24 24. Kesepakatan Menjaga Nyonya!

DRAP... DRAP... DRAP...

"KAKAK!"

Naura menoleh, ketika mendengar suara gadis kecil memanggil. Seketika, Naura menatap Delice, lalu memeluk Delice dengan erat.

"Kenapa? Kenapa kau datangkan Hanin di saat kondisiku buruk? Apa kau sengaja?" bisik Naura.

"Tidak! Aku tahu kau merindukannya. Dia yang akan merawatmu selama kau sakit," balas Delice sembari mencium kening Naura berkali-kali.

"KAKAK!" panggilnya.

"Aku malu memeluknya. Aku malu dengan diriku yang sudah hancur. Tapi, aku sangat merindukan gadis kecilku. Bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan padanya?" batin Naura.

"Naura, temui dulu. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu. Hanya ini yang bisa aku lakukan," bisik Delice.

"Benar! Aku harus memeluknya. Aku tidak boleh bersembunyi darinya," batin Naura.

"KAKAK!" suara Hanin terdengar begitu sedih. Tangan mungilnya menghapus airmata yang mengalir karena Naura tidak kunjung menoleh dan menyambutnya. "APA KAKAK TIDAK MAU BERTEMU DENGANKU LAGI?"

DEG... DEG... DEG...

Naura menoleh dan memberikan senyum termanisnya pada Hanin. Naura merentangkan kedua tangan ke arah Hanin.

"Kemarilah!" pinta Naura.

DRAP... DRAP... DRAP...

Jarak yang lumayan jauh, membuat Hanin harus berlari untuk memeluk Naura, seorang Kakak yang selalu di rindukannya sepanjang waktu.

Hanin memeluk Naura, tanpa tahu luka yang ada di tubuhnya. Naura menahan sakitnya ketika Hanin tidak sengaja menekan luka cambuk yang baru saja membekas di tubuhnya.

Delice memeluk Naura dan juga Hanin. Loid dan juga Ken berbalik lalu mereka pergi menunggu di luar ruangan.

"Semoga kau bahagia, Naura. Setelah ada waktu, aku akan katakan padamu kebenarannya. Aku sudah merasa, aku bisa melepaskanmu untuknya," batin Ken.

"Kau harus bahagia, Naura. Jangan membuatku menyesalinya," batin Loid.

***

"Uhhhhhh...," Naura merintih saat dirinya tidak bisa lagi menahan sakitnya.

"Kakak!"

"Jangan takut, dia hanya demam!" Delice menggendong Naura dan juga meminta Hanin untuk mengikutinya.

"Delice, ternyata kau bisa menjadi pria yang lembut," batin Naura.

Hanin tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran dari wajahnya. Hanin tidak melepaskan kemeja Delice untuk berpegangan supaya tidak tertinggal. Delice semakin memperlambat langkahnya supaya Hanin tidak kesulitan.

"Ken, Loid, ayo kita kembali ke mansion!"

Delice bukan orang yang sabar jika sudah menyangkut Naura, sehingga meminta Helikopter datang untuk menjemputnya. Sama halnya ketika mengetahui Naura menghilang dari pantauannya.

Hanin menutup telinganya karena suara gemuruh seperti menusuk telinga. Meskipun berumur 10 tahun, tubuh Hanin seperti anak yang masih 7 tahun. Angin kencang yang di sebabkan oleh baling-baling, membuat Hanin tidak bisa maju lebih dekat.

"Ayo!" Ken tiba-tiba menggendong tubuh Hanin yang mungil.

***

Loid dan Ken tidak ikut ke dalam helikopter. Delice hanya pergi bersama Naura, Hanin dan juga seorang Pilot andalannya.

Setelah kepergian Naura, Loid dan juga Ken saling menodongkan pistol satu sama lain. Mata mereka saling bertatapan penuh dengan argumen.

"Katakan padaku, sejak kapan!" teriak Ken.

"Kau yang seharusnya menjelaskannya lebih dulu. Kau sudah menidurinya atau tidak?"

"Bagaimana kalau kita bertarung? Siapa yang kalah, dia yang akan menjawabnya terlebih dahulu," seru Ken.

"Oke, siapa takut!"

Ken maupun Loid, membuang senjata mereka, lalu menggulung lengan kemeja. Mereka seperti anak-anak yang tengah bertengkar memperebutkan satu permen.

"Kau siap?" tanya Loid sembari melayangkan satu pukulan tapi Ken bisa menghindarinya.

Ken dan Loid sering kali berlatih bersama untuk mengasah kemampuan. Mereka berdua tidak akan saling mengalah dan jika pertarungan di antara mereka di lanjutkan, mereka berdua akan mati bersama karena kekuatan mereka seimbang.

