webnovel

Naruto Story : Love, Decision, And Hatred

Dua tahun telah berlalu sejak perang dunia shinobi ke-4. Semua kembali normal Sasuke telah kembali dan menjalani petualangan bersama tim taka. Naruto mulai belajar untuk mengejar mimpinya sebagai Hokage dan Sakura mulai menyadari perasaannya terhadap Naruto telah berubah. Sementara itu sosok misterius muncul mengancam kedamaian dunia shinobi apa yang akan terjadi? Naruto masih milik paman Masashi Kishimoto

VaughnLeMonde · Anime & Comics
Not enough ratings
40 Chs

Chapter 31 : Happy Birthday Sakura-Chan!

"Yosha! Waktunya kembali!"

Senyum hangat terukir di sana, dengan langkah ceria terus melangkah menulusuri jalanan yang membawa kedua orang berbeda gender itu ke suatu tempat.

Terus berjalan melewati jalanan yang di penuhi pepohonan yang begitu rindang, hijau, indah, dan menyejukkan.

Musim Semi.

Musim di mana bunga-bunga akan bermekaran, menunjukkan semangat, semangat menyambut musim dengan penuh kehangatannya.

Kedua mata safir terus menerawang, menghadap ke depan, dengan masih mengukir senyum di wajah-nya.

"Tidak terasa satu tahun telah berlalu ya..."

Naruto di sana, bergumam sesuatu sambil menatap ke arah langit biru cerah di atasnya, terus tersenyum ceria.

Sakura tertawa kecil, memandangi Naruto yang bertingkah seperti anak kecil, pemuda itu terlihat semangat sekali.

"Aku kangen Ichiraku, aku kangen Konoha, aku kangen semuanya!" Teriak Naruto kegirangan, merentangkan kedua tangannya, masih menatap langit yang kebiruan.

"Ah, aku juga kangen, aku ingin sekali berendam di pemandian air panas Konoha!" Sakura ikut berusaha, merentangkan kedua tangan yang terasa kaku ke depan, mulai ikut tersenyum.

"Ah aku tidak sabar lagi!" Naruto berteriak frustasi, dengan semangat seketika itu berlari kencang, meninggalkan Sakura di belakangnya.

Sakura tertegun sebentar, pandangannya teralihkan, mendapati sebuah pohon Sakura yang sedang mekar, begitu mencolok di antara pohon-pohon yang berdiri di sampingnya, menarik dan indah dengan ciri khasnya sendiri.

Angin mulai berhembus...

Menghempaskan beberapa helai rambut Sakura yang tergerai, seakan menyambut kedatangannya.

"Musim Semi ya?" Sakura bergumam, mulai memperhatikan langit biru cerah di atasnya.

'Sekarang tanggal berapa ya?'

Perkataan itu muncul di benaknya, membuat Sakura yang penasaran mulai menerawang, mulai lupa dengan waktu sama seperti Naruto, akibat sebuah perjalanan yang benar-benar berkesan.

Sakura membuka pelan matanya, menampilkan dua buah emerald yang terlihat lebih indah dari biasanya, mendapati sosok Naruto telah berada sangat jauh di depannya.

Sakura menggeleng kepala sebentar, mulai tersenyum kecil, rasanya mungkin rasa penasaran bisa menunggu, Naruto sudah terlihat tidak sabar.

"Sakura-Chaaann, ayo! Aku ingin cepat sampai!" Naruto berteriak dari kejauhan, suaramya sangat menggema, membuat Sakura terkekeh pelan.

"Iya-iya Baka! Tunggu aku dong!" Sakura mulai melangkah dengan senyuman, berlari kecil menghampiri Naruto yang tampak terlihat kesal.

-----------------

Wush...

Wajah berseri, gelak tawa, semua suara ceria terdengar di sana, orang-orang tampak senang menyambut musim semi yang baru saja tiba.

Helai-helai bunga Sakura tampak berterbangan, menghiasi langit biru yang tampak kala itu, semakin membuat semua orang merasa senang.

Orang-orang tampak menikmati suasana yang begitu damai, melanjutkan aktivitas mereka sehari-hari sambil terus tersenyum, tak lagi merasakan dunia yang begitu mencekam dan dipenuhi oleh konflik tak berujung.

"Hoi! Kemari kau pencuri kecil!" Sahut seorang remaja tiba-tiba, membuat beberapa pasang mata mulai meperhatikannya kebingungan.

"Wleee"

Remaja itu tampak kesal, dengan tajam menatap ke arah sosok anak kecil yang sedang mengejeknya dari kejauhan.

Konohamaru di sana, tampak berlari mengejar sosok anak kecil yang baru saja dia teriaki sebagai 'pencuri kecil', terus mengejar tanpa menggubris tatapan penduduk desa yang melihatnya dengan kebingungan.

