webnovel

Di Sini Nik

“Coba yang ini.” Nilam mengambil gaun yang pilihkan Rara, mereka sedang berada di pusat perbelanjaan sekarang.

“Eng, enggak ada model yang lain Ra?”

“Loh, kenapa. Enggak suka sama gaun yang ini?”

“Eng, terlalu terbuka enggak sih?”

“Hahahaha, astaga Nilam. Enggak, percaya gue. Lo pasti cantik banget pake gaun ini.” Nilam mengamati lagu gaun pilihan Rara, gaun itu tidak berlengan dan hanya memiliki satu tali tipis di pundak. Panjangnya memang sampai mata kaki, tapi belahannya nyaris setengah paha.

“Di coba Nilam.”

“Haah, oke.” Nilam masih terus mengamati gaun pilihan Rara, gaun di tangannya benar-benar sangat terbuka. Perempuan itu sama sekali tidak mengerti kenapa orang kota yang memiliki banyak uang suka sekali mengenakan pakaian seperti ini.

“Ck, susah lagi.” Ritsleting gaunnya menyangkut.

“Haah, Ra! Rara, kamu di luar kan? Bisa tolong bantu saya?” Tidak ada jawaban.

“Ra!”

“Kenapa Nilam?” Itu bukan suara Rara, Nilam yakin sekali kalau suara temannya itu tidak seberat itu.

“Nilam?”

“Eng, Nik?” Nilam hanya asal menebak, tapi seseorang di luar sana justru mengiyakan.

“Kamu kok di sini, Rara mana?”

“Kebetulan lewat terus liat Rara, ternyata dia bareng sama lo.”

“Iya, Raranya mana sekarang?”

“Ke kamar mandi sebentar.” Nilam menggigit bibirnya, ritsleting gaunnya masih menyangkut.

“Nik, boleh minta tolong panggilin mba penjaganya?”

“Kenapa, lo butuh sesuatu?” Nilam ragu, tapi akhirnya ia mengatakan masalahnya.

“Iya, ritsleting gaunnya nyangkut.”

“Ah, sini biar gue bantu.”

“Eh, jangan!” Nilam menahan tirai yang menutupi ruang ganti saat Nik berusaha membukanya, bisa di bilang saat ini perempuan itu sedang dalam keadaan setengah telanjang. Nilam tidak akan membiarkan Nik melihatnya dalam kondisi seperti itu.

“Mereka semua sibuk Nilam, bukan cuma lo yang harus mereka layanin.”

“Kalau gitu nunggu Rara aja.”

“Lama, bu Darmi bisa marah kalau kalian kelamaan di sini.” Nilam menggigit bibir bingung, karena perkataan Nik memang benar.

“Oke, tapi kamu tutup mata.”

“Gimana caranya gue bantu lo kalau sambil tutup mata?”

“Pokoknya tutup mata!” Nilam keras kepala, setelah Nik menyetujui syaratnya barulah perempuan itu melepaskan tangannya dari tirai dan membiarkan laki-laki itu masuk ke bilik ruang ganti.

“Gue udah tutup mata Nilam.”

“Saya cuma mau mastiin kalau kamu enggak bohong.” Setelah memastikan Nik benar-benar menutup matanya Nilam berbalik mengarahkan punggungnya tepat di hadapan Nik.

Nilam menahan napas, ketika jari-jari Nik mulai menyusuri punggungnya. Mungkin karena matanya terpejam Nik kesulitan menemukan letak ritsleting gaunnya, jari-jari laki-laki itu justru menyusri punggung telanjangnya sejak tadi.

“Di sini Nik.” Nilam yang jengah akhirnya menuntun tangan laki-laki itu.

“Lumayan.” Nilam mengeryitkan dahi, tidak mengerti dengan ucapan Nik.

“Dengan ukuran sebesar itu, lo pasti bakal bisa muasin klien lo nanti.”

“Nik!” Nilam langsung berbalik badan meski gaunnya belum benar-benar terpasang perempuan itu terkejut karena ternyata sejak tadi Nik membohonginya. Laki-laki itu membuka matanya dan melihat seluruh tubuh bagian atasnya yang terbuka.