webnovel

18. Pemerkosaan Brutal

Ken dan Loid menerobos masuk rumah Tuan Max setelah rumah itu dinyatakan aman. Loid menyeret tubuh Tuan Max yang masih hidup namun di penuhi darah.

PREKKKKKK

Ken melemparkan potongan tangan Tuan Max dan juga satu bola matanya pada Istri dan juga kedua anaknya yang sedang duduk santai menikmati secangkir teh.

AAAAAAAAHHHHHHHHH

Ken tersenyum mendengar suara jeritan dan juga wajah mereka yang ketakutan. Ada kepuasan tersendiri baginya.

"Ayah!" Putri Tuan Max berlari menghampiri tubuh Ayahnya yang sangat mengerikan.

"Kau! Tunjukan di mana kamarmu!" Ken mencengkrang pergelangan tangan gadis itu.

"Untuk apa? Apa kalian yang sudah melakukan hal ini pada Ayahku?" teriak gadis itu

PLAKKKKKK

"Kau tidak punya hak untuk berteriak padaku!" ucap Ken setelah menampar pipi gadis itu.

"Tuan, apa salah suamiku sampai kalian melakukan hal ini padanya?" Istri Tuan Max berlutut dengan sangat ketakutan. Putranya juga sudah terikat dan siap ikut mati bersama dengan Ayahnya.

"Aku akan menjawabnya, tapi layani dulu aku," goda Loid.

"Tuan, jaga sopan santunmu!" teriak Istri Tuan Max saat Loid menyentuh bibirnya.

"Munafik!" teriak Ken. "Tangkap!" imbuhnya.

Ken melemparkan obat yang memiliki kualitas hampir sama dengan obat yang sudah Tuan Max paksakan untuk di minum Naura.

"Aku hanya ingin membalas perbuatan Suamimu pada Nyonyaku dengan cara yang sama!" ucap Loid.

Loid meminumkan obat itu secara paksa pada Istri Tuan Max, dan Ken meminumkan obat yang ada di tangannya pada Clara, Putri Tuan Max.

"Emmmm... Emmmm... Emmmm..." Clara maupun Ibunya meronta-ronta namun obat yang cair dan cepat larut, langsung merasuk ke dalam tubuhnya.

"Tuan Max, kau lihat, seperti inilah yang kau lakukan pada Naura. Ahhhh, aku lupa kalau kau sudah tidak bisa melihat. Seharusnya aku mencongkel matamu di depan Istri dan Anak-anakmu," ucap Ken

Tuan Max hanya bisa diam, mendengar jeritan keluarganya yang di hancurkan.

"Aku akan mengikatmu dulu hingga giliranmu tiba!" bisik Loid pada Nyonya Max.

"Cepat, katakan dimana kamarmu! Kita akan bersenang-senang!" Loid menarik rambut Clara.

"Arrrrrrrhhhhhh... Aku tidak sudi!" jawab Clara.

PLAKKKKKKK

"Hal itulah yang dikatakan Nyonyaku saat Ayahmu yang berengsek itu memaksanya."

"Tidak mungkin! Ayahku tidak mungkin melakukan hal itu!"

PLAKKKKKK

"Jadi kau berfikir, Nyonyaku yang menggoda Ayahmu?" Ken menampar Clara lagi lalu mencengkram rahangnya.

Nyonya Max hanya bisa diam tanpa bisa berkutik. Bahkan bibirnya terbungkam dengan sebilah dasi sehingga tidak bisa membuatnya bersuara.

AAAARRRRRRHHHHHHH

Nyonya Max hanya bisa menangisi nasib Putrinya yang ditampar berkali-kali bahkan rambutnya ditarik dan di gunakan untuk menyeret tubuhnya.

BRUKKKKK

Loid melempar Clara ke atas ranjang. Obat yang mulai bereaksi, membuat Clara sedikit hilang kewarasan.

"Loid, bisakah kau biarkan aku bermain sepuasnya dengan wanita ini? Aku ingin melenyapkan emosiku dengan menyampaikan hasratku," ucap Ken.

"Tentu saja! Aku akan menunggu sisamu," jawab Loid.

Ken mulai melepaskan pakaiannya satu per satu hingga tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun yang menutupi. Loid hanya tersenyum melihat Ken yang menggila terbawa perasaan. Biasanya, Ken adalah orang yang memiliki belas kasih pada seorang wanita tapi kali ini memiliki kasus yang langka.

Ken menarik kaki Clara yang bersiap berlari. Loid sudah mengunci kamar dan menunggu Ken di luar. Sungguh kerja sama yang sempurna.

"Kau tidak akan bisa lari dariku!" Ken menangkap Clara lalu menindih tubuh Clara dan mulai mencabik-cabik pakaiannya.

