webnovel

Oh My Ghost

Lea Anasthasia seorang gadis indigo yang bisa melihat hal - hal yang manusia pada umumnya tidak bisa lihat, namun ia sangat membenci kemampuan spesialnya tersebut karena setiap hari ia terus diganggu oleh para hantu ditambah ia harus mendengar cemoohan dari teman - temannya di sekolah, bahkan ibunya sendiri sangat membenci Lea. sampai suatu ketika Lea bertemu dengan sesosok hantu bernama Ian, awal pertemuann mereka sangatlah tidak baik karena Ian merasa kalau Lea itu mengganggu kehidupannya yang tenang, tapi seiring berjalannya waktu akhirnya mereka menjadi dekat dan tumbuh lah rasa yang terlarang diantara mereka.

vivin_suci · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

Penyelesaian

Sesampainya di kos aku sangat terkejut melihat pemandangan kamar kos ku yang sangat berantakan, seluruh pakaianku berserakan di lantai padahal seingatku aku belum membongkar isi koperku dengan perasaan gelisah aku memberanikan diri berjalan perlahan mendekati koperku yang sudah terbuka.

PRANGG….

Terdengar suara benda jatuh dari arah dapur, aku yang tengah membereskan pakaianku sontak menolehkan kepala untuk mencari asal bunyi tadi. Namun, tak disangka sebilah pisau sudah tepat berada di depan wajahku, aku yang kaget sontak berteriak dan menggeser tubuhku ke belakang. Siapa lagi kalau bukan hantu itu yang menggangguku, aku berusaha untuk menenangkan detak jantungku yang berpacu sangat cepat.

"M-mau ap-apa lo?!"

Hantu itu menampakan wajah datar sambil mendekatkan pisaunya ke wajahku. "Gue mau nagih janji lo, cepet pergi dari sini sebelum wajah mulus lo ini gue bikin jadi gak berbentuk!"

"G-gue gak pe-pernah ja-janji sesuatu ke lo."melangkahkan kakiku ke belakang untuk menghindarinya.

"Oh … berani ya lo sekarang sama gue!" hantu itu terus mendekatkan pisaunya kearahku sampai aku terpojok ke dinding.

Seketika badanku gemetar, pikiranku kalut aku tidak bisa memikirkan apapun lagi, kurasakan pisau itu mulai menggores lembut pipiku dan darah segar mengalir dari bekas sayatan itu. Perih itu yang sekarang ku rasakan dipipiku, dengan sekuat tenaga aku berusaha untuk merebut pisau itu dari tangannya namun tidak bisa dan sekarang pisau itu sudah berada dileherku.

"Gak usah main – main lo sama gue! lo ANGKAT KAKI dari sini sekarang atau lo gue HABISIN!!!"ancam hantu itu.

Aku semakin takut tak terasa air mata mulai mengalir membasahi pipiku, aku bingung harus bagaimana aku gak mau mati ditangan hantu itu. Tapi, aku juga gak bisa pergi dari sini karena aku sudah tidak punya uang lagi untuk membayar sewa kos di tempat lain.

Sekarang apa yang harus ku lakukan,batinku.

"Gue gak butuh air mata lo! yang gue mau sekarang lo PERGI DARI SINI atau lo mati ditangan gue!!!"menyayat leherku dengan pisau yang membuat darah segar mengalir.

"Ka-kasik g-gue waktu gue ja-janji ka-kalok uang gue u-udah cukup gue bakal pergi dari si-sini."

Hantu itu lalu terdiam cukup lama dan perasaanku semakin tidak karuan.

"Ok, gue kasik lo waktu 6 bulan tapi kalok sampek dalam waktu 6 bulan lo gak pergi dari sini gue gak segan – segan bakal bunuh lo!"ucapnya setelah sekian lama terdiam.

Aku hanya menganggukan kepala sebagai tanda setuju, seketika pisau yang berada di leherku jatuh ke lantai dan hantu itu juga menghilang entah kemana. Ku rasakan kakiku melemas sampai tak mampu menopang berat badanku perlahan tubuhku merosot sampai akhirnya aku terduduk dengan kepala menyender di dinding, aku menatap nanar sebilah pisau yang tergeletak di lantai.

