webnovel

Tugas pertama

Airin mengambil setumpuk berkas dari meja Barra. Ia menurunkannya ke lantai agar lebih leluasa menyortir berkas kemudian duduk bersimpuh mengurutkan laporan berdasarkan perintah Barra.

Dalam hatinya Airin tak berhenti mengomel dan mengeluarkan sumpah serapah kepada atasannya tersebut. "Apa begini kerjaan seorang sekretaris? apa sebenarnya dia lagi ngerjain aku aja?" Kesal Airin tak sengaja dia membanting laporan agak keras hingga menimbulkan suara.

Barra menoleh, Dan menatap tajam ke arah Airin membuat yang di tatap menjadi salah tingkah. "Kenapa kamu tidak senang?" Tanya Barra kemudian.

"Enggak pak.. hehe ini gak sengaja jatuh," Airin mengambil berkas yang di banting nya tadi kemudian memeluk dan mengelus-elus bagaikan seorang bayi.

"Kalau kamu tidak suka bekerja sama dengan saya silahkan mengundurkan diri," Ucap Barra berdiri kemudian menghampiri Airin.

Airin mendongak ke arah Barra. "Enggak pak.. saya masih kau bekerja," ucapnya tersenyum getir.

"Lakukan dengan benar," ucap Barra kemudian meninggalkan ruangan.

"Sumpah ya itu orang.. Kalau aja nggak butuh uang buat pengobatan ibu aku pasti sudah resign," kesal Airin saat memastikan Barra benar-benar keluar dari ruangannya.

"Saya dengar kamu sedang mengumpat," Tiba-tiba suara Barra terdengar dari balik pintu.

"Ya Tuhan... ini karma atas dosaku yang mana?" gumam Airin frustasi.

Akhirnya waktu istirahat tiba. Airin kini bisa bernafas lega bisa keluar dari ruangan yang mengerikan itu.

Airin berjalan gontai menuju kantin. Ia terduduk lemas kemudian mengambil minuman yang hendak di sedot oleh Nia temannya.

"Kebiasaan deh!" omel Nia tapi ia membiariak Airin minum sampai minumannya tersisa setengah.

"Gimana enak jadi sekretaris boss?" tanya Mira begitu bersemangat mewawancarai temannya tersebut.

"Enak apanya?! Baru setengah hari udah setress aku," Kemudian dia menyendok Bakso milik Mira ke mulutnya.

"Tapi kan Pak Barra itu ganteng," timpal Nia.

"Makan tuh ganteng... Capek aku kerja sama dia serba salah. kayaknya aku nafas aja salah di mata dia," ucap Airin kesal jika ingat perlakuan Barra terhadap nya tadi.

"Udah nikmatin aja.. nanti juga terbiasa," Mira mencoba menghibur.

"Nikmatin apanya? gak tau deh aku bisa taha sampai kapan," Airin merasa pesimis.

"Kamu itu wanita kuat Rin.. Tiga tahun kerja di sini dan berhadapan dengan bu Risma setiap hari bukan hal yang mudah. Aku aja pasti gak akan sekuat kamu," Nia menepuk-nepuk pundak Airin.

"Iya kamu benar.. Aku harus kuat buat ibu aku," Ucap Airin lirih.. Ibunya lah yang menjadi penyemangat hidupnya saat ini.