25 Aku dibuang.

Part belum di revisi.

Typo dimana-mana.

Happy reading.

***

E. V. Company pagi ini terlihat sangat damai. Semua divisi tengah bekerja dengan sangat tenang. Namun saat Lykaios, Alvian dan Nero tiba-tiba datang ke perusahaan, semua suasana tenang itu menjadi sangat berbeda. Penuh kejutan, keramaian dan seruan godaan yang penuh dengan intrik.

Ethan yang mendengar, melihat,  bergidik ngeri dan merasa sangat muak. Ia tak pernah berpikir bahwa seluruh wanita yang bekerja E. V. Company akan sangat antusias dengan kedatangan para pria tampan yang hampir setara dengan Bos perusahaannya. Alih-alih mengetahui,  bahwa semua pria yang di rekrut Ellina adalah bukan pria biasa. Semua kalangan atas dan parahnya adalah para Tuan Muda yang memiliki pesona dan fans luar biasa.

Ethan membawa mereka dalam sebuah ruangan yang telah di sediakan oleh Zacheo. Ruangan itu khusus milik mereka untuk membuat sebuah penerobosan baru dari perusahaan. Dan Ellina adalah orang yang memegang kendali utama.

Saat Alvian, Nero dan Lykaios telah duduk di kursi masing-masing,  tak ada suara yang terdengar atau sapaan selamat pagi untuk mulai bekerja. Semua mata menatap fokus pada layar Pc dan hanya gerakan tangan yang terlihat cepat. Ethan menggeleng pelan, ia tak menyangka bahwa akan bekerja dengan orang-orang yang setara dengannya. Bedanya,  mereka tak ahli dalam bidang peretasan. Namun soal programer, keamanan perusahaan dan pembuatan perangkat lunak hingga cadangan jaringan, mereka benar-benar dapat di andalkan. Dan hal itu terkadang membuat Ethan tak percaya akan selera Ellina dalam memilih rekan kerjanya. Ia sungguh tak menyangka,  bahwa dalam waktu dekat, Ellina dapat merengkuh semua orang hebat itu dalam satu tim bersamanya. Hal yang paling membuatnya miris adalah mereka semua di gaji sangat rendah. Atau bahkan bisa di bilang, tak sesuai dengan hal yang mereka lakukan.

Ethan tersenyum tipis saat wajah bos-nya terbayang. Di antara itu semua ia tetap masih terlalu bangga pada pilihan bosnya yang telah merekrut Ellina. Jika tidak, ia tak akan bertemu orang-orang hebat seperti saat ini. Saat sudut bibirnya masih terangkat naik, sebuah dering telepon di saku jasnya berdering. Membuat semua mata menatapnya sebelum akhirnya mereka kembali fokus pada layar monitor yang masih menyala.

"Oh, Ellina," ujarnya membuat seluruh mata kini kembali menatapnya. Ia mengangkat telepon itu dan dengan paksa menuruti kata-kata Alvian yang berbisik.

"Hidupkan spiker teleponmu!"

Ethan menghidupkan spikernya dan perintah Ellina membuat mereka semua yang mendegar terpaku.

"Ethan, kirimkan mobilku ke Reegrand World Mall secepatnya,"

Telepon itu langsung tertutup dan mereka semua yang berada dalam ruangan itu saling memandang.

"Mobil?" tanya Nero memastikan.

"Bukankah dia tak memilikinya?" kini Alvian berkata sambil menggaruk tengkuknya.

"Damn!" teriak Ethan kemudian. "Itu perintah," ia yang awalnya terpaku langsung berlari menuju telepon perusahaan di sudut meja Lykaios.

Lykaios, Alvian dan Nero hanya menatap sambil menyilangkan tangannya di dada.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Lykaios saat melihat Ethan tak juga menelepon meski telah mengarahkan ganggang telepon itu ke telinganya.

Ethan menoleh. "Tidakkah kalian paham? Ellina meminta mobilnya. Itu artinya dia inginkan mobil secepatnya. Dan masalahnya aku tak tahu mobil apa yang sesaui dengan type-nya."

