webnovel

olynic pushnova

Nikolai Zephyr memiliki kekuatan aneh dari orang biasanya. Sifatnya yang pemalas membuatnya memiliki kebiasaan tidur, tidur, dan tidur. Disuatu waktu seseorang datang untuk mengajaknya ikut turnamen kekuatan, diapun setuju mengikutinya hanya untuk menghilangkan rasa bosannya. Inilah petualangan si pemalas terhebat di dunia, dengan slogannya "Saya tidak kuat, saya hanya tidak lemah."

Wichampa · Fantasy
Not enough ratings
3 Chs

Sihir Roh

Pertarungan telah dimulai, kami dari tim Eropa mendapat tempat di utara pulau ini. Di selatan pulau ini ada gunung berapi yang masih aktif, sepertinya tim Asia ditempatkan disitu. Benar saja setelah pengumuman turnamen dimulai kami mendengar suara gunung yang erupsi dengan dahsyat, ledakan itu menghujani area disekitar gunung dengan batu-batu yang dilapisi dengan lava. Aku yakin orang-orang yang berada di sekitar area itu bisa mati terkena serangannya.

"Sudah dimulai ya."

"Ayo kita bergegas menuju barat."

Rencana kami adalah memutari pulau ini secara diam-diam menuju ke belakang gunung itu, dengan harapan tidak akan ada orang yang akan menyerang jika kami bersembunyi disitu. Namun ketika kami sedang berlari muncul pohon-pohon yang tumbuh sangat cepat, mengelilingi area kami.

"Oi kekuatan ini adalah kekuatan alam, sepertinya ini adalah perbuatan tim Amerika Selatan. Kalian tetap waspadalah, jangan sampai terpisah di hutan buatan ini."

"Sudahlah jangan banyak bicara lebih baik kubakar saja pohon-pohon yg menganggu ini."

Erika menggunakan kekuatan apinya untuk membakar pohon disekitar kami.

"Sialan, mereka langsung padam. Kurasa ini bukan pohon biasa, mereka menggunakan kombinasi roh air dan roh tanah sepertinya karena tidak mungkin elemen kayu biasa dapat melakukan ini."

"Akan kucoba dengan anginku. Wind slicer."

Heinz berhasil memotong beberapa dari pohon itu, namun tanpa diduga mereka tumbuh lagi dengan sangat cepat.

"Kurang ngajar."

Langit siang biasanya menjadi gelap karena daun-daun pohon ini sangat lebat.

"Hei Niko jangan terlalu jauh dari kami."

"Ha?"

Ketika aku melihat ke arah mereka yang berada di belakangku, hanya ada pohon-pohon saja. Ini adalah rencana mereka dengan memisahkan kami bertiga.

"Yah, jalan lurus sajalah kedepan."

Aku hanya berjalan lurus saja kedepan tanpa menghiraukan hal lainnya. Toh aku juga merasa tidak membutuhkan mereka, karena kurasa mereka tidak cukup kuat.

"Ah lihat apa yang kita dapat disini, seorang turis Eropa."

Seseorang datang dari sela-sela pepohonan, dia adalah salah satu anggota Amerika Selatan.

"Jadi itu ya rencana kalian, memisahkan kami lalu melawan kami satu per satu."

"Tepat sekali, bukan rencana yang buruk kan? Apalagi kami adalah pengguna sihir roh, tidak mudah mengalahkan kami bertiga."

"Begitukah?"

"Cih, kau sepertinya meremehkan begitu ya tuan pemilik sihir kecil?"

"Ah aku mengerti, kalian menargetkanku karena hawa keberadaanku yang paling lemah ya."

"Benar dan orang lemah itu harus tereliminasi paling awal."

Dia maju dan menyerangku dengan api di tangannya. Aku mengelak, namun sepertinya dia bisa mengubah tinjunya menjadi bola api sehingga mengenai kemejaku sedikit.

"Bagaimana rasanya terkena Dragon Fist ku, jagoan?"

"Yah, cukup untuk bermain kembang api."

"Sialan."

Dia menembakkan beberapa bola api kearahku namun ku tangkis saja dengan membuat bongkahan es besar sebagai perisaiku.

"Pantas kau tidak terlalu takut, kita elemen rival ya."

"Ya, begitulah."

Namun setelah itu dia memperkuat sihir ditangannya dan meluncur dengan tenaga api yang ada di kakinya ke arahku.

"Kali ini kau tidak akan bisa menghindar, terbakarlah."

Mengarahkan tinjunya ke arah wajahku dan akupun tak punya waktu untuk menghindar.

"Selamat tinggal."

Aku tidak terlempar akibat serangan itu, namun aku terjatuh dari posisiku. Sebenarnya aku berhasil menciptakan kerangka es untuk melindungi kepalaku, namun karena ini sihir roh apinya benar-benar panas tidak seperti lawan-lawan elemen api yang pernah kulawan di Siberia.

"Ahhh, kenapa tanganku terasa dingin. Ooh jadi begitu ya, kau melindungi dirimu dengan jirah es lalu menyentuh tanganku agar ledakan apinya tidak terlalu keras."

"Kau benar, tapi aku akui apimu memang berbeda dari yang biasanya."

