webnovel

Bullying

DANIEL tidak pernah menyangka. Bahwa, kehidupan SMA akan sekacau ini. Ingar bingar anak-anak pencari masalah di kelas ini sangatlah banyak. Perundungan, kekerasan nyata dan verbal pun sudah tidak asing di sini.

Daniel lebih ingin orang seperti mereka menghilang saja di segitiga bermuda. Untuk Manusia pendiam dan naif sepertinya adalah target yang tepat. Rasanya, muak sekali. Ya  walaupun, Daniel tidak suka belajar. tetapi, bukankah ini Sekolah? mengapa hal serius seperti ini para Guru di sini pun tidak berani menentangnya? apa karena mereka anak-anak petinggi di Negara ini?

Penerus sekolah ini juga salah satunya. Menyebalkan sekali. Andai Daniel terlahir kaya raya dan memiliki kekuasan, hidupnya sekarang tidak akan menderita seperti ini. Kehidupan SMA saja sudah seperti ini. Bagaimana dengan Daniel saat dewasa nanti? Apakah masalah akan lebih rumit lagi? Daniel selalu melangitkan harapan.

Agar Daniel bisa hidup lebih tenang di saat matahari cerah ataupun di saat hujan mampir. Bukan hanya saat Daniel memejamkan mata dan pergi ke alam mimpi.

Semoga mereka menerima hukuman yang setimpal. Tetapi Daniel lebih senang, jika yang membalas mereka semua, adalah Daniel sendiri. Jika Daniel tak diberi kesempatan untuk terlahir kembali menjadi kaya. Setidaknya, Daniel dapat balas dendam dengan salah satu kekuatan Dewa, yang dengan kekayaan dan kekuasaan pun tak akan ada yang menandinginya. Camkan!

***

SUDAH 14 minggu berita yang disiarkan adalah orang-orang yang kecelakaan, pembunuhan, bunuh diri dan sebab lain  mereka berkalang tanah.

Dalam 86400 detik. Jarum jam secara sukarela memutar tubuh. Memusingkan diri. Untuk semua orang di muka bumi ini. Tetapi, ada yang lebih mengerikan saat ini. Selama itu lah, orang yang mengalami hal buruk terjadi. Setiap jarum jam menunjukkan angka barunya, di situlah manusia menumbangkan diri.

Menggantung nyawa pada tali cokelat yang kuat. Membanting setir ke arah tiang besi yang kokoh. Menusuk kilau pisau pada organ dalam tubuh. Cairan merah yang akan membantu memasok oksigen, tidak ada artinya lagi. Kucuran darah tersebut mirip air yang terpakai setiap hari. Benar. Sangat banyak. Sangat sering.

Nyawa mereka sekarang, seperti biskuit yang jatuh ke permukaan tanah. Tidak berharga lagi. Namun, apakah benar, mereka semua yang melakukan itu? Apakah hati mereka memang bergerak sendiri? Atau ada orang lain yang mewayangkan semua ini? Entahlah. Banyak orang-orang yang mulai khawatir. Apakah mereka adalah orang selanjutnya? Dunia ini benar-benar menakutkan. Malaikat maut tengah sibuk saat ini.

*** 

"Bakteri Escherichia Coli (E. Coli) adalah bakteri yang sering menyebabkan gangguan pencernaan. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya akan sembuh sendiri, tetapi bisa parah atau bahkan fatal. Bakteri E. Coli umumnya disebarkan melalui makanan yang terkontaminasi dan tidak dimasak dengan benar, termasuk sayur-sayuran yang mentah," terang Ema-Guru Biologi menjelaskan pelajaran baru tersebut, sambil melihat geram anak-anak pembuat ricuh di pojok kelas. Guru tersebut tidak bisa menegur mereka atau akan dilengserkan saat itu juga. 

Kring … kring … kriiiiiing.

Bel yang nyaring pun berbunyi, menandakan waktu untuk menghentikan perang dengan semua buku di depannya. semua siswa mulai menata kembali alat perang mereka. Tidak boleh ada yang hilang atau nyawanya akan terancam.

"Aish, membosankan sekali yang diajarkan Guru itu," keluh Agnes, melempar alat perang belajarnya yang berbentuk persegi tebal tersebut. 

"Bagaimana kalau sekarang kita cari hiburan?" ajak Jake–teman Ron.

"Bagaimana jika kita bermain dengan anak culun di sana? Bukankah kamu paling senang, 'kan?" ajak Jake kembali. Sembari menumpu lengannya di bahu Agnes.