Mendegar itu Lykaios tersenyum, ia mengayunkan punggung tangannya naik turun. Membuat Ethan menyerahkan telepon di tangannya. Ethan hanya bisa menunggu saat Lykaios dengan cermat menghubungi seseorang.

"Ini aku, Lykaios Canuto. Kirimkan sebuah mobil sport untuk seorang gadis cantik yang briliant."

"Tuan Muda, karakter seperti apakah gadis ini?"

Mendengar itu Lykaios tersenyum. "Sangat lembut, rapuh namun sangat licik dalam satu hal. Ia sangat cepat dengan keadaan sekitarnya dan ia seorang yang jenius."

"Bagaimana dengan Lamborghini? Kami Maybach  sedikit kurang pas untuk karakternya yang-"

"Aku setuju. Kirimkan Lamborghini dengan warna merah."

"Maaf, Tuan. Untuk biaya tagihannya--"

"E. V. Company akan membayarnya. Kau cukup mengirimkan notanya dan perusahan kami akan membayarnya," sahut Ethan merebut telepon dari tangan Lykaios.

"Terimakah, Tuan--"

Tak sampai mendengarkan pegawai di sebrang sana mengatakan hal lainnya, Ethan telah menutup telepon itu. Mereka semua saling bertatapan.

"Kau," ujar Ethan menggantung. Tangannya menunjuk wajah Lykaios cepat. "Showroom mobil mana yang kau hubungi?"

Lykaios menarik kedua sudut bibirnya ke bawah sedikit. "Kenapa memangnya? E. V. Company tak harus membayarnya. Aku bisa memberikannya gratis pada Ellina."

Mendengar itu Alvian sama sekali tak terkejut. Ia hanya kembali duduk dan bekerja. "Sudahlah. Itu hanya sebuah mobil baginya. Dia tak akan bangkrut meski harus membelikan sepuluh mobil pada Ellina,"

Nero yang di samping Alvian ikut kembali bekerja. Dengan mendengar kata-kata Alvian,  itu sudah cukup jelas baginya. Bahwa Lykaios juga orang berkuasa di antara 3 keluarga lainnya. Hingga ia juga yakin,  bahwa showroom mobil itu juga salah satu bisnis keluarga Canuto.

Ethan menatap Lykaios yang terlihat santai dan kembali bekerja. Melihat semua rekannya bekerja ia pun duduk di kursinya. Namun matanya menatap wajah semua pria di ruangan bergantian. Ia menggeleng kuat dan bergidik ngeri pada pikirannya. Gadis macam apa dia? Kenapa hanya dengan satu perintahnya, orang-orang ini akan rela melakukan apapun. Kurasa mereka bahkan tak akan sadar jika suatu saat Ellina menjual mereka. Ck, ck, ck, ck, ck.

***

Lamborghini Veneno merah itu membelah jalanan kota Z di China. Ellina mengendarai mobil barunya dan terparkir langsung di perusahaan E. V. Company. Semua mata menatap penasaran pada pemilik mobil sport yang baru saja mereka lihat. Saat pintu terbuka dan sosok Ellina turun, semua mata itu terpaku. Lalu perlahan pergi dan mulai bekerja seperti biasanya.

Tak ada yang bersuara, sepanjang Ellina melangkah memasuki perusahaan bahkan tiba di kursinya sendiri. Semua orang sangat tahu tentang Ellina. Sang permata perusahaan yang sangat di sayangi oleh Tuan muda dan di segani oleh semua divisi. Namun tak sedikit dari mereka yang menatap iri, saat mereka tahu, perusahaan akan menuruti semua hal yang Ellina minta. Termasuk membeli sebuah mobil dalam waktu beberapa menit dan langsung dikirim ke tempat Ellina berada. Bukankah itu suatu hal yang hanya akab bisa di lakukan oleh kalangan kelas atas?