"Lepas! Aku tidak mau melayanimu! Kalian siapa? Aku bisa laporkan kalian ke polisi!" bentak Clara.

"Kalau aku takut, aku tidak akan melakukan hal ini. Karena aku melakukannya, apa ancamanmu itu mempan terhadapku?" bisik Ken.

"Kau..." Ken mencium bibir Clara, dan mengunci kedua tangannya ke atas sebelum Clara selesai mengeluarkan suara untuk melawan Ken.

Meskipun efek obatnya sangat luar biasa, Clara masih bisa menahan dirinya. Clara mendorong tubuh Ken namun tubuh Ken sama sekali tidak bergeser.

"Kau mau aku berhenti melakukannya?" goda Ken dengan maminkan jarinya di dada Clara.

"Aku tidak sudah melakukannya denganmu!"

PLAKKKKK

Clara merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Penglihatannya mulai berkunang-kunang. Ken menamparnya lebih keras dari pada sebelumnya.

Tamparan Ken kali ini, membuat Clara terdiam, karena obatnya semakin merasuk disetiap aliran darahnya.

Ken bisa leluasa menggerayangi tubuh Clara. Clara mulai menikmati sentuhan demi sentuhan yang Ken lakukan tanpa perlawanan.

Tangan Ken mulai menggerayangi paha Clara sampai pada pangkalnya. Ken memasukkan sedikit jarinya untuk memeriksa apakah Clara masih virgin atau tidak supaya bisa menyesuaikan cara bermainnya.

"Ternyata kau sudah tidak virgin lagi!"

***

"Jean, bagaimana? Kau sudah menemukan obatnya?" Jean menggeleng. Delice tidak tega melihat Naura yang harus di ikat dengan kuat supaya tidak menyerang orang lain.

"Aku akan menelitinya tapi membutuhkan waktu yang sangat lama," ucap Jean.

"Tidak perlu! Kau dan Olin jaga Nyonya. Aku yang akan mencari penawarnya."

Delice mengambil kunci mobil lalu segera meluncur ke jalanan dengan kecepatan tinggi.

"Max, sialan kau! Kalau aku tidak mendapatkan penawarnya, aku akan membunuh semua keluargamu, bahkan keturunanmu," gumam Delice.

Setelah menempuh waktu yang lama, Delice sampai di kediaman Tuan Max dengan cambuk yang sudah tergulung di tangannya dan juga pistol yang sudah siap dengan pelurunya.

TUK... TUK... TUK...

Suara langkah kaki Delice, menggema di ruangan rumah Tuan Max, menambahkan atmosfir yang mengerikan semakin menakutkan.

Kedatangan Delice untuk menambahkan kekacauan, bukan melerai hukuman. Delice hanya ingin memberikan pelajaran pada Tuan Max karena sudah curang dan licik dalam berbisnis tapi karena Tuan Max berani menyentuh Naura, hukumannya adalah kematian.

Delice melepaskan tali penutup mulut Nyonya Max, lalu duduk di hadapannya dengan senyum yang penuh misteri.

"Katakan, di mana Suami sialanmu itu menyembunyikan obat penawar yang di berikan pada Istriku?" tanya Delice.

Nafas Nyonya Max mulai terengah-engah menahan gejolak gairah yang di tahannya. Delice memasukkan tangannya menyentuh dada Nyonya Max, sehingga Nyonya Max hanya mendesah kenikmatan.

"Aku akan memuaskanmu, asal kau memberiku obat penawar padaku," bisik Delice.

"Ada dilaci dalam kamar," jawabnya.

"Kamar yang mana?" Nyonya Max menunjuk pada salah satu kamar yang paling besar.

"Tuan, tolong bantu aku. Ini sangat tidak nyaman," godanya.

"Anak buahku akan membantumu. Aku hanya membutuhkan obat penawar itu," jawab Delice.

Delice dengan langkah cepat mencari di setiap laci kamar hingga akhirnya menemukan penawarnya yang tinggal 2 butir.

Delice ingin cepat-cepat kembali dan memberikan penawarnya pada Naura, tapi jeritan kepedihan seorang wanita, mengalihkan perhatiannya. Delice datang menuju sumber suara tangisan, teriakan, erangan, desahan menjadi satu.

"Tuan?" Loid langsung berdiri melihat Delice datang ke arahnya.

"Ken didalam?" tanya Delice. "Ken yang melakukannya?" imbuhnya.

Loid hanya mengangguk dan membiarkan Delice membuka pintu dan melihat bagaimana sadisnya Ken dalam menyetubuhi seorang wanita.

"Bereskan semuanya. Jangan biarkan ada yang hidup. Kalian boleh bersenang-senang sampai batas waktu sudah aku tentukan."

Next chapter