webnovel

long time ago

Jung Kook mulai cemas.

Saingan terkuat baru saja nggak ada.

Sekarang muncul lagi saingan yang sangat sangat kuat.

Jung Kook mengingat kembali saat Hana dari saja putus dari Yoon Gi. Hana hanya menangis dan menangis. Ia mengurung diri di kamar dan juga tidak mau makan. Membuat kedua orang tua angkatnya sangat khawatir. Sampai-sampai mereka memanggil Yoon Gi ke rumah untuk membangkitkan semangat Hana.

"Ayah ... Hana masih mengunci kamarnya. Makanan yang ibu taruh di depan kamarnya juga tidak disentuh lagi. Kita harus meminta tolong ke Yoon Gi. Ibu takut Hana kenapa-kenapa." Ibu angkat Hana sangat mengkhawatirkan keadaan Hana.

"Ibu coba telepon rumah mereka," ucap Ayah Hana.

Ibu angkat Hana menelpon rumah Yoon Gi.

"Halo ..."

"Halo ..."

"Mama Yoon Gi?" Saya ibu Hana. Apa saya boleh berbicara dengan Yoon Gi."

"Sebenarnya ... Yoon Gi ... Sejak ia mengetahui kalau ia sepupu Hana dan mereka harus putus. Ia ... Mengurung dirinya di kamar. Kami cemas."

"Hana juga sama. Ia bahkan mengunci kamarnya. Sampai sekarang ia belum makan. Saya akan ke sana." Ibu angkat Hana menutup telepon.

Ibu angkat Hana segera pergi menuju ke rumah Yoon Gi. Ia dipersilahkan masuk oleh mama Yoon Gi.

"Tok ... Tok ... Tok ..." Ibu angkat Hana mengetuk pintu kamar Yoon Gi.

"Nak Yoon Gi ... Saya ibu Hana ... Apa saya boleh bicara? Ini tentang Hana." Ibu angkat Hana sudah putus asa. Hanya Yoon Gi yang bisa membantu Hana.

Yoon Gi akhirnya membuka pintu.

"Ibu tahu kau juga sedih. Begitu juga Hana. Sejak dari panti asuhan ia menolak untuk makan. Ia menangis terus dan mengurung dirinya di kamar. Ibu minta tolong ke nak Yoon Gi untuk berbicara dengan Hana. Hanya nak Yoon Gi yang akan didengar Hana." Ibu angkat Hana meminta bantuan Yoon Gi. Ia sudah putus asa.

Yoon Gi akhirnya pergi bersama dengan ibu angkat Hana menuju rumah Hana.

Di rumah Hana ...

Yoon Gi mengetok pintu kamar Hana.

"Hana ... Ini aku ..."

Yoon Gi oppa? ~ Hana mendengar suara Yoon Gi.

"Tok ... Tok ... Tok ..." Yoon Gi mengetok pintu kamar Hana lagi. Tapi Hana tidak membuka pintu kamarnya.

"Kalau nggak dibuka, aku pulang."

Hana dengan segera membuka pintu kamarnya. Yoon Gi melihat keadaan Hana yang sangat berantakan. Mata Hana tertuju ke lantai.

"Hana ... Hana ... Lihat aku." Kedua tangan Yoon Gi berada di pipi Hana. Mengarahkan wajah Hana ke arahnya. Mata Hana sudah bengkak dan merah karena air mata.

"Oppa ... Ini nggak adil. Nggak adil." Hana menangis lagi. Yoon Gi ingin memeluk Hana. Tapi ia menahan dirinya. Ia tahu begitu ia memeluk Hana ia tidak akan bisa melepas Hana lagi. Seandainya ia bisa membawa Hana lari mungkin ia akan melakukannya. Tapi ia masih berpikir rasional.

"Apa menurutmu ini adil untukku?" Yoon Gi bertanya. Yoon Gi berusaha menahan air matanya sedari tadi. Tapi air mata yang ia tahan untuk tidak jatuh, akhirnya jatuh juga.

"Oppa ..." Hana mengusap air mata Yoon Gi. Walaupun saat itu cinta mereka bisa dibilang masih cinta monyet tapi Hana dan Yoon Gi benar-benar saling mencintai.

"Hana ... Dengarkan aku ... Kita memang nggak bisa menjadi sepasang kekasih. Tetapi kita masih bisa berteman baik. Aku masih bisa jadi oppamu. Bukannya kau selalu menginginkan mempunyai oppa?"

"Tapi bukan begini juga caranya." Air mata Hana berjatuhan.

"Kita harus menerima kenyataan ini. Memang berat. Tapi kita harus menerimanya." Yoon Gi menghapus air mata Hana.

"Oppa ..."

"Jangan menangis lagi. Kau tahu kan aku paling benci melihatmu menangis."

"Oppa ..."

"Jangan tangisi lagi. Melihatmu bersedih membuatku ikut sedih." Yoon Gi mulai mengambil piring berisi lauk yang berada di depan kamar Hana. Ia menyuapi Hana.

"Makan ... Aku tak ingin melihatmu jatuh sakit."