webnovel

The Lost Child 5

Hari sudah menjelang petang ketika Nini berjalan mondar-mandir di depan rumahnya. Orang-orang yang kebetulan lewat di depan rumahnya menyapanya dengan ramah. Nini ingin bertanya tentang Ben pada orang-orang itu, akan tetapi ia berpikir orang-orang itu pasti belum ada yang mengenal Ben.

Anak laki-laki dari anak perempuannya yang pergi dari rumah setelah dikenalkan oleh pria yang menjadi pilihan keluarganya. Pasti tidak ada yang menyangka bahwa hidup anak perempuannya itu berakhir tragis dengan meninggalkan putra satu-satunya yang kini tinggal di rumah tersebut.

Aji, panggilan untuk anak laki-laki Nini yang dituakan di dalam keluarga tersebut setelah kematian ayahnya, menghampiri Nini. Pria yang bernama asli Tjokorda Bagus Barata Ekananta itu kini ikut berdiri di depan rumah bersama Nini. "Ibu masih menunggu Ben?"

Nini langsung menoleh pada anak laki-lakinya itu. "Kamu tidak berniat untuk mencarinya? Ini sudah mau petang."

Aji berdecak pelan. "Untuk apa aku mencari anak itu? Aku malah senang kalau dia tidak kembali lagi ke rumah ini."

"Perbuatan adikmu memang sulit untuk dimaafkan. Tapi, anaknya sudah cukup menderita dengan menyaksikan ibunya meninggal di depan matanya," ujar Nini.

"Itu bayaran yang ia peroleh setelah mengkhianati keluarganya sendiri," sahut Aji.

"Cari Ben," pinta Nini.

Aji langsung menoleh pada Nini. "Aku tidak akan mencarinya."

Nini menatap tajam ke arah Aji. "Kamu yang membuatnya keluar dari rumah ini. Kamu juga yang harus menemukannya dan membawanya kembali ke sini."

Wanita berambut putih itu kemudian berjalan menuju gapura rumahnya. Ia menoleh sekali lagi sebelum berjalan melewati gapura itu. Nini mendesah pelan ketika melihat Aji masih berdiri di tempatnya. "Tunggu apa lagi? Cepat temukan keponakanmu itu. Bawa dia pulang ke rumah ini."

Meski sedikit kesal dengan permintaan ibunya untuk mencari Ben, namun Aji tetap melakukannya. Ia bergegas mengambil sepeda motornya lalu pergi meninggalkan rumah itu untuk mencari Ben yang entah ada di mana sekarang.

----

Orang-orang berkumpul di dekat tempat Ben berbaring di tanah. Sejak anak-anak yang merisaknya pergi meninggalkannya, Ben sama sekali tidak beranjak dari tempatnya. Ia meringkuk di tanah sambil menutupi wajahnya dan menangis. Rasa kesepian yang ia rasakan membuatnya enggan beranjak dari tempat tersebut.

Ia berpikir tidak ada gunanya ia kembali ke rumah keluarga ibunya. Tidak ada yang mau menerimanya di rumah itu. Ia hanya dianggap sebagai hama yang mengganggu kedamaian di rumah tersebut.

Seseorang kemudian mencoba menarik tangan yang menutupi wajah Ben. Akan tetapi Ben dengan cepat kembali menarik tangannya lagi. "Stay away from me!"

"Where hotel?" tanya pria yang tadi mencoba untuk menarik tangan Ben. Pria itu mengira Ben mungkin adalah anak dari turis asing yang sedang berlibur di daerah tersebut. Ia terpisah dari rombongannya dan kini tidak tahu harus pergi ke mana.

"Leave me alone," teriak Ben.

"Ini sudah petang. Tidak baik berada di luar sendirian," sahut pria itu. Ia berharap anak laki-laki yang sedang ia bujuk itu mengerti ucapannya.

"Go!"

Pria itu mendesah pasrah. Ia menoleh pada orang-orang yang sedari tadi ikut mencoba membujuk anak laki-laki yang tergeletak di tanah itu. "Bagaimana ini?"

"Laporkan saja ke Pecalang," sahut beberapa warga.

Pria itu mengangguk pasrah sambil menatap tubuh anak laki-laki yang sulit sekali untuk dibujuk itu. Ia akhirnya keluar dari kerumunan itu dan akan melaporkan tentang anak laki-laki itu pada Pecalang desanya.

Ia hendak menaiki motornya ketika seorang laki-laki berhenti di dekat kerumunan itu dan bertanya padanya. "Ada ramai-ramai apa, Bli?"

"Ada anak turis, sepertinya tertinggal. Tapi dia tidak mau diajak pergi," jawab pria itu.

