webnovel

Sup Penghilang Mabuk

Bagaimana juga Yoona memiliki kuasa penuh atas kehidupan Fabio. Dia istri pertama dan juga cinta yang Fabio agungkan.

"Aku percaya padamu, Sayang. Kau hanya sedang terbawa perasaanmu saja. Setelah berlalu kau bisa membuat gadis itu kembali ingat dari mana dia berasal," kata Yoona sembari memandang suaminya yang terlelap dalam mabuknya.

Hatinya gusar, tapi Yoona berusaha tak memikirkannya. Dia hanya ingin tenang seperti sebelum pernikahan Fabio dan Amanda terjadi.

"Aku tak akan menyerah dengan apapun, aku bisa membuat semua ini baik-baik saja," lirih Yoona dan berlalu menuju kamarnya

* * *

Pagi menjelang, suara hentakan pisau dapur membuat Fabio membuka matanya. Amanda sudah memulai aktivitas paginya dengan membuat sup pereda mabuk untuk suaminya itu. Dua tangan kekar melingkar sempurna di perut Amanda secara tiba-tiba.

"Aku benar-benar kecanduan harum tubuhmu," bisik Fabio.

Amanda tersenyum. Setelah semalam dia memutuskan untuk menunjukan cintanya pada Fabio.

"Aku akan menyerah jika kau berjanji satu hal padaku," katanya

Fabio membalikkan tubuh istrinya itu.

"Berjanji?" tanyanya.

Amanda mengangguk. Senyum manisnya pagi itu membuat hati Fabio sama bahagianya.

"Untuk apa?" tanya Fabio lagi.

"Aku hanya akan hidup denganmu selama setahun. Apapun yang terjadi setelah ini, aku ingin kau menjalaninya dengan baik. Makan sehat, hidup bahagia dan menjalani hidupmu dengan penuh arti." Amanda mulai mengatakan keinginannya.

"Apa yang kau katakan?" desak Fabio.

"Aku memutuskan untuk menjalani hidup sebagai istrimu sepenuhnya. Menjalani takdirku dengan sebaik-baiknya. Mulai hari ini berjanjilah jika kau tak akan mengungkit berapa sisa waktuku bersamamu dan ayo hidup bahagia," jelas Amanda dengan sangat hati-hati.

"Apa maksudmu? Ada sesuatu yang terjadi?" Fabio merasa istrinya sudah berubah. Jauh lebih manis dari pada semalam.

Amanda menangkup kedua pipi suaminya itu. Sebuah kecupan manis mendarat di bibir Fabio.

"Jangan ungkit apapun setelah ini. Yang aku inginkan hanya berada di sisimu dan menjadi yang terbaik untukmu," jawab Amanda.

Fabio tak bisa menerima apa yang istrinya katakan dengan mudah. Dia tak mengerti apa yang Amanda inginkan. Tapi dia juga tak ingin membuang kesempatan untuk hidup dengan cinta dan kasih sayang wanita yang saat ini dia cintai.

"Baiklah jika ini adalah keinginanmu, aku akan ikuti. Apapun alasanmu melakukan ini, ayo jalani dengan baik." Fabio memberikan jawaban terbaiknya.

Pria itu mendekap erat tubuh Amanda. Hingga tak menyadari seseorang sedang melihat keduanya yang tengah mesra dari bawah tangga.

"Yoona di sini," bisik Amanda saat pandangan matanya bertemu dengan mata sang madu.

Fabio segera melepas pelukannya itu. Amanda tersenyum miring.

"Masuk kamar dan mandilah di kamarku, aku sudah melengkapi isi koperku dan aku akan bersiap setelah menyelesaikan sup penghilang mabuk ini," kata Amanda.

"Baiklah, Sayang," balas Fabio dengan suara yang nyaris tak terdengar.

"Mengapa mengatakan sayang dengan suara seperti itu, aku saja tak dengar," ujar Amanda yang sengaja membuat hati Yoona tersulut.

Fabio pura-pura tak mendengar dan hanya berlalu begitu saja. Dia tak ingin memulai hari dengan membuat kedua istrinya saling bersitegang.

"Ah, dia takut sekali," umpat Amanda pada suaminya sendiri.

Pandangannya segera teralih pada sup yang mulai mendidih itu. Semerbak aroma masakannya mengundang selera siapa saja yang menciumnya.

"Nyonya Muda memang benar-benar luar biasa," puji pembantu.

