webnovel

"Mentari"

Gemercik suara air masih bergema di telingaku, cicitan burung yang bersautan, mengalun merdu bagai melodi sebuah lagu, hamparan bunga yang berwarna warni memanjakan pandanganku, hembusan angin yang menggoyangkan ilalang tak mampu bangunkan ku dari lamunan semu. Entah apa yang terjadi, aku masih bingung dengan kejadian beberapa menit yang lalu..

"Bukankah sudah kukatakan, serahkan semuanya!! Bentak Tari sambil merampas tas sekolahku, berusaha mencari sesuatu dengan membuka semua resleting ranselku. Membuang semua buku di dalamnya.

"Tapi.."

"Diam!!! Bentaknya lagi bahkan sebelum aku menyelesaikan sebuah kalimat.

"Hehehe.. akhirnya, kamu pikir dapat menipuku?? Dasar bodoh." Ucapnya sembari melempar ransel ke arahku. Aku hanya menatap kepergiannya dengan pikiran kacau. Ku rapikan semua buku yang berserakan di lantai, dan memasukkan kembali ke dalam ranselku.

Namanya 'Mentari', anak dari Om Bayu. Semenjak orang tuaku mengalami kecelakaan tiga tahun lalu, aku diasuh oleh Om Bayu, kakaknya Bunda. Walaupun punya dua anak, Om Bayu tidak pernah membedakan aku dengan kedua anak kandungnya. Mungkin karena perlakuan Om Bayu dan Tante Wulan, istri Om Bayu, Tari merasa tersaingi. Padahal sejak kecil kita bagaikan saudara kembar, lahir pada hari yang sama, belajar di sekolah yang sama, sekelas, bahkan satu bangku dari TK hingga SMP, walaupun kepribadian kita berbeda. Mentari, seperti namanya selalu bersinar dimanapun ia berada. Dengan wajah blesteran karena masih keturunan Arab yang di dapat dari kakeknya, ayah Tante Wulan dan kepribadian yang menyenangkan, ia disukai semua orang. Sedangkan aku, mungkin kebalikan dari Tari. Namaku Tamara, biasa di panggil Tara, anak tunggal di rumah. Aku lebih suka menyendiri, cenderung pendiam dan pasif. Jika Tari suka menari dan berbagai olahraga, aku lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca buku. Tari selalu menjadi gadis yang populer sejak kecil, cantik, selalu menjasi juara kelas, aktif dalam organisasi apapun dan penuh dengan kesempurnaan.Walaupun begitu, entah kenapa kami berdua merasa cocok, Tari dan Tara, kita selalu bersama saling melengkapi. Sejak kecil, karena sifat ku, aku sering di bully teman-teman, tapi Tari selalu membelaku, bagaikan tameng yang melindungiku. Tari mengajari ku semua pelajaran di sela kesibukannya, Tari mengenalkan ku pada beberapa teman sehingga aku dapat sedikit bersosialisasi, Tari selalu membuat beberapa lelucon yang sering membuatku tertawa lepas, bagiku Tari adalah seorang sahabat, guru dan kakak yang sempurna. Om Bayu adalah satu- satunya saudara bunda, sedangkan ayah adalah anak tunggal, karena itu semenjak awal SMA aku diasuh dan tinggal bersama Om Bayu dan Tante Wulan serta kedua anaknya. Dan segalanya berubah, Tari tiba- tiba menjauhiku, saat ku bertanya dia hanya diam menatapku sambil berlalu, sejak saat itu pula nilai sekolahku anjlok. Semua orang berfikir mungkin karena aku masih trauma, tapi hanya aku dan Tari yang tahu alasan sebenarnya. Walaupun awalnya aku masih trauma, tapi karena tidak ada yang menemani dan mengajariku bagaimana nilaiku bisa membaik? Saat ada yang mengejek dan menghinaku di sekolah, Tari seperti tak mengenalku, saat aku duduk di sebelahnya, Tara memilih pergi dan duduk dengan teman yang lain, sehingga selama masa SMA aku selalu duduk sendirian. Saat kita berpapasan, aku selalu mencoba menyapa, entah itu di rumah ataupun di sekolah, tapi Tari seakan tak mendengar. Ketika di rumah, aku selalu mengurung diri di kamar, sedangkan tari selalu pergi, entah itu les dance, Volly, atau pertemuan organisasi. Selai kehilangan orang tua, tiga tahun lalu aku juga kehilangan sahabat, guru, kakak dan pelindungku.

