1 Keputusan Laila.

Di sebuah kamar dengan nuansa unik dan banyak barang-barang aneh di dalamnya terdapat 3 cewe yang sedang dalam konferensi meja kotak.

"Lo tau kan ra?" Laila gadis remaja berpakaian kuning dengan rok putih mulai bersuara dengan serius.

"Hah? Apaan? Nilai Mtk lo dapet nol lagi?" Ara gadis dengan baju one piece berwarna hijau tua kamuflase dengan gambar Alien imuts di seluruh permukaannya.

Gadis yang dijuluki putri Alien tanpa sepengetahuannya ini memiliki kemampuan membuat orang lain emosi tingkat nasional dan sebenarnya Laila adalah salah satu korbannya yang entah mengapa jadi ikut konslet dan akhirnya berteman dengan sang putri Alien.

"Bukan!"

"Kucing tetangga lo lahiran?" tanya Ara lagi penuh semangat.

"Ishh!! Bukaaan!"

"Terus apaan??"

"Lo tau kan sejak orok gue suka sama Ilham."

"Ilham? Makhluk macam apa itu?"

Laila menatap Ara tak percaya. Nih makhluk kayaknya udah lupa bagaimana mereka berdua bertemu dan menjadi teman seperti sekarang.

"Itu loh.. pangeran neptunus dari kelas sebelah." jawab Lulu teman Ara yang lain.

"Hmm... ada makhluk macam itu di sekolah kita? Bangsawan kah? Kok lo panggil dia pangeran?" Ara berkata sambil melihat Lulu penuh selidik.

"Bukan dodol, itu julukan anak-anak satu sekolah untuk dia." jawab Lulu emosi.

"Ohh.. terus ada apa lo tiba-tiba bahas si makhluk bernama Ilham ini?" tanya Ara kembali menatap Laila yang masih terbengong pinter.

"Gue mau nyatain perasaan gue ke Ilham." jawab Laila serius.

"Oke, semangat nak Laila. Daku akan menunggu kabar darimu." ujar Ara santai.

"Siap ibu Ara." jawab Laila dengan hormat benderanya ke arah Ara.

Sementara Lulu gadis berpakaian jeans biru dan baju putih hanya bisa melihat kedua temannya tak percaya. Mereka gak serius kan? Coba katakan kalo mereka gak serius?!!

"Lo berdua serius?" tanya Lulu tak percaya, wajahnya seperti baru melihat nenek gayung beli sampo diwarung bu imah buat keramas, penuh dengan nuansa horor dan tak percaya.

"Lo kenapa lu? Liat nenek gayung beli sampo tempat bu imah?" tanya Ara tanpa dosa.

"Astaga.. beneran Lu? Lo beneran liat nenek gayung beli sampo tempat bu imah? Beli berapa banyak dia?" Laila ikut mengompori kenyataan yang tak pernah ada ini.

"5 sachet buat persiapan jangka panjang." jawab Lulu asal.

"Widih.. merek apaan?" tanya Laila lagi asal ceplos.

"Merek yang tidak boleh disebutkan katanya, nanti pada kena kutukan." jawab Lulu asal, sementara dalam hati dia memanjatkan doa meminta agar nenek gayung memaafkannya.

Mengapa pembicaraan ini jadi gak jelas gini?? Lulu pengen nangis dalem hati, sejak kenal dua temannya ini makin lama tanpa dia sadari dia ikutan gila.

Lulu mengambil handphonenya yang tergeletak tak berdaya dimeja kotak punya Ara yang mungkin satu-satunya barang normal dikamar Ara sebelumnya karena sekarang meja itu di penuhi stiker berbentuk ufo dan Alien yang sengaja Ara koleksi entah darimana.

Dia menekan tombol panggil dan nada dering berbunyi cinta satu malam terdengar ditelinganya membuat Lulu meragukan keputusannya.

"YAK.. HALLOOo?"

Terdengar suara di ujung telepon.

"Woy Andini dimana Lu? Tolongin guee!!" jawab Lulu gak nyantai.

"Gue lagi di medan pertempuran, gue dah ijin sama kapten Ara bahwa gue gak bisa hadir dalam acara hari ini." jawab suara diseberang telpon.

"Medan perang gundul lo! Buruan kesini, ini medan perang sebenarnya, adinda gak bisa menangani hal ini sendirian." jawab Lulu mendramatisir.

"Hah? Emang ada apaan?"

"Nenek gayung beli sampo diwarung bu imah."

"Hah?! Seriusan? Merek apa?"