BUKKK... BUKKK... BUKKK...

"Uhuk... Uhuk... Uhuk... Kau sudah mulai bisa memukulku ternyata," ucap Ken, menganggap remeh Loid setelah Loid berhasil memukul perutnya.

"Kau juga sudah semakin lihai," jawab Loid sembari menyeka darah yang keluar dari hidupnya setelah Ken berhasil memukul wajahnya.

"Apa kau sudah ingin menyerah?"

"Mustahil!" jawab Loid.

***

Hanin turun dari helikopter, di bantu Delice dan di sambut oleh Olin yang menunggu Naura dengan cemas.

"Cepat bawa Hanin masuk ke dalam dan panggil Jean!" pinta Delice.

"Baik, Tuan!"

Hanin, gadis yang penurut itu mengikuti Olin untuk memanggil Dokter Jean. Naura yang tidur semalaman dengan pakaian basah, di tambah dengan luka lama yang terbuka dan terdapat luka baru, membuatnya demam sangat tinggi.

"Demi membelaku, kau rela sakit. Kenapa tidak kau katakan apa yang kau ketahui dan kau bisa kabur dariku," ucap Delice.

"Kalau aku bisa berkhianat, pria itu juga bisa," jawab Naura.

"Diamlah! Jangan terus memjawabku. Kau harus menghemat tenagamu!" ucap Delice

"Delice, apa yang harus aku lakukan selanjutnya?" batin Naura, sembari membenamkan wajahya di dada bidang milik Delice.

***

BUKKK... DUKKKK...

AAACCCHHHHH....

BUKKK... DUKKK...

Ken dan Loid saling menyerang, saling memukul, saling menendang satu sama lain, hingga tubuh dan wajah mereka memar dan terluka.

Nafas mereka mulai terengah-engah dan akhirnya, mereka berdua tersungkur di lantai secara bersamaan.

"HAHAHAHAHA,"

Mereka berdua tertawa, setelah melihat wajah mereka yang tampan menjadi buruk rupa.

"Sudah lama kita tidak berlatih hingga hampir mati seperti ini," seru Ken setelah tertawa puas.

"Kau benar! Tidak tahu kenapa, kita begitu sibuk akhir-akhir ini."

"Kau tersungkur ke tanah terlebih dahulu, jadi kau yang harus mengaku lebih dulu," celetuk Ken.

"Aku akan ngaku karena aku mengalah, bukan karena kalah, oke!" ucap Loid dengan tetap menyombongkan diri.

BUKKK....

"Achhhhh... Apa kau gila?" pekik Loid saat Ken memukul perutnya.

"Kalau kalah, katakan saja kalah!" seru Ken.

"Dimulai dari dia tersenyum! Menerima boneka dari permainan yang aku mainkan. Lembut dan juga selalu mengatakan 'TERIMAKASIH'. Aku belum tahu dan aku sadar ketika aku hampir menembaknya mati tapi aku tidak sanggup," jawab Loid.

"Tidak Loid. Aku tidak menidurinya. Aku juga tidak tidak melepaskan pakaiannya. Aku hanya belum siap melihatnya menikah dengan Tuan."

"HAHAHAHHA..."

Lagi-lagi, mereka berdua tertawa seperti orang gila. Pengakuan tentang perasaan mereka, menggelitik dan membuat geli telinga.

"Sejak kapan kita kekurangan wanita ya? Kita bisa memilih wanita manapun, tapi kenapa harus wanitanya Tuan?" tanya Loid.

"Aku juga tidak paham," jawab Ken.

"Ken, mulai sekarang kita harus melindunginya, bukan? Kita bertiga bisa menaklukan dunia dan melindunginya bersama-sama."

"Iya! Kita harus melindungi!" jawab Ken.

BUKKK....

"Akkkkhhhhhh... Sialan!" pekik Ken kita Loid memukulnya lalu mengulurkan tangan membantu Ken berdiri.

Anak jalanan yang dulu sering kali hanya menjilati batu untuk melepaskan rasa lapar, menjadi Tuan muda dan menikmati semua hal yang dulu tidak bisa di milikinya, Keluarga, harta, tahta dan wanita. Hal itu sekarang bisa Ken dan Loid rasakan setelah Delice memungutnya dari tempat terkotor, dimana Ken dan Delice di jual untuk menjadi Gigolo di umurnya yang masih 14 tahun.

"KITA AKAN MELINDUNGI WANITAMU, TUANKU!"

***

avataravatar
Next chapter