Dengan langkah gontai, ku berjalan menuju sekolah. Sekarang aku di semester akhir SMA, dua bulan lagi ujian. Selama ini aku selalu belajar dengan giat agar tidak mengecewakan Om Bayu dan Tante Wulan yang sudah begitu baik terhadapku, membiayai semua keperluan sehari-hari dan biaya sekolah juga, sehingga nilaiku secara bertahap naik, meskipun tidak sebagus nilai Tari. Selama ini, walaupun jarak antara rumah dan sekolah agak jauh, aku selalu berjalan. Sebenarnya saat berangkat, Tari membonceng ku dengan sepeda mininya, tapi ia selalu menurunkan ku di persimpangan jalan sempit tak jauh dari rumah. Karena sifat pengecutku, beginilah akhirnya. Saat Om Bayu dan Tante Wulan bertanya aku selalu menjawab baik-baik saja, saat mereka menawariku sepeda baru aku menolak karena mendapat pandangan mengancam dari Tari. Dengan Tari menjauhiku, sekarang aku benar-benar sendiri. Bahkan saat beberapa teman melewatimu, mereka tak pernah menghiraukan ku. Saat ku berjalan dengan lamunan, tiba-tiba...

"Akkhhh...." teriak ku ketika tiba-tiba ada sebuah truk yang melewati genangan air tak jauh dariku, sehingga airnya terciprat mengenai seragam putihku. Mungkin karena terkejut, kakiku secara reflek mundur untuk menghindar, tapi tiba- tiba kakiku tak menemui pijakan, sehingga badanku terperosok jatuh. Ku pejamkan mataku dan berusaha menggapai apapun di depanku, tapi percuma. Kejadian itu begitu cepat, kurasakan kepalaku terbentur sesuatu yang keras, dan kesadaran ku menghilang.

Entah sudah berapa lama aku tak sadarkan diri, ku kira aku jatuh ke selokan yang terletak di samping jalan, tapi... saat mataku terbuka, pemandangan luar biasa indah menyambutku. Aku tak bisa berfikir, otakku seakan berhenti berfungsi. Bagaimana tidak?? Bayangkan ketika pertama kali membuka mata, tiba- tiba yang terlihat adalah air terjun dengan air yang begitu bening, terlihat beberapa ikan, mungkin sejenis ikan hias, berwarna-warni beraneka bentuk berenang di sepanjang sungai. Hamparan bunga yang entah apa namanya, tumbuh di sekitarku dan di seberang sungai juga, bentuknya terlihat seperti mawar, tapi tidak berduri, kelopaknya lebih lebar dam memiliki aroma yang lembut. Terlihat juga beberapa pepohonan rindang dengan beberapa buah, seperti apel tapi juga ada yang berwarna kuning, oranye, bahkan merah muda, benar-benar pink. Apakah aku masih belum sadar? apakah ini mimpi? Mungkinkan aku masuk ke dunia lain, mungkin seperti Wonderland? seperti yang di alami Alice? Ataukah aku memasuki sebuah lukisan?? Dan otak ku benar-benar tidak sanggup menerima semua ini. Ini benar-benar... aku tak bisa mengungkapkannya. Takjub, penasaran, terkejut, takut, semuanya membuatku linglung. antara realita dan mimpi seakan menjadi satu.

'tes'

Sebuah tetesan air mengenai hidungku, membangunkan ku dari lamunan. Dan disusul oleh tetesan berikutnya.

" Oh tidak, sebentar lagi hujan." batinku.

Segera aku berdiri menatap sekeliling, tak ada waktu untuk berfikir tentang keanehan di sekelilingku, ku langkahkan kaki menuju pohon besar tak jauh dari tempatku berusaha mencari tempat terbaik untuk berteduh, aku bahkan tak menyadari bahwa daun- daun diatasku bergerak tangkainya saling membelit dan sisi daun daunnya seakan menempel sehingga membentuk sebuah cekungan raksasa seperti mangkuk yang di balik.

"Siapa kamu???"