1 Grey Neiva

Grey adalah seorang pemuda berkulit putih dengan rambut lurus hitam. Ia memiliki wajah seperti anak-anak dan tubuh kecil yang tidak begitu "berotot" serta tinggi badan yang sedikit dibawah rata-rata laki-laki pada umumnya. Ia seringkali tersenyum disertai wajah polos yang akan membuat orang yang tidak menganal dirinya akan berpikir kalau dia adalah anak-anak.

Bulan lalu Grey mengikuti ujian masuk akademi woodburn yang merupakan salah satu dari 10 akademi terbaik di negeri (wilayah kekuasaan manusia) ini. Seminggu setelahnya ia dinyatakan lulus sebagai kelas D atau kelas paling bawah dari 5 kelas yang ada. Dan lusa adalah upacara masuk untuk angkatannya Grey. Karena Grey tinggal di desa carney yang terpencil dan letaknya cukup jauh dari kota Woodburn, pagi ini ia berangkat dengan kereta kuda milik salah seorang pedagang di desa yang akan berangkat untuk berdagang ke kota.

"Perjalanannya lebih dari sehari Grey, sampai disana langsung istirahat. Kalau sakit, nenek gak tanggung jawab." Kata nenek Grey sambil menahan air mata yang sedikit lagi akan keluar.

"iya... iya... tak perlu khawatir nek, aku sudah besar."

Berbeda dengan neneknya yang sangat mengkhawatirkan Grey, kakeknya cenderung sok sok-an tidak peduli dan senang karena beban yang selama ini mereka tanggung akan pergi.

"Akhirnya berangkat juga ya bocah nyusahin ini..."

"Aah... jangan gitu dong kek, aku mau pergi beneran ini loh. nanti kesepian lagi..."

"Huh, mana mungkin. Oiya ada satu hal yang mau kakek sampaikan..."

"..."

Grey dengan wajah polosnya memerhatikan kakeknya.

"Awas saja kalau kamu bikin masalah, terutama dengan 8 keluarga."

"Kalau mereka yang mulai duluan gimana?"

"Pokoknya jangan... mau mereka duluan, atau apalagi kamu duluan. Pokoknya jangan, bakal ribet nanti."

"Oke deh kek, kalau gitu aku pamit dulu ya... kakek... nenek... sehat-sehat terus ya..."

Grey pun berangkat bersama pedagang itu menuju kota Woodburn. Ia sampai di Woodburn keesokan siang harinya. Sesampainya disana setelah berterimakasih kepada sang pedagang Ia langsung menuju Asrama yang sudah di sediakan oleh pihak akademi untuk para peserta didiknya. Asramanya sangat besar dan terlihat sangat mewah, di depan setelah memasuki gerbang akan terlihat air mancur besar yang dikelilingi taman bunga. Setelah itu ada 8 bangunan utama yang sangat megah yaitu, 4 asrama putra dan 4 asrama putri. Selain itu ada juga bangunan kantin, lapangan besar yang bisa digunakan untuk latihan mandiri, dan juga klinik. Grey yang pertama kali melihat hal seperti ini sangat takjub hingga lupa bahwa ia harus segera mencari kamarnya dan beristirahat sesuai kata nenek.

"1D304 huh? kurasa aku mengerti maksud dari nomor kamar ini. 1 berarti gedung 1 yang merupakan gedung untuk angkatan tahun pertama, lalu D berarti kelas D, dan 304 adalah urutan kamarnya."

Grey pun langsung menuju ke gedung 1, dan rupanya kelas D berada di lantai 3 (paling atas). Yah, beginilah perlakuan untuk kelas terendah, segalanya menjadi sulit bahkan untuk ke kamar harus menaiki tangga hingga 3 lantai.

"hey! hey! kau dengar tidak? katanya ada salah seorang siswa yang lulus tapi hanya mengandalkan kekuatan fisik saja tanpa mana (kekuatan sihir)." Terdengar suara ocehan dari lorong.

"Iya... aku juga dengar walaupun katanya nilai tes fisiknya sangat tinggi tapi nilai tes sihirnya 0."