Cukup lama aku termenung disana sampai akhirnya aku tersadar dan memutuskan untuk mandi, setelah selesai mandi dan berpakaian, ku lihat pantulan diriku di dalam cermin dan terlihat bekas sayatan terpampang jelas di pipi dan leherku dengan bekas memar yang hampir memudar. Karena tidak memiliki kotak P3K aku memutuskan untuk keluar membelinya sekalian membeli bahan makanan, sebelum aku pergi aku melihat hantu itu tengah duduk diatas sofa sambil menatap kearah luar.

"Gue pergi dulu,"pamitku.

"Pergi, pergi aja kali gak usah laporan dulu ke gue, sekalian aja gak usah balik lagi!"ucapnya ketus tanpa menoleh menatapku.

Rasa ingin melemparkan sepatu yang sendari tadi aku pegang ini ke arahnya namun, ku urungkan niatku karena aku tau itu percuma saja, dengan kesal aku menggunakan sepatuku dan bergegas pergi keluar. Setelah sampai di salah satu toko yang cukup besar dan letaknya juga tidak terlalu jauh dari kosan, aku memilih beberapa daging, sayuran, bumbu dapur dan beberapa keperluanku lainnya.

Selesai aku berbelanja aku memutuskan untuk pulang, karena tadi aku keluar dengan perasaan kesal aku jadi tidak perduli dengan lingkungan disekitar, sekarang aku baru menyadari kalau hari ternyata sudah gelap dan jalanan disini mulai sepi ditambah banyak sekali makhluk tak terlihat berkeliaran. Dengan perasaan resah ku berjalan setenang mungkin tanpa menoleh ke kiri atau ke kanan, ada beberapa makhluk yang mendekatiku namun aku berusaha untuk mengabaikannya, sampai aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh pundakku sontak aku terdiam dan perlahan menolehkan kepalaku kebelakang.

"Lea,"panggil seorang lelaki.

Aku bernafas lega ternyata lelaki itu adalah Kevin. "Huuh … ngagetin aja sih lo vin,"

"Gue udah panggil lo dari tadi kali,"omelnya.

"Eh… beneran ? kok gue gak denger ya,"heranku.

Kevin hanya menghela napas lalu mengambil salah satu kantung belanjaan yang sendari tadi aku bawa di kedua tanganku.

"Eh … gak usah vin biar aku aja yang bawa."berusaha mengambil kantung belanjaanku.

"Gak apa biar gue yang bawa kasian bawaan lo banyak banget, kosan lo dimana?��

"Tu disana udah deket kok, makasi ya,"menunjuk salah satu bangunan.

Kami pun berjalan beriringan menuju kosanku diperjalanan kita sempat mengobrol sebentar hanya membahas soal tugas dan hal random lainnya, sesampainya di depan kamar kosku Kevin lalu mengembalikan kantung belanjaanku.

"Gue baru sadar itu pipi lo kenapa?"menatap luka sayatan di pipiku.

"Itu … anu … tadi di toko ada anak kecil bawa mainan di gendong ayahnya trus karena gak hati- hati jadinya mainanya kena pipi gue,"bohongku.

Untungnya Kevin percaya dengan alasanku, setelah mendegarkan penjelasanku Kevin lalu pamit pulang karena malam semakin larut. Aku lalu masuk kedalam kamar setelah Kevin pergi dan mulai merapikan semua belanjaanku, aku melihat hantu itu masih saja diam diposisinya semula. Setelah semua belanjaan ku tata dengan rapi aku memutuskan untuk membuat mie rebus untuk makan malamku, setelah selesai aku duduk diatas sofa disebelah hantu tersebut tanpa memperdulikan hantu itu yang sedang menatapku dingin aku menyantap makan malamku dengan lahap karena sudah sangat kelaparan.

"Kayak gak dikasik makan seminggu aja lo,"sindir hantu tersebut.

Aku yang tidak perduli dengan sindirannya itu melanjutkan makanku sambil melihat ponsel untuk mengecek apa ada tugas untuk besok karena aku terbiasa menulis list tugasku di ponsel, saat tengah membaca list tugas tiba – tiba ada seseorang yang mengirimiku sebuah pesan setelah aku membaca nama pengirimnya sontak aku tersedak karena saking kagetnya.

"Uhuk … uhuk … uhuk … a … air uhuk … uhuk …"

Hantu itu hanya menatapku tanpa berniat membantuku, aku yang kesal akan tingkahnya lalu memukulnya dan pergi kedapur untuk mengambil minum. Setelah menghabiskan satu gelas air akhirnya rasa tidak enak di leherku akhirnya hilang, aku lalu kembali duduk diatas sofa.

