webnovel

23. Penculikan 2

"Lepas! Lepaskan aku!" Naura meronta-ronta dan memukul Farhan menggunakan kedua tangannya.

"Teriaklah sampai suaramu habis!" seru Farhan.

"Kau sebenarnya siapa? Aku tidak mengenalmu dan tidak sudi untuk berurusan dengan manusia kolot sepertimu!" teriak Naura.

Farhan sama sekali tidak menghirauannya. Farhan masuk ke dalam mobil yang sudah ada seorang supir di dalamnya. Farhan memangku Naura dan tidak membiarkannya untuk duduk sendiri.

"Lepas!" bentak Naura ketika dirinya merasa risih dengan posisi seperti itu.

Mata Naura mendelik, tersentak ketika dua tangan Farhan menyentuh dadanya. Hatinya begitu terasa sakit ketika dirinya seperti di samakan dengan wanita yang menjual tubuhnya dengan suka hati.

"Diam dan aku akan melepaskanmu atau, aku akan meremas dan memainkannya! Pilihan ada di tanganmu!" bisik Farhan.

Naura memilih diam dan tetap duduk di pangkuan Farhan. Farhan menepati janjinya untuk melepaskan Naura dan tidak menyentuhnya.

"Sialan! Pertama kali melihat wajahnya dan menatap matanya, dia sangat mempersona. Apa yang aku aku pikiran ini? Bukankah aku akan menggunakannya untuk balas dendam pada Kakak?" batin Farhan.

Mobil Farhan berhenti di sebuah gedung tua di dekat hutan. Suasananya begitu menakutkan dan sangat seram.

"AAAAKKKHHHHHH," pekik Naura ketika lengannya hampir putus setelah Farhan menariknya.

"Dia lebih kasar dari Delice yang seorang Psychpath," batin Naura.

Naura kualahan mengimbangi langkah kaki Farhan yang sangat cepat. Naura seperti teringat ketika Delice membawabnya untuk pertama kali.

BYURRRRRRRRRR

Tubuh Nuara yang kotor, membuat Farhan langsung menceburkan Naura ke dalam kolam. Naura tidak seberapa pandai berenang karena kekuatan kakinya yang berkurang dan belum bisa bergerak dengan leluasa.

Farhan meninggalkan Naura yang bersusah payah untuk menggapai pinggiran kolam supaya bisa naik ke daratan.

Uhuk... Uhuk... Uhuk...

Akhirnya, Naura bisa naik ke tepian Kolam. Tubuh Naura menggigil karena malam-malam harus bsah kutub terkena air kolam yang sangat dingin.

"Apa pria ini ada hubungan darah dengan Delice? Kenapa dia memperlakukanku sama seperti Delice sewaktu marah?" batin Naura.

Angin datang membuat suhu tubuh Naura semakin dingin. Farhan sudah mengganti pakaiannya lalu menarik tangan Naura dan memasukkannya ke dalam sebuah gudang.

Rumah yang sangat seram jika di lihat dari luar, tapi mewah setelah masuk ke dalam. Farhan membiarkan Naura tidur di gudang dengan tangan dan kaki yang di borgol dan juga dengan pakaian yang basah.

***

Delice mencengkram leher Loid setelah mengetahui apa yang Loid rencanakan pada Naura. Ken melerai dan membantu bagaimana caranya menyelamatkan Naura dari cengkraman tangan Farhan.

"Sialan! Dasar bajingan! Apa salahnya padamu sampai kau melakukan hal ini? Jawab aku, Loid!" amarah Delice menggebu-gebu.

"Aku hanya ingin kau tidak lupa dengan tujuan kita menguasai dunia. Kita adalah teman dan aku selalu memanggilmu Tuan karena kau adalah panutan. Tapi, wanita itu bisa menjadi hambatan untuk rencana kita," jelas Loid.

"Dasar bodoh! Otak berkarat!" Delice menendang kepala Loid.

"Cukup, Tuan!" Ken memegangi tubuh Delice supaya tidak menghajar Loid sampai mati.

***

PAGI HARI...

Naura yang seharusnya tidur di atas lantai dalam gudang, sudah berpindah tempat seperti sebuah markas. Pakaian yang basahpun sudah kering.

TUKKK... TUKKK... TUKKK...

Suara langkah kaki mendekat. Naura mendongakkan kepalanya ke atas setelah sepasang sepatu sudah terlihat di depan matanya.

"Aku akan memberikanmu sebuah kebebasan, uang untuk kabur dan hidup dalam beberapa tahun ke depan, juga akan menolong Adikmu, tapi dengan 1 syarat."

"Syarat?"

"Katakan padaku, kelemahan Delice, Ken dan juga Loid. Simple, bukan?" ucap Farhan.

