webnovel

Gerbong Kereta

Amanda dan Fabio keluar dari kamar. Keduanya di sambut dengan seorang wanita yang berdiri dengan berkacak pinggang di sana. Yoona menunggu mereka keluar dengan matanya yang penuh tanya.

"Kita bisa bicara sebentar, Sayang," kata Yoona yang langsung berubah 180 derajat.

Dia menghampiri Fabio dan mengusap lembut dada suaminya itu. Pandangan Fabio teralih pada istri keduanya itu. Fabio hanya sedang memastikan jika Amanda baik-baik saja. Merasa sedang jadi sasaran Yoona, Amanda memilih berjalan keluar rumah.

"Aku tunggu di luar," kata Amanda dan berlalu dengan langkah anggunnya.

Rambut panjang gadis itu berayun dengan indah. Roknya yang setinggi lutut juga membuat kaki jenjangnya terlihat begitu indah.

"Matamu sudah terbius olehnya, kau benar-benar mengingkari janjimu," umpat Yoona.

"Baiklah, apa yang ingin kau bicarakan? Aku sudah terlambat," tanya Fabio yang tak mengubris umpatan istri pertamanya.

"Kau berjanji ini hanya tiga hari bukan? Aku khawatir, kau sudah membawa perasaanmu masuk dalam lingkaran ini," ujar Yoona.

Fabio tak bisa berkata apapun. Kecurigaan Yoona memang sudah terjadi. Dia sudah jatuh cinta pada gadis itu dan seluruh hatinya bahkan sudah dibawa pergi olehnya.

Namun tak mudah baginya untuk mengatakan apa yang terjadi pada perasaannya saat ini. Fabio membelai lembut surai istrinya itu.

"Aku berjanji, hanya tiga hari. Aku akan segera kembali," jawab Fabio singkat tanpa penekanan karena tak ingin membuat Yoona merasa terabaikan.

Yoona memeluk erat suaminya itu, dia juga menciumi wajah Fabio.

"Sering-seringlah mengirim pesan untukku, aku mencintaimu," ujar Yoona.

Fabio tersenyum dan segera melangkah menyusul Amanda. Seorang pengawal membuka pintu dan Fabio segera masuk. Amanda menyambut dengan senyum manis walau hatinya sedikit cemburu.

"Ada masalah?" tanya Amanda basa-basi.

"Ah, tidak. Dia hanya ingin memberiku salam perpisahan," dusta Fabio.

"Dia pasti sangat tertekan melihatmu pergi dengan wanita yang paling dia benci seperti ini," kata Amanda.

"Dia tak membencimu, jangan katakan hal itu," jawab Fabio membela Yoona.

Amanda membuang muka ke arah luar jendela. Matanya menyusuri sudut pemandangan yang tersaji saat mobil melaju. Mereka menuju stasiun untuk melakukan perjalanan dengan kereta. Wajah Amanda berbinar saat Fabio menggandeng tangannya turun mobil menuju tepian rel sembari menunggu kereta datang.

Sopir membawa koper dan mobil menuju tujuan keduanya.

"Kita akan sampai lebih dahulu dari pada mobil itu," kata Fabio.

Amanda mengalihkan pandangan pada seorang pria yang sedang menunggu kereta juga di sisi kiri Fabio.

"Kak Diego," lirih Amanda sekilas melihat kakak laki-lakinya itu.

Fabio melempar pandangan kepada seseorang yang dimaksud Amanda. Namun dengan cepat Fabio menarik lengan Amanda masuk kereta.

"Kereta sudah datang. Kita akan terlambat," ujar Fabio mengalihkan perhatian.

Amanda tak bisa menolak, dengan wajah sendu dia memupus keinginan bertemu dengan kakaknya itu. Keduanya duduk di gerbong VVIP, fasilitas luar biasa kereta itu justru membuat Amanda tak nyaman.

"Aku membeli tiket satu gerbong agar tak ada yang menganggu kita, Sayang," kata Fabio sembari menarik lengan Amanda.

Dekapan pria itu begitu erat dan membuat Amanda merasa nyaman. Dia bisa melupakan lara hatinya karena cemburu tadi.

"Bagaimana bisa aku merasakan kenyamanan yang begitu hangat seperti ini?" tanya Amanda.

Fabio hanya tersenyum mendengar istrinya mengungkapkan perasaan seperti itu. Dia membuat satu kuncinan pada tubuh istrinya hingga Amanda duduk di pangkuan Fabio.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Fabio.

