malam. Hadiah ini akan membantumu.

Semoga beruntung!'

PM 6 : 55 ]

'Jam tujuh malam? Berarti lima menit lagi?'

Itu hanya sebentar. Aku akhirnya kembali melakukan yang sebelumnya kulakukan. Keluar dari gmail dan menuju aplikasi baca — dan tentu masuk lagi ke menu My Favorite untuk menemukan novel 'Ways of Survival'.

'Huh?'

Tapi yang kutemukan hanyalah halaman putih kosong dengan tulisan merah 'not found'.

'Hmm, aneh. Mungkinkah ada kasus seperti menghapus novel untuk mengambil keuntungannya tanpa memberitahu para pembaca?'

PATS!

Lampu di kereta tiba-tiba mati.

"Huh?" Tasya bergumam kecil di sampingku. "Ada apa — "

BRAK!

Aku sendiri tidak tahu suara apa itu, yang pasti kereta yang kami tumpangi terasa berjalan kasar — sebelum rodanya terlepas dari rel.

"KYAAA!"

"A-APA INI!"

"Serangan teroris?!"

Tidak lama setelah itu, kereta perlahan berhenti. Aku melihat sekeliling, orang-orang tampak ketakutan — pasti — bahkan ada yang mencoba menggedor pintu.

"Indriana! Kamu gak apa-apa?"

Tasya memeluk lenganku dengan erat. "I-Iya. Ada apa ini s-sebenarnya?"

Dalam kondisi yang sama paniknya, aku tentu tidak bisa memberikan jawaban masuk akal sama sekali.

"Jangan cemas. Mungkin ini bukan masalah serius."

[ PM 6 : 59 ]

[ PM 7 : 00 ]

Aku kebetulan memyaksikan momen saat menit itu berganti. Tetapi, momen itu adalah ...

'Jam tujuh. Berarti monetisasinya?'

Suara berdentum terdengar keras dari sekitar kereta. Cukup keras untuk membuat semua orang menjadi semakin panik lagi.

"Y-Yohanes-ssi, a-ada apa?"

BZZT!

'Eh?'

Aku melihatnya. Sebuah percikan cahaya merah kecil yang perlahan berubah menjadi gumpalan cahaya yang semakin besar. Hal yang sangat aneh ini kemudian disusul dengan sebuah tulisan 'pengumuman' yang muncul di tengah-tengah peron yang kunaiki.

[ Layanan bebas sistem planet 8612 telah dihentikan ]

"A-Apa-apaan itu?"

[ Skenario utama dimulai sekarang ]

.

.

Saat itu kehidupanku telah berubah.

.

.

[ Bab 1 : Layanan Berbayar ]

END

[ Apakah ingin melanjutkan membaca?]

| Ya | Tidak |