webnovel

Naura, Tawanan Sang Psychopath

21+ Naura, gadis berumur 21 tahun yang harus menjadi tawanan seorang pria bernama Delice. Delice adalah seorang psychopath gila, yang menggunakan segala macam cara untuk membuat Naura berada di sisinya. Rasa cinta Delice untuk Naura, sudah berubah menjadi obsesi yang membuat kehidupan Naura di penuhi duka. Delice selalu menemui Naura dan terus memaksa Naura untuk menuruti keinginannya. Delice akan menggunakan orang lain untuk mengancam Naura jika Naura menolaknya. Lambat laun, Naura yang sudah terbiasa dengan kehadiran Delice, merasa kehilangan saat Delice melepaskannya ke dunia bebas tanpa syarat. "Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Aku tidak akan memiliki kebaikan lagi lain kali!"

Sabrina_Angelitta · Teen
Not enough ratings
430 Chs

27. Aku Hanya Ingin Kau Seorang, Naura!

"Tuan Delice, aku tidak bisa menikah denganmu!" ucap Naura untuk yang ke 7 kalinya.

Delice hanya diam, ketika Naura mengatakan hal yang sama sekali tidak ingin di dengarnya. Baginya, ucapan Naura hanyalah sebuah lelucon belaka.

"Kau pasti stres karena pernikahan kita. Aku yang akan mengurusnya dari awal hingga akhir," ujar Delice, tanpa merespon tujuan Naura.

"Tuan, dengarkan aku..."

"Sebaikny kau istirahat lagi. Sepertinya kau membutuhkan waktu untuk sendiri supaya demamnya lekas sembuh secara total," Delice mencium kening Naura tanpa memberinya kesempatan untuk bicara.

"Tuan..."

"Ku tenang saja. Aku akan mempercepat pernikahan kita. Itu bukan yang kau inginkan? Yahhh, aku tahu, pasti hal itu yang kau inginkan," lagi-lagi Delice menjawab tanpa jalur yang sama dengan pernyataan Naura yang menolaknya.

"Aku tidak mencintaimu! Aku tidak bisa menikah denganmu!" dengan segala persiapan hati dan juga resiko tinggi, Naura akhirnya mengungkapkan sesuatu yang bertolak belakang dengan perasaan.

"Apa? Kau sangat mencintaiku? Baiklah, sayang. Aku juga sangat mencintaimu!" jawab Delice.

"Delice, jangan bercanda!"

"Kau sangat mencintaiku, dan ku begitu mencintaimu. Apa ungkapan itu sebuah kebohongan bagimu?"

"Tuan Delice..."

"Istirahatlah!"

BRAKKKKKK

Delice keluar kamar dengan membanting pintu dengan keras. Naura duduk di atas lantai dan menyandarkan tubuhnya pada sisi ranjang.

"Delice, kau paham tapi kenapa kau berpura-pura? Kenapa kau tidak langsung memukulku saat aku membuatmu marah? Sikapmu yang seperti sekarang ini, semakin menyakitiku, Delice!" gumam Naura sembari menangis.

***

Delice kembali ke ruang rahasia meneui Ken dan juga Loid. Delice langsung menarik tangan Salsa untuk mengikutinya masuk ke dalam salah satu kamar yang biasa di pakai Delice untuk bermain dengan wanita.

"Mandilah! Aku memberimu waktu 5 menit untuk bergegas menggodaku. Kalau terlambat satu detik saja, aku akan langsung mematahkan lehermu!" seru Delice dengan suara yang penuh penekanan.

Salsa bergegas membersihkan dirinya, lalu menyusul Delice yang sudah berbaring di atas ranjang. Salsa mendatangi Delice hanya dengan memakai handuk yang sangat mini.

Delice tidak merasakan gairah apapun meskipun Salsa sudah membuka handuk yang di pakainya.

"Sialan!" batin Delice memaki.

***

Naura mengenakan dress pendek yang menampakkan leher jenjang dan juga pundaknya yang putih karena hanya ada tali kecil pada dress bagian atasnya.

Naura belum sadar, ada beberapa tanda merah yang di tinggalkan Delice di lehernya. Rambutnya dicepol ke atas tanpa poni. Menampakkan wajahnya yang sangat cantik.

"Kau sedang mencari pria yang mengaku akan menikah denganmu?" Maria yang baru saja pulih, mulai mencari masalah dengan Naura.

"Aku sedang tidak mencari siapapun!" jawab Naura jujur.

Naura keluar kamar untuk menemui Hanin dan juga Olin, namun harus berhadapan dengan Maria.

"Dia sedang bersenang-senang dengan wanita muda yang lain. Kalau kau tidak percaya, kau jalan saja ke arah kamar yang di ujung jalan sana!" ucap Maria sembari menunjuk ke lorong kamar dengan penerangan remang-remang.

Awalnya, Naura tidak terpancing. Namun, dorongan hati membuat langkah kakinya menuntun Naura ke lorong kamar yang di tunjukan Maria.

