webnovel

Bagian 3

Paginya Eva terbangun merasakan kepalanya sedikit sakit , Eva memijit-mijit kepalanya dengan pelan.

"jam berapa sekarang ?" gumamnya dia menoleh ke samping sebelah kanannya untuk melihat jam yang berada di samping lampu tidurnya.

"ternyata sudah jam sembilan pagi,aku harus ke dokter hari ini karna obat ku sudah habis" Eva langsung bergegas masuk ke kamar mandi , setelah selesai melakukan ritual mandinya dan berpakaian dengan rapi Eva mencari phonselnya.

" mana sih phonsel ku" dia mengedarkan pandangannya untuk mencari di mana phonselnya , pandangannya menyipit ke arah tasnya yang tergeletak di bawah meja riasnya.

" nah itu dia " Eva melangkahkan kakinya menuju tasnya berada, Eva mengambil phonselnya kemudian memesan taxi online setelahnya di masukkan phonselnya ke dalam kantong celana jeans yang di kenakannya,setelahnya eva memoles wajahnya dengan senatural mungkin.

"sudah selesai" eva memasang senyum manisnya setelah puas melihat penampilannya,kemudian Eva langsung pergi menuju ke rumah sakit menggunakan taxi online yang di pesannya tadi.

Jarak antara rumahnya ke rumah sakit emang agak jauh jadi memerlukan waktu tiga puluh menit baru sampai ke rumah sakit .

Sesampainya Eva masuk rumah sakit Eva mengambil phonselnya karna terdapat telfhon setelah di lihat ternyata Citra yang menelfhon belum sempat Eva mengangkat telfhonnya Eva terjatuh ke lantai karna menginjak sebuah kelereng entah bagaimana bisa-bisanya ada kelereng di bawah kakinya.

"aduhhhh salah satu aset ku" Eva merintih sambil memegang pantatnya yang terhempas ke lantai.

"ini siapa sih yang main kelereng di rumah sakit" kata Eva kesal setelah melihat benda yang menyebabkannya terjatuh.

"sini saya bantu, adek gak apa-apa kan ?" tanya seseorang dengan menjulurkan tangannya ke pada Eva berniat untuk membantunya.

Eva mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang membantunya ternyata seorang pria yang lumayan tampan dengan sebuah jas tersampir di bahu kirinya dia pun menerima uluran tangan tersebut.

"gak apa-apa kok kak" Eva menepuk-nepuk celana jeansnya mungkin ada debu-debu yang menempel akibat jatuh tadi.

Orang itu mengambil phonsel Eva yang terjatuh tadi dan di berikannya ke Eva .

"ini phonsel kamu coba di cek dulu mana tahu ada yang rusak, saya bener-bener minta ma'af udah buat kamu jatuh itu tadi kelereng keponakan saya ,saya gak tahu kalau kelerengnya ada di dalam kantong jas saya" ucap dokter dengan perasaan yang menyesal.

"jadi itu tadi kelereng punya ponakkan kakak ,sakit tahu kak jatuh itu untung phonsel ku gak apa-apa cuma mati aja" sungut Eva yang membuat gemas bagi siapa aja yang melihat tingkahnya.

"tapi ya mau gimana lagi kejadiannya udah terjadi lagian bukan salah kakak juga" lanjut Eva

"saya bener-bener minta ma'af banget atas kejadian ini" ucap orang itu lagi.

"iya gak apa-apa kak, ya udah ya kak aku buru-buru ini" setelahnya Eva berjalan tergesa-gesa pergi menjauh dari orang tersebut.

"adek" panggilnya sebelum Eva jauh dari pandangannya.Eva membalikkan tubuhnya dan melihat orang itu dengan seulas senyum.

"ya ?" Eva beetanya.

"kalau phonselnya rusak cari saya di rumah sakit ini ya, cari aja laskar suster sama dokter di sini pada tahu kok sama saya" ucap orang yang mengaku bernama laskar itu.

Eva mengerutkan dahinya tak mengerti.

"emang siapa dia sampe orang-orang rumah sakit ini tahu dia" ucapnya dalam hati.

"oke" Eva menjawab menganggukkan kepalanya dan Eva tetsenyum lalu kembali berbalik melanjutkan kangkahnya meninggalkan laskar.

Eva tidak tahu bahwa laskar anak pemilik rumah sakit ini jadi orang-orang di rumah sakit ini pasti mengenal laskar dengan baik.

"cantik dan gemesin" gumam laskar, dia pun berjalan sambil tersenyum meninggalkan rumah sakit dan berharap bertemu kembali dengan adek cantik tadi.

