1 A Terrible Trip

Kamar ini...kenapa harus kamar bernomor 13 ini?! Awal di mana aku harus memulai hidup ku yang kelam di hotel angker ini! Ingin rasanya aku berlari dan kabur dari hotel terkutuk ini! Tapi kegelapan dan ketakutan ini menghentikan langkahku!

Hari ini adalah hari libur ku, hari spesial yang telah ku tunggu-tunggu sejak bulan kemarin. Yah, rasa lelah, penat dan stress yang ku alami di dunia pekerjaan terlalu membebani ku! Sudah sedikit lelah dengan pekerjaan ku menjadi asisten seorang CEO yang kaya raya! Aku butuh liburan! Ku persiapkan barang ku, dan aku meluncur ke tempat destinasi ku! Awal kurasa perjalanan melalui kereta ini membuat ku senang, tapi tidak. Perjalanan kereta d malam hari ini membuat bulu kuduk ku merinding, dan semakin parah ketika aku menemukan hal yang janggal di depan mataku. Waktu menunjukkan pukul 23:00, dan aku tahu ini tengah malam. Malam ini membuatku tidak bisa tidur, selain bunyi kereta yang melewati terowongan, hal ganjil itu juga membuatku shock.

Ku lihat ada sosok anak kecil, berdiri di ujung lorong kereta, dia mengenakan baju putih yang acak-acakan dan lusuh, rambutnya hitam lebat, bahkan wajahnya juga hitam, di penuhi rambut-rambut yang memanjang dan menjuntai di wajahnya, serta mata bulat merah yang mengerikan. Rasa tidak nyaman ini semakin menjadi-jadi ketika mata bulat merah itu melirik ku dengan cepat. Aku sempat memalingkan tatapan ku dari anak kecil mengerikan itu, ku ambil telefon genggam ku, dan pura-pura ku mainkan telefon genggam ku untuk menyembunyikan rasa takut ku. Setelah sepersekian menit, aku mencoba kembali melihat sosok anak kecil itu. Belum satu detik mataku melirik anak kecil itu, tiba-tiba tanpa aku sadar anak kecil menyeramkan itu sudah berada tepat di depan muka ku, dengan tatapan mata merah bulatnya yang kosong, wajah hitam di penuhi rambut dan ia tersenyum mengerikan melihatku.

"KYAAAA...!!!" teriak ku histeris ketakutan.

Teriakan ku membangunkan penumpang lain, dan ku lihat sosok anak kecil itu menghilang seperti halusinasi.

"Kenapa ya mbak? Kok teriak kaya ngelihat hantu??" kata seorang pria paruh baya kepadaku keheranan.

"Ada apa to mbak??"

"Saya jadi kaget mbak, emangnya ada apa??

Seluruh penumpang melihat ku dan bertanya-tanya keheranan. Aku yang melihat kejadian ini sampai tidak percaya, bahwa aku bisa melihat sosok hantu dengan mata kepala ku sendiri.

"Maaf, bapak, ibu, mas, dan mbak....tadi saya cuma mimpi buruk...maaf jika teriakan saya menggangu..." kataku pelan dan mencoba berbohong.

Sudah cukup malam mengerikan ini bagi ku, ku harap bahwa hari libur ku ini bukan menjadi hal yang mengerikan bagi ku.

Setelah dua jam lamanya, aku sampai di destinasi ku. Hotel Gangsal Rawit, tempat ku menginap. Gedung hotel ini sempat membuatku bergidik, tapi akal sehat ku berkata, ini sudah malam, dan aku harus mencari tempat istirahat yang layak.

Aku meniadakan pikiranku yang tidak masuk akal, menghancurkan rasa takut dan parno akan hal ini. Aku memasuki lobi hotel, dan memesan kamar untuk menginap, tepatnya kamar bernomor 13. Rasa tidak karuan ini kembali datang, semenjak ku ingat hotel ini sempat menuai kritik dari pengunjung, dan menuai rumor bahwa hotel ini sangat angker, dan kamar nomor 13 dulunya tempat anak kecil di bunuh dengan sangat tragis. "Haaaahh....tenang...tenang..." Aku menarik nafas panjang dan mencoba menenangkan diri ku yang sangat ketakutan. Ku buka kamar ini, dan aku merapikan barang ku. Aku sudah sangat lelah! Yang ku inginkan hanyalah tidur malam ini! Rasa gerah ku menghancurkan rasa kantuk ku. Mungkin aku harus mandi air hangat, lalu aku akan tidur.