"Tak ada, aku hanya ingin menjadi istrimu seutuhnya walau statusku hanya seorang istri kontrak. Walau pada akhirnya aku hanya akan dibuang tapi aku bertekat membuat satu tahun ini menjadi indah bersamamu," jawab Amanda.

"Oke. Jangan ungkit pernikahan kontrak ini lagi," ujar Fabio.

Amanda mengangguk dan segera membenamkan bibirnya ke bibir manis suaminya itu. Bagi Amanda tak ada pilihan lain selain menikmati statusnya sebagai Nyonya Rezer. Bukan lagi karena keserakahannya tapi kali ini karena cintanya yang begitu dalam pada pria itu.

"Aku berjanji akan mengenggam tanganmu selamanya. Hatiku sudah menjadi milikmu seutuhnya, aku bersumpah atas apapun yang terjadi. Aku tak akan menganggap kontrak itu, dan kau akan menjadi istriku selamanya," batin Fabio sembari terus mengusap punggung Amanda.

Perjalanan keduanya di iringi canda tawa yang tak habis. Amanda dan Fabio memiliki waktu intim yang begitu bermakna. Bagi keduanya saat ini kehidupan yang lain tak penting lagi. Senyum bahagia Amanda membuat hati Fabio terbebas dari rasa bersalah telah menarik gadis itu dalam lingkaran rumit kehidupan pernikahannya dengan Yoona.

"Berjanjilah kau akan terus bahagia seperti ini," ujar Fabio.

"Apa maksudnya? Apa kau bisa menjaga hatiku seperti ini setiap hari sedang di sisi lain hatimu tak bisa melepaskan wanita itu?" desak Amanda.

"Kau ingin aku menceraikan dia?" tanya Fabio.

"Entahlah, hatiku terus saja berubah jika itu tentang Yoona. Satu sisi jahatku menginginkan kau menceraikan dia, tapi sisi lain hatiku merasa Yoona lebih berhak atas dirimu dari pada aku," jelas Amanda dengan sedikit kenyitan di dahinya.

"Baiklah, ayo manfaatkan waktu bersama kita tanpa merasa ada sesuatu yang salah. Aku akan memilikimu seutuhnya saat kita bisa habiskan waktu bersama," ujar Fabio.

"Kau menang banyak. Kau tak akan pernah merasakan luka kami berdua. Aish," umpat Amanda pada suaminya itu.

"Aish, jangan berkata seperti itu," jawab Fabio.

Keduanya melanjutkan obrolan dengan saling bercanda sesekali. Hingga akhirnya kereta berhenti di stasiun yang menjadi tujuan keduanya.

Fabio berjalan dengan terus mengenggam tangan istrinya. Penampilan rapi keduanya membuat siapa saja memandang aneh. Jelas sekali setelan jas yang di pakai Fabio adalah pakaian mahal dan tak biasa. Sehingga begitu mencolok bagi seisi stasiun.

"Aku lupa menanyakan sesuatu padamu," kata Fabio.

"Tanyakan sekarang," jawab Amanda.

"Apa tujuanmu membawaku naik kereta?" tanya Fabio.

Amanda menghentikan langkahnya. Dia ingat benar bagaimana dia dan ibunya mengemis belas kasian seseorang di stasiun saat itu. Amanda kecil berjalan dengan digandeng sang ibu mengais uang recehan yang mereka dapat dari para penumpang.

Dan acap kali Amanda merasa rindu, dia akan ke stasiun dan naik kereta pulang pergi dari stasiun dekat rumahnya. Itu adalah cara Amanda memupuk rasa cintanya pada mendiang ibu kandungnya yang sudah tiada.

"Hampir setiap minggu dalam tiga bulan ini aku naik kereta pulang pergi hanya untuk sebuah alasan," jelas Amanda.

"Alasan? Ada sesuatu?" tanya Fabio.

"Rindu. Rasa rindu membuatku merasa sangat nyaman saat berada di gerbong kereta sembari memutar berbagai kenangan bersama ibuku," jawab Amanda.

Fabio tak bergeming karena memang tak tahu apa yang terjadi. Dia hanya merasa istrinya sedang merasakan hal yang menyedihkan. Hingga saat Amanda akan mulai menjelaskan lagi pada suaminya tentang apa alasannya, seseorang meremat lembut bahu gadis itu.

* * *

Next chapter