Eva akhirnya sampai juga di depan ruangan psikolognya sebelum masuk ke dalam Eva menarik nafasnya lalu di hembuskan di lakukannya berulang-ulang agar menormalkan kembali nafasnya setelah normal Eva segera mengetok pintu terus membukanya.

"pagi abang dokter Arel" sapa Eva dengan senyum lebar dan duduk di kursi yang berhadapan dengan dokter Arel.

" nah yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga " sahut dokter Arel.

"hehehe ma'af abang dokter pagi tadi Eva bangun kesiangan trus di koridor rumah sakit ada sedikit tragedi" cengirnya.

"tragedi apa adeknya abang" tanya dokter Arel.

"emmmm adek gak mau kasih tahu ahh" cemberut Eva.

"loh kenapa gak mau kasih tahu" tanyanya heran.

" habis ini tragedi memalukan bang, masak tadi Eva jatuh gara-gara nginjak kelereng, secara kan bang ini di rumah sakit masak ada kelereng nyasar di bawah kaki Eva kata orang yang jatuhin kelereng itu punya keponakannya yang di masukin di dalam kantong jasnya" cerocos Eva

Dokter Arel hanya memutar bola matanya mendengar ke cerewetan Eva namun dia juga penasaran sama siapa orang yang menjatuhin kelereng itu.

" kamu tahu siapa orang yang jatuhin kelereng keponakannya itu".

"katanya namanya sih Laskar trus dia bilang seorang rumah sakit ini tahu siapa dia".

"ooohh dia anak pemilik rumah sakit ini" ujar dokter Arel.

"pantes" Eva mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.

" bang aku ke sini mau minta obat loh" .

"obat apa yang habis" tanya dokter Arel

"obat penenang aku habis bang, semalam mama sama papa.." Eva tidak melanjutkan kata-katanya.

"hah jadi mereka masih aja berantem" dokter Arel tak habis pikir dengan orang tua Eva kapan mereka bisa berubah buat orang kesal aja.

"tadi malam Eva lihat secara langsung bang papa bawa perempuan lain trus mama di tampar sama papa" ucap Eva sedih.

"rasanya Eva sudah gak sanggup lagi,Eva capek bang" ucapnya lagi.

Arel bangun dari dan melangkah mendekati Eva kemudian menarik kepala Eva ke dalam pelukannya sambil mengusap kepala Eva dengan sayang.

"sabar dek" Arel mencoba menenangkan Eva yang terdengar suara isak tangisnya.

"sudah jangan nangis lagi"Arel menghapus air mata Eva dengan ke dua ibu jarinya .

"dengerin abang, abang akan selalu ada buat adek jadi kalau ada apa-apa cerita sama abang, abang akan setia mendengar keluh kesah kamu , adek tahukan abang sayang banget sama kamu dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah jangan pernah putus asa banyak yang sayang sama kamu" terangnya .

Eva menganggukkan kepalanya.

"udah gak usah sedih lagi abang ambilin obatnya dulu" Arel beranjak mengambil obat Eva.

"nih obatnya tapi abang berharap adek kurangi mengkonsumsinya agar tidak ketergantungan".

"makasih bang tapi gimana caranya aku kuranginya" tanya Eva.

Arel berpikir sejenak " emmmm menurut abang kamu cari kesibukan lain kayak ikut yoga apa dance pokoknya apa ajalah yang penting positif supaya kamu teralihkan dari obat ini" saran dokter Arel.

"oke deh bang nanti aku pikirin makasih banyak ya bang" ucap Eva dengan tulus.

"iya sama-sama kayak sama siapa aja kamu ini".

"ya udah ya bang aku harus ke kafe ini ,pasti citra lagi ngomel-ngomel ini soalnya tadi aku gak angkat telfhonnya" Eva beranjak dari kursi dan akan keluar ruangan Arel, Arel mengikutinya dari belakang.

"abang anterin sampai depan rumah sakit ya ?" tawar Arel.

"gak usah bang ,abang di sini aja nanti kalau ada pasien terus dokternya gak ada gimana ?"

"ya udah abang anterin sampai depan ruangan abang , kamu hati-hati di jalan" kata Arel.

"siap abang dokter ku mmmmuuuaaccchhh" Eva memberikan kiss bye lalu berjalan meninggalkan Arel.

Arel tersenyum melihat tingkah Eva.

Arel tahu bagaimana kehidupan Eva dengan ke dua orang tuanya karena rumah mereka bersebelahan dia begitu menyayangi Eva bahkan dia memendam perasaannya dari Eva pertama kali pindah ke samping rumahnya.

Arel masuk ke dalam ruangannya lagi setelah punggung Eva tak terlihat lagi.