webnovel

Kerbau Dungu

Fabio tak kembali ke kamar Amanda. Dia menuju ruang kerjanya. Segelas wine menemaninya malam ini. Pikirannya sama sekali tak bisa dikendalikan.

"Perasaan macam apa yang aku semai ini? Mengapa aku terjebak dalam satu lingkaran yang tak berujung seperti ini? Akan sampai kapan?" lirihnya merasa kesal dengan sesuatu yang dia ciptakan.

Di sisi lain Amanda tengah bergelut dengan hatinya yang gelisah. Bagaimana bisa dia menjadi letih terhadap perasaannya yang begitu dalam. Ini baru tiga hari sejak pernikahan itu, tapi perasaannya benar-benar sudah terombang-ambing.

"Dia hanya akan memanfaatkan aku dan setelah apa yang menjadi tujuannya selesai dia akan membuangku. Tapi mengapa hatiku bisa jatuh sedalam ini?" batinnya.

Kemudian dia teringat tentang Louis. Amanda bangun dari ranjangnya dan berniat mencari tahu apa yang sebenarnya suaminya rencanakan dengan mengatakan jika dia adalah adik pria brengsek itu.

"Apa Tuan masih di kamar istri pertamanya?" tanya Amanda.

Pelayan mengatakan jika Fabio di ruang kerjanya, dia segera menerobos masuk ruang itu. Terlihat pria tampan itu sudah mabuk berat. Bau alkohol menyeruak. Pikiran Fabio terlalu kalut hingga tanpa sadar dia menghabiskan sebotol wine.

"Ah, Istriku Sayang." Fabio mulai bicara tanpa arah.

"Kau mabuk?" desak Amanda.

"Tidak juga. Jika aku mabuk aku tak akan mengenali gadis yang baru tiga hari hidup bersamaku," katanya.

Amanda mendekat dan duduk di samping suaminya itu. Fabio mengambil kesempatan dan segera tidur di pangkuan sangat istri. Wajah gusar pria itu tampak jelas terlihat.

"Apa yang terjadi? Mengapa seperti ini?" tanya Amanda sedikit khawatir.

Fabio hanya menatap dalam mata istrinya itu. Air mata tak sengaja meleleh dari pria yang terlihat menyedihkan itu.

"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Kau bisa membuatmu jatuh begitu dalam seperti ini," lirihnya.

Pernyataan cinta Fabio kali ini benar-benar membuat Amanda semakin yakin jika pria tampan itu mencintainya.

"Kau mencintaiku? Sungguh?" desak Amanda.

Fabio mengangguk dan segera meraih tangan istrinya yang sedang mengusap lembut pipinya. Fabio mengenggam erat dan menciuminya.

"Maukah kau hidup denganku selamanya?" decit Fabio.

"Apa maksudmu? Bukankah sudah jelas jika pernikahan kita hanya pernikahan kontrak? Mengapa berharap seperti itu?" tanya Amanda.

"Aku bisa lakukan apapun. Apa kau lupa?" jawab Fabio.

"Kau bisa lakukan apapun tapi kau tak bisa menceraikan istri pertamamu bukan?" kata gadis itu lagi.

Fabio bangun dari pangkuan istrinya itu. Dia takut Amanda tahu isi hatinya tentang Yoona.

"Sayang, tak bisakah hidup seperti ini untuk waktu yang lama? Aku tak bisa kehilangan satu diantara kalian," jelas Fabio.

"Sudahlah, jangan merengek. Aku hanya perlu hamil dan semua selesai. Aku akan mengubur semua apa yang aku rencanakan dan mengikuti permainan gila yang kalian rencanakan," jawab Amanda.

Fabio terdiam, dalam keadaan mabuk berat dia tak bisa berpikir jernih. Saat ini dia tengah dikendalikan perasaannya yang teramat dalam pada dua wanita yang singgah di hatinya.

"Aku ingin bertanya tentang Louis. Tapi karena kau mabuk kurasa sekarang bukan waktu yang tepat," kata Amanda.

Gadis itu bangkit dari sofa. Seperti biasanya perasaannya menjadi tak karuan saat berada dekat dengan putra tunggal keluarga Rezer itu.

"Louis? Jangan khawatir, kau tak akan bertemu dengannya lagi." Fabio menjawab dengan suara khas orang mabuk.

Belum juga Amanda sampai di pintu, Fabio sudah ambruk ke sofa dan tertidur lelap di sana. Amanda balik arah dan membenarkan posisi tidur pria itu dengan melepas sandal dan mengangkat kaki suaminya itu naik.