Tak hanya sup, Amanda juga membuat beberapa hidangan sarapan untuk para pembantu dan pengawal.

"Bi, sajikan ini untuk semua orang. Beri juga untuk Nyonya Besar. Aku akan membawa sarapan suamiku ke kamar," titah Amanda.

"Baiklah, Nyonya," jawab sang pembantu sigap.

Wajahnya berbinar karena mereka tak perlu lagi menunggu para majikan pergi hanya untuk sarapan. Beberapa orang segera berkumpul menikmati masakan nyonya mereka. Pujian tak henti keluar dari mulut mereka.

Hal itu tentunya membuat Yoona sedikit sakit hati. Dia mendengar pada pengawal memuji madunya itu dengan bangga.

"Hanya sarapan saja membuatnya begitu diagungkan. Murahan sekali caranya itu," umpat Yoona.

Yoona makan sesuap sarapan yang dibuat Amanda. Lidahnya memang tak bergeming. Rasa masakan Amanda memang selalu luar biasa.

Semetara Amanda sedang melayani suaminya sarapan.

"Makan dahulu, baru ganti bajumu," kata Amanda.

"Baiklah," jawab Fabio dan segera mendaratkan tubuhnya ke sofa.

Amanda memberikan semangkok sup dengan beberapa lembar roti yang sudah dipanggang.

"Hm, kau memang istimewa, Sayang. Kurasa mabukku benar-benar hilang setelah memakan sup ini," kata Fabio.

"Aish, omong kosong. Kau baru makan dua suap. Mengapa mengatakan hal bodoh seperti itu," tanya Amanda.

"Ah, kau tak percaya," balas Fabio dengan senyum manis andalannya.

Senyum yang selalu membuat hati Amanda luluh lantah.

"Sayang sekali. Ini tak akan aku miliki selamanya." Amanda bergumam dalam hati dan berlalu.

Dia menuju almari besar penuh kaca dan mempersiapkan setelan jas yang akan digunakan oleh suaminya. Dia memilih juga beberapa dasi. Karena selera Fabio yang terus berubah setiap saat, sehingga dia perlu beberapa dasi untuk dipilih.

"Kita akan menyetir sendiri hari ini," kata Fabio.

"Ah, apa tak terlalu beresiko?" tanya Amanda.

"Aku ingin pergi berdua denganmu," jawab Fabio.

"Berapa jam perjalanan dengan mobil?" tanya Amanda.

"Lima sampai enam jam," jawab Fabio lugas.

"Apa ada kereta jurusan ke sana?" desak Amanda.

"Apa yang kau katakan? Jangan katakan kau ingin naik angkutan umum," cecar Fabio.

"Naik kereta jauh lebih menyenangkan," jawab Amanda dengan memandang manis ke arah suaminya.

Fabio begitu terkesima dengan dua mata bulat istrinya itu. Sinar matanya begitu tulus dan membuat putra tungga keluarga Rezer itu tak bisa menolak.

"Baiklah, kita pergi dengan kereta," jawab Fabio menuruti keinginan istrinya itu.

Amanda tersenyum menang. Dia bisa membuat pria itu menuruti keinginannya.

"Aku berjanji padamu perjalanan akan sangat menyenangkan," kata Amanda.

"Baiklah, Nyonya. Aku percaya padamu. Tapi izinkan sopir membawa mobilku," pinta Fabio.

"Tentu saja," balas Amanda.

Amanda segera membuka piyama yang ia kenakan untuk berganti baju, dia tak lagi malu berganti di hadapan suaminya.

"Aku sudah bertekat membuang rasa canggungku. Aku harus mulai dengan hal ini," batinnya saat mulai menanggalkan satu persatu kain penutup tubuhnya.

Fabio memandang penuh keheranan. Dia mencoba menelan saliva dengan susah payah.

"Hyak, apa yang kau lakukan?" tanya Fabio begitu canggung.

"Aish, kau membuatku serba salah," umpat Amanda dan dengan terburu segera memakai bajunya.

"Sayang, jangan melakukan hal itu dengan mendadak. Kau bisa membuatku dalam bahaya," kata Fabio.

"Sebenarnya itu adalah tujuanku, membuatmu dalam bahaya dan melakukan sesuatu yang berbahaya," jawab Amanda.

Fabio bangkit dari sofa dan meraih pinggang ramping istrinya itu. Jarak keduanya sangat dekat saat ini.

"Kau mulai main-main denganku. Tunggu saja," bisik Fabio dan mendaratkan sebuah kecupan manis.

* * *