1 Naura Sanjaya

Perfect!

Naura tersenyum bangga di depan cermin. Bangga pada penampilan fisik dan pencapaian dalam hidupnya. Di usia 28 tahun sekarang ini, dia sudah menjadi eksekutif muda yang mempunyai wedding organizer dengan brand nama yang terkenal di kalangan menengah ke atas. Banyak kalangan selebriti dan sosialita yang mempercayakan momen spesial mereka pada WO Naura.

Puas mematut diri di cermin, Naura mengambil tas dan kunci mobil di meja sebelahnya. Hari ini dia harus menghadiri gladi bersih acara pernikahan besok pagi. Sambil bersenandung kecil, dia memakai sepatu wedges yang warnanya senada dengan pakaian.

Dengan langkah mantap, dia membuka pintu keluar untuk berangkat ke lokasi gladi bersih. Tiba-tiba, bruk! Auw! Naura meringis memegangi dahinya yang berbenturan dengan orang di depannya sekarang.

"Huah … huah …," suara tangis Laura, kakak Naura yang sulung, membuat Naura lupa sejenak pada sakit di dahinya.

"Ada apa, Kak? Ini masih pagi, mengapa kamu sudah sampai di rumahku dan menangis bombay begini?" Naura memegang kedua lengan Laura dan matanya menelisik. Laura datang ke rumahnya masih memakai baju dinasnya, daster.

"Ra, Kakak mau mengajukan gugatan cerai pada Kai. Dia selingkuh." Tangis Laura semakin mengeras. Membuat Naura sebal tapi iba. Lelaki yang dipujanya setengah mati ternyata malah selingkuh dengan mantan adik kelasnya.

"Bukannya dulu Kakak bilang Kai cinta sejatimu? Tidak ada yang bisa memisahkan kalian kecuali Tuhan saja?" naura setengah mengejek bercampur iba. Naura sangat ingat bahwa dulu Laura dibutakan cinta pada Kai Lesmana. Semua nasehat papa dan mama tak dihiraukan. Laura menutup mata walaupun Kai pernah menduakannya ketika mereka masih berstatus pacaran.

"Entahlah. Aku dulu memang bodoh dan keracunan Kai. Tapi aku sekarang tidak akan tertipu lagi. Ra, bantu Kakak bicara ke papa, ya? Setelah bercerai nanti, aku dan anakku akan tinggal kembali di rumah kita." Laura memohon pada Naura.

"Nanti kita bicara lagi, Kak. Sekarang aku harus segera berangkat. Ada gladi bersih untuk acara besok. Kakak istirahat aja dulu, nanti selesai gladi bersih aku langsung pulang."

Naura berlari keluar meninggalkan Laura yang masih terus menangis dan memaki dirinya sendiri.

***

Di mobil, dalam perjalanan menuju hotel tempat acara pernikahan besok dilangsungkan, Naura tersenyum miring. Dia merasa miris pada 3 orang kakaknya. Naura terlahir sebagai 4 bersaudara yang semuanya perempuan. Laura si sulung, Tarani anak kedua, Sarah anak ketiga dan Naura anak bungsu. Semua kakaknya sudah menikah dengan laki-laki pilihan mereka sendiri, laki-laki yang membuat mereka mabuk kepayang.

Namun dalam perjalanan biduk rumah tangga mereka, ketiga kakaknya bernasib malang. Bila ditambah dengan aduan yang barusan didengarnya dari Laura, artinya sekarang ketiga kakaknya sedang berurusan dengan pengadilan agama untuk bercerai dengan pasangan masing-masing. Walau dengan permasalahan yang berbeda, namun ketiga kakaknya memilih untuk mengakhiri pernikahan mereka.

Hai ini membuat Naura tertawa bangga dan yakin. Dia tidak salah karena sudah memutuskan untuk tidak menikah. Keputusan yang mantap sejak dia masih duduk di bangku universitas. Karena itu, ketika gadis-gadis lain kuliah dengan santai, waktu luang di sela jam kuliah digunakan untuk menikmati masa remaja dengan pacaran, Naura menempuh jalan yang berbeda.

Sejak kuliah, dia sibuk dengan berbagai bisnis kecil. Berpartner dengan teman kuliah yang mempunyai minat sama, dia mulai membangun bisnis Event Organizer. Mereka mengadakan lomba untuk anak-anak mulai usia TK sampai SD. Berbekal stempel, piagam dan sertifikat, piala yang dipesan khusus, Naura dan 3 orang temannya mengadakan event lomba dengan menyewa tempat yang strategis. Mulai dari mall, hotel dan berbagai kafe mereka jadikan lokasi lomba. Dan suatu hari, salah satu teman kuliahnya menikah. Karena sibuk mencari Wedding Organizer berbudget rendah, Naura menawarkan diri untuk menangani semuanya. Ternyata acara pernikahan itu sukses, dengan budget rendah namun kualitasnya setara dengan Wedding Organizer budget besar. Sejak itu, event organizer Naura berganti menjadi Wedding Organizer.