----

Aji menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban dari pria yang ia tanyai tentang kerumunan di pinggir jalan tersebut. Pria yang ia tanyai lalu pergi dengan sepeda motornya. Sementara itu, Aji yang penasaran akhirnya memarkirkan motornya dan ikut bergabung di kerumunan tersebut.

"Permisi," ujar Aji yang berusaha untuk merangsek ke depan. Ia ingin melihat anak yang dimaksud oleh pria tadi.

"Hei, Tjok," sapa salah seorang yang ada di kerumanan tersebut yang mengenal Aji.

"Ramai-ramai di sini karena seorang anak?" tanya Aji pada kenalannya yang kebetulan bertemu dengannya.

Kenalannya itu menganggukkan kepalanya. "Kalau dia mau dibawa ke hotel tempatnya menginap, dia tidak akan membuat keramaian seperti ini. Dia terus menyuruh orang untuk pergi meninggalkannya."

Aji semakin penasaran dengan anak laki-laki yang dimaksud oleh kenalannya itu. Begitu akhirnya ia tiba di depan kerumunan tersebut, matanya langsung membulat ketika melihat anak laki-laki yang menjadi sumber keramaian tersebut.

Aji menghela napas panjang sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri anak laki-laki tersebut. Orang-orang yang berdiri di sekitar anak itu terdiam begitu Aji berjongkok di dekat anak tersebut sambil memegang kepalanya.

----

Ben memandang Aji yang tiba-tiba sudah berjongkok di hadapannya. Ia menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Aji memegang kepalanya hingga membuatnya mau tak mau menatap pria itu.

"Mau sampai kapan kamu membuat keributan seperti ini?" tanya Aji sambil menatap Ben.

Tiba-tiba saja tangis Ben kembali pecah.

Aji kemudian memeriksa tubuh Ben. "Did you hurt?"

Ben mengangguk pelan.

"Where?"

"My whole body. I'm sick to death. Help me, Aji. I promise I won't sleep during morning prayer again," sahut Ben sambil terisak.

Aji terdiam dan menatap mata Ben yang berlinang air mata. Melihat tatapan mata Aji padanya, Ben akhirnya kembali menutupi wajahnya. Ia yakin sekali, pria itu tidak akan membantunya. Ben merasa hidupnya sudah berakhir setelah kematian ibunya. Namun tiba-tiba saja Ben merasakan sepasang tangan yang mengangkat tubuhnya dari tanah.

Ben terisak sambil memejamkan matanya. Aji yang ia pikir tidak akan menolongnya ternyata yang mengangkat tubuhnya dari tanah. Pria itu menggendongnya dan membawanya keluar dari kerumunan tersebut.

Aji menatap orang-orang yang keheranan. "Biar saya bawa ke rumah. Nanti sampaikan ke Pecalang, anak ini ada di rumah Ni Galuh."

Meski keheranan, orang-orang itu menganggukkan kepalanya dan membiarkan Aji lewat sambil membawa tubuh anak laki-laki itu.

"Lain kali jangan sembarangan keluar rumah. Nini mencari kamu," ujar Aji pada Ben. Pria itu lalu mendudukkan Ben di motor yang ia bawa.

Aji kemudian naik ke atas motornya dan mulai menyalakan mesinnya. Ia lalu kembali berbicara pada Ben. "Pegangan. Jangan sampai kamu jatuh."

Ben langsung memeluk tubuh Aji yang duduk di depannya. Setelah itu ia dan Aji segera pergi meninggalkan kerumunan dan kembali menuju rumah Nini.

----

Nini berjalan tergopoh-gopoh menuju Bale dauh ketika Embok memberitahunya bahwa Aji sudah membawa pulang Ben. Ia sudah cukup khawatir setelah Ben menghilang seharian dari rumahnya. Ia berdiri terpaku di pintu kamar begitu ia melihat Ben terbaring di tempat tidur.

Ia lalu mengalihkan perhatiannya pada Aji yang membawa pulang Ben. "Apa yang terjadi?"

"Dia tergeletak di jalan sampai membuat orang-orang berkumpul karena dia sama sekali tidak mau pergi dari tempatnya. Saya juga sudah memanggil tabib untuk mengobatinya," jawab Aji.

Nini mendekat ke tempat tidur Ben. Ia meletakkan punggung tangannya di kening Ben. Wanita tua itu lalu menghela napas panjang ketika merasakan kening Ben yang panas. "Cepat ambil kompres."

****

Thank you for reading my work. I hope you enjoy it. You could share your thought in the comment section, and don't forget to give your support through votes, gifts, reviews, etc. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.

Keep in touch with me by following my Instagram Account or Discord pearl_amethys ^^

pearl_amethyscreators' thoughts
Next chapter