Nero menoleh saat pintu ruangan terbuka dan sosok Ellina terlihat. Ia tersenyum mendapati Ellina juga menatapnya. Ia berdiri dan mendekat, meraih semua tas belanjaan Ellina dan lanhsung menjatuhkannya saat melihat luka di lutut Ellina.

"Kau terluka,"

Suara Nero membuat Lykaios, Alvian dan Ethan yang sibuk bekerja menoleh. Mereka melihat Nero yang telah menuntun Ellina untuk duduk di kursi tamu di ruangannya.

"Duduklah, aku akan mengobatinya."

"Itu hanya luka kecil," jawab Ellina keberatan.

"Tapi akan meninggalkan bekas luka jika tak di tangani secara benar,"

Alvian berjalan mendekat dan entah dari mana, dia telah mendapatkan kotak p3k. Dia memberikan itu pada Nero dan melihat luka di lutut Ellina. "Berikan salep yang berwarna biru itu, lukanya tak akan meninggalkan bekas. Itu hanya goresan dengan benda keras."

"Apakah kau terjatuh?" tanya Ethan perhatian kala mendengar perkataan Alvian.

Ellina mengangguk dan membiarkan Nero mengobati luka di lututnya.

"Apakah kau anak Tk? Kenapa bisa terjatuh? Apakah itu karena hak tinggimu?" tanya Lykaios beruntun. "Aku sungguh tak mengerti pada wanita, kenapa mereka memakai hak setinggi itu jika itu jelas merepotkan dan berbahaya," sambungnya pelan namun masih jelas terdengar.

Ellina tersenyum mendengar kata-kata Lykaios. "Bukan karena itu, ada hal yang lebih penting dari pada itu semua."

"Apa?" tanya empat pria itu kompak.

"Biarkan aku berjalan menuju mejaku," kata Ellina.

Dan mereka hanya mengikuti Ellina yang telah duduk di kursinya. Menatap Ellina yang mulai menghidupkan layar laptop di mejanya.

"Alvian, apa kode Reegrand World Mall?"

Mendapati pertanyaan Ellina, Alvian tak bisa tak terkejut. "Kau, apa yang akan kau lakukan?"

Ellina menoleh kebelakang, "Bukan suatu hal yang berbahaya,"

"Lupakan saja. Kau tak akan bisa meretasnya," ucap Alvian kemudian.

"Oh, kau menantangnya?" tanya Ethan tanpa sadar. Ia segera menutup mulutnya dengan tangan saat semua mata menatapnya.

"TheGreatLion," ucap Lykaios membuat semua mata menatapnya. "Gunakan saja kata kunci itu untuk meretas mall tersebut. Kau akan dapatkan semua hal yang kau inginkan,"

Alvian mendelikkan matanya. Itu sudah bukan rahasia. Saat perusahaan lain dari empat keluarga teratas  menginginkan sebuah informasi yang mereka inginkan, selama itu bukan informasi perusahaan inti, maka perusahaan lain akan memberikannya.

"Baiklah," kata Ellina lalu mulai beselancar.

Kini semua mata tertuju oada layar laptop Ellina. Mereka semua sangat penasaran dengan hal yang akan Ellina lakukan.

"Dapat," seru Ellina saat mendapatkan beberapa rekaman dari cctv mall tersebut.

Semua mata menyipit tak mengerti.

"Kau hanya menginginkan itu?" tanya Alvian tak percaya.

Ellina tak menjawab. Ia hanya meng-klik tombol play dan sebuah video panjang iti terputar. Semua mata lebih mendekat, untuk melihat video itu dengan jelas.

"Bukankah itu Lexsi?" tanya Nero tak mengerti.

Tak ada yang menjawab, mereka semua memilih menonton dalam diam. Mendengarkan semua percakapan dan adegan di dalam video tersebut. Hingga raut terkejut terlihat di mata mereka semua dengan jelas.

"Kau anak dari keluarga Rexton?"  tanya Alvian tak percaya. Ia sudah tahu bahwa saudaranya akan menikahi anak keluarga Rexton. Namun salah satu putri yang di pilih di kabarkan menghilang hingga akhirnya di gantikan oleh putri lainnya. Ia hanya tak menyangka,  bahwa gadis yang menghilang itu adalah Ellina.