"Kelemahan? Hahahahahaha..." Naura tertawa terpingkal-pingkal. "Apa derajatku bisa di katakan sepenting itu sampai tahu kekurangan mereka?" imbuhnya.

"Katakan selagi aku negosiasi dengan baik, atau aku akan memaksamu untuk mengatakannya dengan cara yang kasar!" seru Farhan dengan paksa.

"Aku tidak mengetahui apapun, jadi apa yang harus aku ucapkan? Walaupun aku tahu sekalipun, aku tidak akan mengatakannya padamu!"

PLAKKKKK

"Aku tidak suka di bantah!" ucapnya Farhan setelah menampar pipi Naura.

"Dan aku, sangat suka membantah," jawab Naura tanpa menunjukkan rasa sakitnya.

Farhan mengeluarkan pistol dari saku jas yang di pakainya, lalu menodongkan ke arah Naura.

"Aku sudah terbiasa dengan pistol jadi apa kau pikir aku adalah wanita lemah yang akan menggigil ketakutan?" ejek Naura.

"Ini bukanlah sebuah ancaman tapi aku sudah siap untuk membunuhmu!"

"Bunuhlah!" jawab Naura.

Farhan mengambil sebuah cambuk dan menggulung ke tangannya. Naura begitu takut, tapi demi kesetiaannya, Naura tidak akan mengatakan apapun kekuarangan Delice yang ia ketahui.

"Apa kau masih ingin bungkam?"

"Lakukan apapun yang kau mau!" seru Naura.

Ekspresi santai Naura dan juga rapatnya bibir Naura, membuat Farhan menelan amarahnya dan melampiaskan melalui cambuk yang sudah siap di tangannya.

SPLAKKKKK... SPLAKKKKK... SPLAKKKK...

Naura bahkan tidak merintih saat tubuhnya terluka dan rasanya seperti terkuliti hidup-hidup. Panas, sakit dan terlalu pedih hingga sakitnya tidak dapat lagi di rasakan oleh Naura.

"Kau masih ingin bungkam? Dengar! Loid yang sudah menginginkan kau mati di tanganku. Jadi, apa kau masih mau membela manusia yang sudah mengkhianatimu?" ujar Farhan.

"Aku lebih baik mati, dari pada berbicara!"

"Seperti maumu!" Farhan sudah menodongkan pistol dan menempelkannya pada kening Naura. Sekali gerak, Naura akan tertembak dan mati. Tapi, Farhan ragu melakukannya setelah menatap bola mata Naura yang indah dan tanpa dosa.

"CUKUP, FARHAN! URUSANMU DENGANKU, BUKAN DENGAN WANITAKU!" Delice muncul dan membuat Naura memiliki sebuah harapan.

"Akhirnya kau datang, Kakak!"

"Apa? Kakak?" batin Naura.

"Kau memilih membunuhnya dengan tanganmu, atau meminjam tanganku?" orang suruhan Farhan sudah memegang Naura sebagai sebuah sandera.

"Pilihan macam apa yang kau bicarakan?" bentak Delice.

"Apa dulu, kau memiliki sebuah pikiran setelah seranjang dengan calon istriku?" teriak Farhan.

"Kau salah paham, Farhan. Kau lebih mempercayai wanita itu di bandingkan denganku?"

"Bukankah dia sudah mati di tanganmu? Bajingan sepertimu, harus merasakan kehilangan yang sama sepertiku!" teriak Farhan.

"Biar aku yang melakukannya!" ujar Loid.

"Loid, apa yang kau lakukan?" teriak Delice.

"Membunuhnya!"

Loid mengeluarkan pistolnya dan siap mengarahkan tepat di kepala Naura tanpa mendengarkan teriakan Delice.

"Loid, aku akan membunuhmu kalau kau sampai melukainya!" Farhan menahan Delice supaya tidak mengganggu Loid.

DORRRR.... PRAKKKKK...

"Tepat sasaran!" seru Loid dengan lega.

DORRRRR... DORRRR...

"Arrrrrhhhhh... Berengsek!" teriak Farhan.

Tembakan pertama mengenai jepit rambut yang mengingat poni Naura dan tembus tepat di leher pria yang memegang Naura.

Tembakan kedua, di arahkan Loid mengenai dada Farhan dan juga pahanya. Sayanganya, Ken datang terlambat sehingga Farhan bisa melarikan diri di bantu oleh Amy, pelayannya yang setia.

Ken datang membawa beberapa anggota untuk membereskan kekacauan yang terjadi.

"Naura!" Delice memeluk Naura yang sedang syok setelah sebuah peluru hampir menembus kepalanya.

"Kenapa baru datang? Apa kau tidak tahu, bagaimana aku sangat ketakutan?" ucap Naura sembari membalas pelukan Delice dengan erat.

"Maaf! Aku akan lebih waspada lagi!"

"Delice, tolong bebaskan aku!"

"KAKAK!"

Next chapter