Mata gadis itu terpaku pada wajah tampan seorang Fabio Rezer. Garis tegas wajahnya penuh karisma. Rahangnya terlihat sangat kuat dan bibirnya terlihat begitu seksi. Amanda menyibakan rambut hitam tebal pria itu dengan lembut. Jemari tangannya membelai alus wajahnya.

"Aku juga merasakan apa yang kau rasakan. Aku ingin berada di sisimu sampai akhir hidupku. Tapi aku tak boleh serakah dengan ini semua. Aku cukup tahu siapa diriku dan aku akan menuntaskan tugasku. Bukan untuk segera lepas darimu tapi karena aku benar-benar mencintaimu, Fabio Rezer," lirih Amanda.

Amanda sudah diperbudak cintanya. Tapi kenyataan pahitnya dia harus menyembunyikan semuanya. Dia tak ingin terlihat lemah.

"Cinta memang rumit, aku sudah memperingatkan kau agar kau tak gunakan hatimu. Kau ini wanita murahan, untuk apa kau selalu menghindari suamiku saat sudah tiba waktu menanam benih itu!" cecar Yoona.

Amanda sepertinya sedang tak beruntung. Curahan hatinya didengar oleh madunya itu.

"Apa aku punya pilihan sekarang? Tak ada, tapi mendengar pria ini mengatakan jika dia tak ingin kehilanganku kurasa sekarang aku tahu jalan mana yang akan segera aku tempuh," ucap Amanda.

"Tak ada jalan lain selain kau segera hamil dan pergi dari sini. Sebelum Fabio semakin menahanmu dan menghancurkan segala yang akan segera dia miliki setelah kau memberinya keturunan," jelas Yoona.

"Ternyata cintamu lebih rumit. Kau berambisi besar pada hartanya. Kau merongrong hati pria ini hingga dia tak bisa memilih satu diantara kita," jawab Amanda.

"Dia tak akan pernah menceraikan aku, dia memiliki ikatan kuat denganku yang tak akan pernah terputus oleh apapun. Kau hanyalah istri kontrak yang setelah habis kontrak itu semua segera berakhir," jelas Yoona lagi.

Nada bicaranya semakin tinggi. Merah wajahnya menunjukan sebuah perasaan marah yang tak bisa ia pendam.

"Nyonya Rezer, aku tahu benar wanita macam apa kau ini. Wanita sejati tak akan pernah rela cintanya terbagi. Tapi kau bukan wanita sejati yang Fabio harapkan. Mulailah belajar mengurus dapur untuk mendapatkan hatinya. Sejatinya seorang istri dimulai dari dapur." Amanda mengeluarkan isi hatinya dengan nada bicara yang anggun.

"Dapur? Selama menikah Fabio tak pernah mengeluhkan tentang itu. Mengapa kau berceramah tentang dapur?" omel Yoona.

"Itulah rahasiaku yang bisa membuat suamimu bertekuk lutut dalam tiga hari saja. Aku memberikan kesempatan ini untukmu karena aku hanya akan menemainya dalam setahun. Aku ingin kau belajar mengurusnya dengan benar," jelas Amanda.

"Aku tak akan ambil kesempatan apapun. Karena pada akhirnya akulah yang akan menang dari semua ini." Yoona berkacak pinggang dengan sombongnya.

"Ah, Nyonya Besar sudah begitu percaya diri. Baiklah, aku yang akan pakai kesempatan ini. Biarkan aku menunjukan padamu bagaimana Fabio akan membelaku saat aku berada diposisi salah sekali pun," ujar Amanda.

"Jangan berharap banyak, kau ini hanya noda dalam pernikahan kami. Noda yang akan memberi warna indah dalam hidupku, anggaplah seperti itu," kata Yoona.

"Ayo tunjukan saja siapa yang akan menjadi warna dalam hidup putra tunggal Tuan Rezer ini. Noktah hitammu atau Noktah merah mudaku?" tantang Amanda.

"Noktah merah muda, apa yang kau maksud ini tentang segel keperawananmu?" tanya Yoona.

Amanda tertawa keras.

"Kupikir kau wanita pintar, ternyata kau tak lebih dari kerbau dungu di dongeng anak-anak," ejek Amanda dan segera berlaku pergi.

"Noktah merah muda?" Yoona mengulang kalimat itu dan mencoba mencari tahu apa maksudnya.

* * *

Next chapter