Suara Delice mulai terdengar tapi bukan suara yang tegas dan keras seperti biasanya, melainkan suara rancauan sebuah kenikmatan.

"Apa Delice sedang bermain dengan wanita?" batin Naura.

Tuk... Tuk... Tuk...

Suara kaki Naura yang menggunakan sendal rumahan seperti memenuhi ruangan. Mata Naura tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.

Seorang pria tanpa busana, tengah berbaring dan seorang gadis kecil yang sedang memainkan menara yang menjulang tinggi, tegak, berdiri.

Hati Naura terasa berdenyut nyeri, luka hati seperti terulang karena pria yang ada di dalam kamar itu adalah Delice, pria yang sudah di cintainya.

Kecewanya terasa lebih dalam lagi karena kali ini yang di lakukan Delice terpampangg sangat nyata.

"Mungkin, Delice akan merasakan hal sama kalau tahu aku dan Ken.... Hiks... Hiks... Hiks..." batin Naura.

Naura menghapus air matanya dengan kasar, lalu berbalik dan meninggalkan tempat yang membuat dadanya terasa sakit.

Naura memilih untuk bungkam dan menemui Hanin di taman.

"Benar! Kita memang tidak akan bisa menikah, Delice!" batin Naura.

***

"Ahhhhhh, sialan! Kenapa saat bermainpun, aku hanya bisa bergairah karena mengingatnya?" batin Delice.

"Cukup! Kau pakai kembali bajumu!"

"Apa sudah..."

"Jangan banyak bicara!" bentak Delice.

Delice masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang sudah di sentuh Salsa.

"Padahal hanya dia sentuh dengan tangan, tapi aku merasa jijik padanya. Sudah jelas, aku yang meminta gadis itu untuk melayaniku tapi aku yang yang tidak bisa melakukannya," gumam Delice.

"Aaaaaaaarrrrrhhhhhh sialan!" teriak Delice.

Salsa sudah kembali ke ruang eksekusi tanpa tersentuh karena Delice belum melakukan apa-apa padanya.

Dengan rambut yang masih basah, Delice menunggu Naura di dalam kamar dengan sebotol wine yang menemaninya.

Hanin sudah di berikan kamar untuknya sementara, sedangkan Naura kembali ke kamar pribadinya.

"Kenapa gelap?" gumam Naura.

Naura tida memikirkan apapun setelah menutup pintu. Kamar yang gelap gulita, membuatnya harus meraba dinding untuk menemukan saklar lampu.

"Dimana ya tombol lampunya?" gumam Naura.

DUKKKK....

"Eh???"

Naura seperti menabrak tiang besi, kokoh dan tidak goyah. Bahkan hanya Naura yang merasa hidung sakit.

Naura tidak menghiraukannya dan terus berjalan pelan sembari meraba dinding.

GREPPP....

"Ahhhh, siapa kamu? Lepas! Tolong... Tolong... Emmm... Emmmm..," teriak Naura ketika ada sebuah tangan besar memeluknya.

Pria itu menutup mulut Naura dengan tangannya supaya tidak berteriak. Naura terus meronta, apalagi pria itu mulai mengecup tengkuknya.

"Emmmm... Emmmm... Emmmmm...," hanya itu yang keluar dari bibir Naura setelah pria yang memeluknya mengecup tengkuk dan menjalar hingga leher. Bahkan sesekali memainkan daun telinganya.

"Bagaimana ini? Dia siapa? Pria ini siapa? Apa tidak ada yang bisa menolongku? Gelap! Tidak ada yang bisa aku lihat Sam sekali," batin Naura.

Hiks... Hiks... Hiks...

Pria itu merasakan tangannya yang di pakai menutup mulut Naura basah terkena airmata. Tangan kanan pria itu mengelus-elus perut Naura yang di peluknya.

EMMM... EMMM... EMMM...

HIKS... HIKS... HIKS...

Naura terus meronta-ronta untuk melepaskan diri dari cengkraman pria yang tidak di ketahuinya.

Nafas pria itu terasa mengenai leher Naura. Kecupannya berhenti dan pria itu menyandarkan kepalanya di leher Naura.

Naura tidak mencium bau parfum Delice ataupun Ken, sehingga tidak bisa mengenali pria yang sudah membuatnya ketakutan.

"Sebenarnya, siapa dia?" batin Nura. "Delice, apa kau Delice? Atau orang lain?" batinnya lagi.

Pria asing itu duduk sembari membawa Naura bersamanya. Tangan Naura mendorong tangan pria itu supaya melepaskan cengkeraman pada bibirnya.

Bukannya lepas, pelukannya menjadi semakin erat.

"Apa dia Delice?" batin Naura.

"Naura, aku sudah menunggumu lama tapi kenapa kau baru datang?"

***

JANGAN LUPA BERIKAN KOMENTAR DAN JUGA ULASAN YA...

FOLLOW JUGA IG SABRINA_ANGELITTA

FB : SABRINA ANGELITTA

HAPPY READING...!!!