Mendengar mereka berbicara seperti itu. Daniel tau bahwa, yang mereka bicarakan adalah dirinya sendiri. Dengan cepat dia menata alat tulisnya. Ingin segera meninggalkan tempat yang mencekik jiwanya tersebut. Namun apa daya, anak-anak itu lebih cepat menahannya.

"Mengapa kamu ketakutan begitu?" tanya Tom dengan menaikan alisnya.

BHAAAK!!! 

Suara tangan Ron yang memukul meja sangatlah keras. sehingga, membuat jantung Daniel Mengobrak- abrik. Detakan  hebat dan keringat dingin berselancar di sana.

"Hei, bocah culun! Apakah kamu tidak mendengarkanku?" sentak Ron dengan mata membelalaknya. Dan menonjolkan lidah di salah satu pipi bagian dalam. Siapa yang tidak kesal melihat orang sepertinya.

Walaupun, tidak berada di sebuah pulau. Lalu menemukan pesawat saat mereka di pesisir pantai, Ron dan perundung lainnya memang senang berteriak kepada orang yang lebih rendah. Seakan-akan alat pengeras suara bekerja sama dengan pita suaranya. Sangat berisik. Mengganggu. Menyebalkan. 

Daniel mengeratkan tangan di belakang ikat pinggangnya. Dia juga sudah merasa panas di sekitaran dada. Ingin membunuh kegelisahan  dan membalas perlakuan mereka saat itu juga. Tetapi, dia takut habis olehnya.

"Maaf, Ron. Apa yang mau kamu lakukan? Hari ini, uangku sudah habis," elaknya yang memundur-mundurkan tubuhnya. Lalu, menabrak tembok. 

Daniel paling sebal di saat-saat seperti ini. Dia tidak punya keberanian untuk melawan orang yang merundungnya. Daniel yang kalah terlihat lemah di mata siapa saja. Dia, membenci dirinya yang lemah. 

"Tenang saja, Daniel. Hari ini, aku tidak akan memaksa merogoh kocek di saku mu kok," sangkal Ron yang  memandang remeh. Dia mengalungkan tangannya di pundak Daniel. Sambil menatap Tom sekejap dan menaikan satu alisnya. 

"Kalau begitu, apa yang kamu inginkan?" pinta Daniel yang gemetar dan menundukan kepala.

"Kenapa? Apa kamu takut, ada monster di bawah meja dan  mengambil ginjal mu di sini?" protes Tom. Dengan seringai miringnya. Senyum yang dia lihatkan, tampak selicik Dame Gothel. 

Celotehan Tom tampak tidak berguna. Daniel bahkan tidak merespon perkataannya. "Kalau begitu, kenapa sebelum ini kamu selalu ingin uangku? Bukankah uang mu jauh lebih banyak?" tanya Daniel kepada Ron ragu. Tangan kiri yang sibuk mengusutkan celananya karena begitu takut. Walaupun, bertanya hal sepele seperti itu.

"Aish, dasar bocah sialan. Dia bahkan tidak mendengar perkataanku," umpat Tom yang memutar bola matanya.

"Kamu bertanya seperti itu karena kamu melihat aku kekurangan uang? Haha, tidak Daniel. Aku hanya senang saja mengganggumu. Melihat orang sepertimu menderita, bukankah membuat imun naik?" cerca Ron dan tawa iblisnya. Dia menarik kerah laki-laki yang masih bersama tas lusuhnya, wajah Daniel terangkat paksa. Matanya berkelebat takut. 

Ron dan teman-temannya, tampak menikmati tawa renyah masing-masing. Sehingga, tidak terasa waktu kemerahan pada langit sore mulai sempurna. Ini sama. Kemarahan Daniel juga akan sangat sempurna jika sekarang dia..

Bugh!!

Serangan tangan yang membulat. Bagaikan bola api menghajar lawannya. 

"Apa yang kamu lakukan, Daniel? Kamu sudah mulai berani?" teriak Ron yang amarahnya sudah merangkak ke ubun-ubun.

Bugh!! Bugh!! Bugh!! 

Balas pukulan dilayangkan Ron, rasa sakit terasa sampai ulu hati dan pendarahan yang keluar dari mulut Daniel sangat deras.

"Hah, Bagaimana, Daniel? Apakah kamu senang? Kamu tetap akan kalah, Daniel. Kamu bisa mati di tanganku. Lalu adikmu..." 

Bugh!! Bugh!! Bugh!! 

Next chapter