"Yah kau benar karena aku memiliki simbol roh naga pada tanganku."

Dia menunjukkan seperti simbol lingkaran naga pada tangan kanannya.

"Oiya kalau dilihat-lihat refleksmu juga cukup cepat padahal kau bukan pengguna elemen petir. Perkenalkan namaku Hono Montezuma, siapa namamu orang Eropa?"

Sebenarnya aku juga menggunakan elemen petir sedikit tadi pada lenganku agar dapat menyentuhnya. Kemampuan dan elemen-elemen ini kudapatkan dari pertemuan dan pertarunganku dengan berbagai macam orang yang ada di Siberia, mungkin secara tidak langsung aku membantu penduduk desa itu dengan alasan ingin mendapatkan kemampuan baru.

"Nikolai Zephyr."

Aku berdiri kembali sambil menyeka es - es pecah yang ada di wajahku.

"Mari kita lanjutkan, Nikolai."

Dia mengaktifkan apinya lagi disekujur tangannya dan bersiap untuk menyerang.

"Maaf tapi kemampuanmu menarik sekali, aku jadi tidak sabar memakainya."

"Apa maksudmu?". Dia memiringkan kepalanya.

Perlu beberapa waktu untuk berpindah ke elemen api, karena perbedaan suhu tubuh yang drastis tidak memungkinkanku mengeluarkannya. Uap mulai keluar dari mulutku dan tubuhku, aku mengaktifkan kemampuan yang sama dengannya yaitu Dragon Fist.

"K-k-kau apa yang kau lakukan? Elemen api? Kau hybrid?"

"Yah, apakah seorang hybrid memiliki ini?"

Aku menunjukkan tangan kiriku yang menyentuhnya tadi.

"MUSTAHIL!!?!? I-itu simbol naga milikku, bagaimana bisa ada ditanganmu?"

Diapun melihat juga ketangannya yang memiliki simbol yang sama dan tidak hilang.

"Wah aku kaget sekali, kukira kau seorang pencuri elemen tapi sejujurnya pencuri sekalipun tidak bisa menggunakan sihir roh sebesar ini. Sebenarnya apa kekuatanmu itu?"

"Akupun tak tahu, tapi aku masih bisa melakukan ini."

Aku mengayunkan tanganku kearahnya dan seketika itu juga meluncur bongkahan es raksasa dengan ujung tajam menghampirinya, dia menahan dengan tangannya namun tetap saja dia terpukul mundur kebelakang agak jauh.

"Mantap."

Tanpa berlama-lama aku langsung meluncur di es itu menuju kearahnya untuk menyerang dan kamipun beradu tinju api.

"Kau memiliki teknik yang lebih baik dari Dragon Fist, kenapa kamu tidak menggunakannya?"

"Yah aku memang memilikinya, sejak tadi aku hanya mengujimu."

Dia melompat kebelakang untuk bersiap.

"Mulai sekarang aku akan serius, Dragon's Blessing."

Dia mengaktifkan seperti baju zirah api ditubuhnya, api yang ada ditangannya juga makin besar.

"Kalau begitu aku juga, Dragon's Blessing."

"Tidak akan kubiarkan, Dragon's Hunt."

Dragon's Hunt adalah kemampuan spesial para roh untuk menyerah atau mengambil api yang bukan berasal dari roh.

"Apa? Tidak bekerja? Jangan-jangan kau ini, meniru sihirku?"

"Daritadi bertanya terus, aku jadi kesal."

"Yah, akupun sebenarnya tidak peduli ayolah sini."

Aku dan dia beradu pukulan, karena kami menggunakan teknik yang sama jadi hasilnya seimbang. Apinya tidak terasa panas lagi seperti di awal tadi.

"Dragon Burst 10x"

"Dragon Burst 10x"

"Sialan."

Pukulan kami sama kuatnya lalu kami terlempar kebelakang.

"Yah saatnya untuk mengakhiri ini, kau adalah lawan yang menarik Hono Montezuma."

"Harusnya aku yang bilang begitu, tuan peniru."

"Senang bisa bertarung denganmu."

"Berisik rasakan ini. Dragon's Breath."

Dragon's Breath adalah sihir yang mengeluarkan energi api sangat besar dalam satu titik yang dituju. Namun, karena aku ingin mengakhir kekonyolan menggunakan teknik yang sama berkali-kali maka aku memakai teknik lain.

"Kalau setiap sihir roh menggunakan kata pertama Dragon, maka…."

"Oi, apa kau tidak akan menggunakan Dragon's Breath mu?"

"Bagaimana kalau ini? Dragon's Vae Victis."

Vae Victis adalah tombak api keramat yang dimiliki oleh kaisar Gaius Marius. Sebenarnya ini hanyalah sihir api biasa, namun karena aku memiliki sihir roh aku bereksperimen untuk mencampurkannya.

"VAE VICTIS?!?! JANGAN BERCANDA ITU ADALAH TOMBAK MILIK KAISAR GAIUS MARIUS BERANINYA KAU!!!"

"Karena itulah kubilang ini sudah berakhir."

"NIKOLAI ZEPHYRRRR"