Aku menyiapkan peralatan mandi, dan bergegas ke kamar mandi untuk menghilangkan rasa gerah ku. Ku buka pintu kamar mandi, dan aku mulai masuk ke bath tub dengan santai merilekskan pikiran ku. Tanpa di sadari, lampu kamar mandi padam, dan gelap gulita. Aku sangat shock dan ketakutan. Namun, aku mencoba berfikir secara positif, mungkin saja lampu kamar mandi ini sedikit konslet. Tiba-tiba ku rasakan ada sentuhan dan rabaan tangan merayap di bahu ku di antara kegelapan kamar mandi. Aku merinding ketakutan, dengan secepat kilat aku keluar dari bath tub dan ku lihat tidak ada siapa-siapa. Lalu, siapa yang memegang pundak ku tadi?! Aku mengambil handuk dan ku lilitkan di tubuhku, aku hendak mengambil baju ku di pintu kamar mandi, ku buka tirai di bath up, aku pun terjungkal kaget. Sekelebat bayangan terlintas di depan ku, bentuknya seperti asap tebal, berwarna hitam keabuan.

Ini membuatku semakin ketakutan, bayangan ganjil lewat di depan ku di ruangan kamar mandi yang gelap gulita. Aku bergegas mengambil pakaianku, dan keluar dari kamar mandi. Aku baru sadar lampu kamar tidur ku juga ikutan gelap, ini membuat bulu kuduk ku semakin menjadi-jadi. Kaki ku lemas, badan ku gemetaran, ku tarik selimut menutupi seluruh tubuh ku, dan aku berlindung dari ketakutan di bawah selimut yang gelap.

"HIHIHIHIHI..."

Suara cekikikan itu membuat nyaliku ciut, aku sempat merasakan ada seseorang yang merayap di langit-langit. Bunyi langkah kaki di lantai atas, dan dentuman benda keras di luar kamar hotel. Suara orang-orang gaduh di sebelah kamar hotel. Bunyi-bunyian ini membuat ku gila! Aku menutup telingaku dan hendak tidur melupakan semua ini. Ketika mataku terpejam, aku merasakan ada sesuatu yang masuk melalui selimut ku. Dia seakan ingin memberitahuku bahwa dia ada di sini, dan dia ingin aku melihatnya. Mataku yang tadinya terpejam, ku buka perlahan-lahan, ku melihat sosok mengerikan di depan mataku, tepat di bawah selimut yang gelap. Sosok anak kecil yang beberapa jam yang lalu ku jumpa di kereta, kini berada di depan ku persis.

Dia tertawa cekikikan ketika menemukan ku di bawah selimut. Senyumnya yang mengerikan, dan mulutnya yang di penuhi darah. Matanya yang bulat merah melotot kearah ku. Seketika aku melempar selimut ku, ku ambil langkah seribu, lalu kabur ke luar kamar hotel. Aku benar-benar ketakutan, ketakutan ku sudah di ujung tanduk! Ku buka pintu hotel dan ku mulai meminta pertolongan kepada orang yang berada di kamar sebelahku. Ku ketuk pintunya, namun tidak ada orang yang datang membuka pintu. Aneh, padahal aku tadi mendengar suara orang-orang yang gaduh di kamar ini. Dan aku berfikir bahwa kamar nomor 14 ini ada orang yang menempati. Nyaliku kembali ciut, tanpa ragu-ragu aku berlari di lobi hotel dan ingin meminta pertolongan orang. Ku lihat malam itu ada sekumpulan orang-orang yang berkumpul. Aku mencoba berkata kepada beberapa orang, tetapi mereka seperti mengacuhkan ku, mereka seperti tidak melihat aku. Langkah ku terhenti, waktu ku melihat mayat perempuan di depan gedung hotel. Mayat itu bersimbah darah, dan aku sangat terkejut bukan kepalang, ketika aku melihat wajah mayat itu, bahwa mayat itu adalah aku.

SELESAI

avataravatar
Next chapter