"Pelit banget sih dimintain tolong,"ucapku setelah duduk.

"Gue bukan babu lo!"ketusnya.

Rasanya aku ingin menoyor kepalanya dengan keras saking kesalnya namun, ada hal yang lebih penting dari pada itu dengan cepat aku ambil ponselku yang tergeletak diatas meja dan membuka applikasi chatting dan membaca sebuah pesan yang baru masuk.

Kevin: save no gue ya, inget lukanya diobatin

Lea: iya nantik gue obatin kok

Kevin: oke deh, gue tidur dulu ya, lo jangan begadang!

Lea: iya

Aku tersenyum menatap obrolan kami aku tidak menyangka seorang Kevin mengirimiku sebuah pesan, ini adalah hal yang gak pernah aku duga.

"Lo gila ya? Senyum – senyum sendiri sambil liatin hp."hantu itu menatapku aneh.

Seketika senyuman yang terukir di bibirku luntur setelah mendengar ucapan tajamnya.

Ngeselin banget sih ni hantu gak suka banget liat gue bahagia,batinku.

Karena malas menanggapi perkataanya aku memilih untuk beranjak dari sofa dan pergi ke dapur untuk mencuci mangkuk yang sudah aku gunakan, setelah selasi aku mengambil kantung plastik putih yang ku letakan diatas pantry lalu duduk kembali diatas sofa sambil mengeluarkan seluruh isi kantung. Aku mengambil alkohol lalu membasahi kapas dengan alkohol tersebut dan menekan – nekan ke luka yang ada di pipiku dengan bantuan ponsel untuk melihat lukanya.

"Akhh …"rintihku karena lukanya terasa sangat perih.

Dengan hati – hati aku terus menekan lukanya dengan kapas sambil menahan perih namun, tiba – tiba kapas ditanganku di rebut oleh hantu itu.

"Capek gue liat lo dari tadi gak selesai selesai."menekan luka dipipiku dengan kapas.

"Akhh…. Sakit pelan – pelan dong,"

"Iya bawel banget sih lo,"omelnya sambil terus mengobati lukaku.

Ternyata dia baik juga ya, walaupun agak kasar, batinku.

Aku terus memperhatikan wajahnya saat ia tengah mengobati lukaku, ternyata kalau diperhatikan hantu ini cukup tampan, matanya yang biasa menatapku dingin terlihat cantik dengan bulu mata panjang dan lentik, hidungnya pun cukup mancung, ditambah bibir tipis pucatnya yang melengkapi ketampanan wajahnya. Saat tengah memperhatikan setiap inci wajah hantu itu, tiba – tiba mata kami bertemu aku yang kaget tiba – tiba ditatap seperti itu langsung memalingkan wajah.

"Udah selesai,"ucapnya singkat.

Aku gelagapan menjawab perkataannya. "Ma-makasi."

Hantu itu hanya berdeham sebagai balasan, sendari tadi aku memiliki pertanyaan yang ingin ku tanyakan kepadanya. Namun, aku ragu menanyakannya karena aku yakin dia tidak akan dengan mudah memberitahuku.

Dengan mengumpulkan semua keberanianku akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya siapakah namanya namun, sesuai dugaan dia tidak memnjawabnya.

"Ayo lah kasi tau siapa nama lo, kita kan mulai sekarang tinggal bareng masa gue gak boleh tau nama lo, trus kalo gue mau manggil lo gimana caranya?"celotehku.

"Terserah lo mau manggil gue apa, gue gak perduli,"jawabnya ketus.

Aku hanya mendengus kesal mendengar jawabannya. "oke kalok gitu mulai sekarang gue panggil lo Ian gimana?"

"Terserah,"ucapnya tidak perduli.

Aku menjabat tangannya."Nama gue Lea."

"Terserah siapa nama lo gue gak perduli yang gue mau lo cepet pergi dari sini."Menghentakkan tangannya.

Bener – bener ya cowok ini nyebelin banget,batinku.

Dengan perasaan kesal aku berjalan kearah tempat tidur dan mulai merebahkan tubuhku, rasanya sangat nyaman kasur memang tempat ternyaman untukku, aku memainakan ponselku melihat – lihat tutor menggambar karena aku sangat suka menggambar, beberapa saat kemudian aku mulai mengantuk aku pun memutuskan untuk tidur.

________