Tangan dingin Naura dalam mengolah bisnis, membuat Wedding Organizer besutannya berkembang menjadi salah satu Wedding Organizer yang diperhitungkan di belantara Nusantara. Tak terhitung lagi jumlah pasangan yang menggunakan jasanya. Dan hampir semuanya mengatakan puas dengan hasil kerja Naura dan timnya.

Namun seperti apapun indah dan megahnya pesta pernikahan, Naura tidak pernah ingin menjadi salah satu orang yang merasakannya. Dia sudah puas menjadi orang di belakang layar yang mengurusi persiapan pesta pernikahan.

***

"Mbak Naura, ini buket bunganya ditaruh di sebelah mana?" tanya Wati, salah satu anggota tim WO Naura.

"Buket yang besar taruh di pojok kanan dan kiri. Yang kecil letakkan di setiap meja tamu." Jawab Naura tegas.

"Mbak, ini walkie talkie-nya." Seorang karyawan laki-laki menyerahkan ke Naura.

"Makasih, Dan." Jawab Naura singkat.

Kesibukannya memang meningkat saat gladi bersih dan puncak acara karena dia bertanggung jawab penuh agar acara pernikahan berjalan sakral, lancar, sukses dan megah.

"Hallo. Apakah calon mempelai sudah siap untuk mulai gladi bersih?" Naura bertanya lewat walkie talkie di genggamannya.

"Siap." Jawab yang lainnya lewat walkie talkie.

"Siip. Kita mulai gladi bersihnya. Semua menempati pos masing-masing." Komando Naura.

Lalu acara gladi bersih dimulai. Kurang dari satu jam kemudian, acara gladi bersih selesai dilaksanakan. Setelah memberitahu pada timnya, Naura kembali meluncur pulang. Pikirannya tertuju pada Laura karena Laura bersifat impulsif, kuatir dia bertindak yang tidak diinginkan. Naura ingat dulu … ketika papa dan mama tidak mau memberikan restu pada Laura yang ingin menikah dengan Kai, Laura nekat mencoba mengakhiri hidup dengan memotong urat nadi di pergelangan tangannya. Beruntung saat itu Naura yang baru pulang sekolah memergoki, Laura bisa diselamatkan setelah dilarikan ke rumah sakit.

Sekarang pun, Naura kuatir kakaknya itu berbuat sesuatu yang membahayakan dirinya. Karena itu Naura ingin segera sampai di rumah. Mobil digebernya dengan gas penuh sehingga 15 menit kemudian dia sudah sampai di depan pagar rumahnya.

***

Perlahan dibukanya pintu lalu masuk setelah melepas sepatu di depan pintu. Matanya mengitari ruangan yang ada di rumahnya, mencari keberadaan Laura. Huft, Naura bernapas lega setelah melihat Laura tidur pulas di sofa di depan TV yang menyala. Bukan Laura yang menonton TV, justru Laura yang ditonton TV.

Naura menggeleng-gelengkan kepala, kebiasaanya tidak pernah berubah. Diambilnya remote yang ada di genggaman Laura lalu mematikan TV. Naura duduk dengan kaki diselonjorkan ke meja kecil di depannya, setelah mengambil air dingin di kulkas dan mulai meneguknya perlahan. Ahh, segar. Air dingin meluncur masuk ke perut melalui tenggorokan terasa menyegarkan di hari yang panas.

Dipandangnya wajah Laura yang nyenyak tertidur. Wajah cantik, kulit kuning langsat, badannya seimbang antara berat dan tinggi. Otaknya pun tergolong pandai. Hanya saja Naura tidak mengerti, ketika dia jatuh cinta, otaknya seperti tidak berfungsi. Hanya hati dan emosi yang mengedepan sehingga semua nasehat mental di telinganya.

"Kamu jahat. Kamu tega. Apa kamu tidak tahu bahwa sudah banyak hal kukorbankan demi membelamu di depan keluargaku. Mengapa semua kamu lupakan demi perempuan itu. aku nggak mau kamu … aku nggak mau kamu selingkuh. Setan kamu!" tiba-tiba Laura berteriak-teriak keras sekali, membuat Naura yang sedang minum menjadi tersedak. Laura mengigau dalam tidurnya.

Tanpa bisa dicegah, air mata Naura menetes. Hatinya iba melihat Laura yang seperti itu. Laura yang dulu cemerlang di mata keluarga, menjadi kusam karena pernikahan yang tidak bahagia.' Ah, malangnya nasibmu, Kak,' batin Naura sendu.

avataravatar
Next chapter