Satu lagi wanita gila dengan pemikiran serupa.

"Ehh.. bukan.. bukan.. maksud gue Laila bilang dia mau nembak Ilham."

"Apaaaa??!" terdengar bunyi piring pecah di ujung telpon disertai teriakan nyokap Andini yang menggelegar.

"Lu ngapain sih?" tanya Lulu bingung.

"Gue segera otw ke rumah Ara, tunggu gue! Bye." Andini makhluk tanpa akhlak langsung menutup telpon tanpa persetujuan Lulu.

"Kenapa teman gue macam begini semua??" ujar Lulu tak percaya.

"Lu, lo nelpon Andini?" tanya Laila setelah Lulu selesai menelponnya, entah sejak kapan Laila dan Ara sudah sibuk main karambol disudut kamar Ara, keduanya belepotan bedak disana sini.

Lulu pengen jerit rasanya, temen gak ada akhlak, setelah memberikan kabar mengejutkan mengenai rencana penembakannya sekarang malah bertingkah layaknya tak ada yang terjadi dengan santainya malah main karambol.

"Iya, katanya dia langsung otw kesini. Disuruh tunggu." jawab Lulu datar.

"Okelah." jawab Laila santai kemudian melanjutkan permainan karambolnya bersama Ara.

"Gue ikutan!" kata Lulu nyolot, namun kedua makhluk tak peka itu hanya dengan santai membiarkannya masuk dalam permainan.

30 menit kemudian Andini sampai dirumah Ara dan melihat kekacauan di kamar Ara.

"Lulu lo ngebohongin gue yaa?!"

"Hah? Apaan?" tanya Lulu yang lagi asik main karambol bareng Laila dan Ara.

"Lu bilang Laila katanya mau nembak Ilham, Lah ini kenapa malah pada main karambol??"

"Kopral Laila, segera beritahu rencana dikau kepada kopral Andini." jawab Lulu santai, dia bentar lagi menang lawan Ara, sementara Laila udah kalah dari tadi.

"Siyap.. " jawab Laila santai.

"Jadi beneran lo mau nembak Ilham??" tanya Andini langsung tanpa perantara.

"Lo kan tau gue dah suka sama Ilham sejak dalam kandungan." jawab Laila cuek.

"Ehh buset, dalam kandungan pala lu kotak! Lo kenal Ilham aja waktu umur 13 tahun!" jawab Andini murka.

"Yaahh.. biarkan masalah detailnya. Gue sudah memutuskan."

"Lo yakin?"

Laila mengangguk.

"Serius??"

Laila mengangguk lagi.

"Beneran??"

"Ahh elah, Lo kayak interogasi kriminal aja. Serius gue, dua rius malah!"

"Ara gimana menurut lo?"

"Good luck Laila." jawab Ara dengan mengacungkan jempolnya.

"Astaga. Mending lo pikirin lagi deh Lay."

"Iya, lo harus berpikir dengan jernih Lay." kali ini Lulu yang ikutan nimbrung.

"Emang kenapa sih? Lo bedua kayaknya menentang banget?" kata Ara sedikit penasaran.

Wajah ketiga orang itu seperti tersambar petir, tumben banget Ara bisa tertarik sama sesuatu.

"Nama panggilan Pangeran Neptunus itu bukan isapan jempol kaki belaka." jawab Andini serius.

"Ilham itu dikenal sebagai orang dingin yang punya bakat matahin hati banyak cewe." sambung Lulu cepat.

"Apa hubungannya sama Neptunus?" tanya Ara bingung.

"Dia itu agak unik juga, macam lo dia itu suka geografi, Cita-cita dia tuh jadi astronot katanya, terus planet kesukaan dia itu Neptunus." jawab Andini lagi.

"Terus?"

"Dia dapat julukan itu karena planet Neptunus yang merupakan planet terjauh dari matahari itu terkenal dingin dan William salah satu teman Ilham gak sengaja numpahin bubuk belau ke Ilham. Ilham dengan wajah datar membersihkan belau di wajah dan bajunya namun semua yang melihat merasakan hawa dingin dan teringat pada planet Neptunus yang Ilham sukai. Sejak saat itu dia mendapat gelar Pangeran Neptunus." lanjut Andini.

"Laila lo yakin dengan keputusan lo saat ini?" tanya Lulu serius.

"Gue dah membulatkan tekad gue." jawab Laila mantap. Sementara Andini dan Lulu hanya bisa menghela napas, mendoakan keberhasilan untuk Laila.

avataravatar