"Kenapa akademi menerima orang seperti itu ya? padahal tidak akan berguna juga di dalam pertempuran yang bahkan ksatria pedang pun menggunakan kekuatan sihir."

"Mungkin untuk bagian membawa barang-barang, toh fisiknya kan kuat. hahaha..."

"benar juga, hahaha.... aku tidak sabar ingin mengetahui seperti apa orangnya."

Tanpa mempedulikan mereka Grey langsung menuju kamarnya dan beristirahat untuk besok.

Keesokan harinya semua siswa baru diperintahkan untuk berkumpul di lapangan dekat asrama pada pukul 8 pagi. Namun, sepertinya hari ini Grey sedang tidak beruntung. Ia kesiangan dan harus berlari menuju lapangan karena jarum jam sudah menunjuk pukul 8, di tikungan gedung ia menabrak seseorang dari kelas A dan menjatuhkan makanannya. Dan orang itu tidak lain adalah orang yang mengoceh di lorong kemarin. Kesal karena sarapannya jatuh, orang itu marah pada Grey. Lalu orang itu menyadari sesuatu. Yah, dia sama sekali tidak merasakan adanya mana dari tubuh Grey orang itu yakin bahwa Grey adalah orang yang ia bicarakan kemarin.

"Kau kelas mana?"

"Kelas D... maafkan aku, aku tadi buru-buru karena sudah telat."

Mendengar jawaban Grey bahwa dia dari kelas D membuatnya semakin yakin bahwa Grey adalah "si tanpa mana" yang ia bicarakan kemarin."

"Sepertinya kau bukan orang sini, kau tidak tau siapa aku ya? Namaku Xin Fan! Kau dengar? Fan! Aku anggota 8 keluarga!"

"Maafkan aku... aku tidak berma...."

'Buk Buk Buk' tanpa pikir panjang Xin menggunakan mana untuk memperkuat tubuhnya dan memukul Grey di kepala dan ulu hatinya. Ketika Grey tersungkur di tanah ia membuka satu minuman yang belum ia minum kemudian ditumpahkan di atas kepala Grey lalu meninggalkan Grey dan menuju ke lapangan.

"Sudah jam 8 lebih 12 menit ya? Sepertnya orang itu juga terlambat."

Grey sambil menahan sakit dan malu karena keadaannya yang sangat kacau berjalan perlahan menuju lapangan. Sebenarnya Grey sangat kesal, tapi ia tidak bisa melawan karena sudah berjanji pada kakeknya untuk tidak terlibat masalah apa pun, apalagi Xin merupakan salah satu anggota 8 keluarga.

"Panggilan untuk Grey Neiva, harap segera menuju ke lapangan!" terdengar suara pengumuman di speaker seluruh area asrama.

Dan panggilan itu terus berulang hingga membuat siapa pun yang mendegarnya pasti akan kesal. Sebenarnya Grey ingin berlari dan berteriak "Aku ada disniiiii!" Tetapi pukulan Xin tadi begitu kuat sehingga membuat Grey lemas. Yah, Xin memang kuat, begitu juga anggota 8 keluarga yang lainnya, karena mereka merupakan keturunan pahlawan perang. Jadi wajar saja kalau mereka mewarisi kekuatannya.

"Neiva? bukannya itu salah satu dari 8 keluarga?"

Orang-orang saling berbisik tentang bagaimana bisa salah seorang dari 8 keluarga terlambat yang mana itu akan mencemari nama keluarga, apalagi hingga berkali-kali dipanggil seperti ini.

Akhirnya setelah beberapa panggilan Grey pun mulai terlihat dari arah lapangan. Orang-orang pun bingung dengan keadaan Grey yang berantakan dan sempoyongan. Tak lama setelah itu Grey pun terjatuh dan kehilangan kesadarannya. beberapa mentor pembimbing mengurus Grey lalu membawanya ke klinik dan upacara pun tetap dilanjutkan tanpa keikutsertaan Grey.

[Chapter 1 : Grey Neiva] - Selesai

avataravatar
Next chapter