Riak keterkejutan pun terlihat sama di mata mereka semua. Hal yang lebih membuat syok Ethan adalah Ellina memiliki seorang adik. "Kalian Adik berkakak? Kau serius memiliki saudara si artis pendatang terbaik itu?"

Ellina hanya mencibirkan bibirnya. "Kalian tak dengar? Aku di buang! Jadi aku harus apa? Aku di keluarkan dari keluarga Rexton."

"Oh," ucap mereka bersamaan. Mereka terlihat bersalah karena lebih penasaran dengan hal lainnya. Namun Alvian berbeda. Ia menatap Ellina tak percaya.

"Tunggu, tunggu, tunggu," ujarnya  dengan tangan menunjuk  Ellina. "Aku menanyakan ini untuk membuat sebuah kepastian,"

Nero, Lykaios dan Ethan menatap Alvian. Mereka pun menunggu hal yang akan Alvian katakan.

"Ja-jadi kau gadis yang di pilih oleh Kenzie sebelumnya?" sambung pertanyaan Alvian membuat riak keterkejutan.

"Kenzie? Bukankah dia bertunangan dengan Artis itu?" tanya Lykaios tak mengerti.

Alvian menggeleng. "Kau tak tahu apa-apa.  Tapi aku mendengar ini dari mulut bibiku yang tengah berbincang dengan Ibuku. Bahwa sebelumnya Kenzie mengamuk karena pertunangan itu harus di gantikan."

Keheningan tercipta. Hanya pandangan yang menghujam Ellina membuat gadis itu terkekeh pelan. Tatapan itu jelas tatapan yang menginginkan penjelasan.

"Mengamuk?" tanya Ellina kini penasaran. "Kenapa dia harus mengamuk?"

Tidak, ia sungguh tak menyangka bahwa pria kejam itu akan mengamuk hanya karena bertunangan dengan Lexsi dan bukan dirinya. Ia sangat ingat, dalam kehidupan sebelumnya, ia sama sekali tak pernah berarti apapun di mata pria itu.  Lalu kenapa ia harus mengamuk dalam kehidupan ini? Ia benar-benar tak mengerti dengan semua jalan yang terjadi di kehidupannya yang baru.

"Dari pada itu, bukanlah kau harus menjelaskannya pada kami?" tanya Lykaios mencela. Dan Alvian mengangguk setuju.

Ellina menatap bias. "Menjelaskan? Aku?" tanya Ellina dengan menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa aku harus menjelaskan hal yang tak penting pada kalian?"

"Jawab saja, kau terlalu banyak rahasia!" ucap Alvian ketus karena mulai kesal melihat Ellina yang sama sekali tak tertarik untuk memberikan penjelasan.

Ellina tertawa tipis. "Ya, itu aku! Aku adalah calon tunangan Kenzie Alexis Reegan yang sesungguhnya,"

Ellina mengucapkan kata 'sesungguhnya' dengan sedikit penekanan. Ia melakukan itu karena dari yang ia lihat, itu adalah suatu hal yang tetap terjadi dari dua kehidupan yang ia alami. Jadi ia mengatakan itu dengan sangat jelas.

Lalu riak keterkejutan menyambut. Mereka semua seakan tak percaya, bahwa gadis di depannya adalah calon Nyonya Muda Reegan pertama yang dipilih langsung oleh  pemiliknya. Namun dari semua itu Ethan lebih terkejut. Ia bahkan menatap Ellina tak percaya.

Jadi hal yang ia lakukan beberapa waktu lalu adalah salam penyambutan pada mantan tunangannya atau salam sebuah dendam? Ah, dia benar-benar penuh kejutan.  Ucap Ethan dalam hati  ketika mengingat ulah Ellina memperakporandakan perusahaan Reegran beberapa waktu lalu.

***

avataravatar
Next chapter