Sementara si anak kecil yang dikejar hanya bisa tertawa lepas, berlari sembari sesekali menoleh, menjulurkan lidah, mengejek Konohamaru.

Konohamaru semakin kesal, dengan segera mempercepat langkahnya, membuat jarak antara dirinya dengan anak kecil itu semakin dekat.

Si anak yang melihat Konohamaru semakin mendekat mulai bergidik ngeri, segera mempercepat langkahnya, hingga tak sadar ada seseorang yang menghalangi jalannya.

Duak.

"Ittai..." Si anak kecil terjatuh, mulai mengelus dahi-nya yang terasa sakit.

"Kena kau Mirai!" Sahut Konohamaru, seketika itu sudah berdiri di belakang anak kecil itu.

Tubuh si anak seketika itu menegang, dengan pelan menoleh ke arah belakang, mendapati sosok Konohamaru yang sedang menatap tajam ke arahnya sambil menyeringai puas.

"Hei, lihat apa yang kalian perbuat!" Sahut seseorang tiba-tiba, menghentikan gerakan tangan Konohamaru yang hendak meraih kerah baju Mirai.

"Iruka-Sensei!" Pekik Konohamaru kaget, mendapati orang yang baru saja meneriaki dirinya adalah mantan guru-nya sendiri di akademi dulu.

"Hei, jangan diam saja, ayo bantu nenek ini!" Iruka kembali berteriak, menatap tajam ke arah Konohamaru.

Konohamaru bergidik ngeri, seketika itu mulai tersenyum canggung sambil menggaruk-garuk belakang kepala-nya.

"Gomen-gomen." Konohamaru masih berdiri di tempatnya, tampak masih tertawa canggung.

Melihat Konohamaru tidak lagi melihat ke arahnya, dengan sigap Mirai mulai berdiri, berjalan mundur dengan pelan, berharap Konohamaru tidak menyadari gerakan Mirai yang hendak melarikan diri.

Mirai seketika itu menyeringai, berbalik dengan segera mulai hendak berlari, sebelum akhirnya tubuh-nya terasa ditarik dari belakang.

"Mau kemana kau? Kau harus minta maaf dulu kepada nenek itu." Ucap Konohamaru, mulai menarik kerah baju Mirai dari belakang, menyeretnya mendekat ke arah Iruka yang sedang membantu seorang nenek mengangkat beberapa belanjaan-nya yang terjatuh.

"Nii-Chan lepasin! Aku bisa jalan sendiri tahu!" Dengus Mirai kesal.

"Tidak, kalau aku lepasin kamu pasti kabur, sudah ayo minta maaf dulu." Ucap Konohamaru, seakan tak menggubris perkataan Mirai, terus menyeret tubuh Mirai mendekat ke arah sosok nenek yang masih terduduk.

"Ini nek belanjaannya!" Iruka segera menyerahkan sebuah kantong plastik, tampak mulai membantu nenek itu untuk berdiri.

"Hei kalian, cepat minta maaf!" Iruka seketika itu menoleh, semakin menatap tajam Konohamaru.

"Maaf Nek, karena adik kecil ini belanjaanmu jadi terjatuh." Konohamaru dengan segera membungkuk, menaruh tubuh Mirai di sampingnya, mulai memaksa Mirai untuk ikut membungkuk.

"Cepat Minta maaf." Saut Konohamaru, menatap tajam ke arah Mirai yang mulai membungkuk.

Mirai hanya bisa mengerucutkan bibirnya, mulai menghela nafas sebelum akhirnya bersuara kecil.

"M-maf N-nek." Mirai terbata-bata, mulai merasa bersalah kepada nenek-nenek yang baru saja ditabrak oleh dirinya.

"Ah tidak apa-apa anak muda, kalau begitu nenek pergi dulu ya!" Nenek-nenek itu tampak tersenyum, dengan segera mulai melangkah pergi menjauhi Sosok Konohamaru dan Mirai yang masih membungkukkan badan.

Setelah sosok nenek itu menjauh, Iruka tampak menghela nafas sebentar, dan lagi kembali menatap tajam ke arah Konohamaru dan Mirai sambil berkacak pinggang.

"Bisakah kalian lebih hati-hati! Bagaimana kalau nenek tadi pingsan? Kalian mau tanggung jawab hah?!" Tanya Iruka dengan nada tinggi, tampak kesal dengan kelakuan dua bocah itu yang terlihat sangat kekanak-kanakan.

"Wari-wari Iruka-Sensei." Konohamaru hanya bisa nyengir, sambil kembali menggaruk belakang kepala.

Iruka tampak memegangi kepala-nya, sambil menggeleng-geleng cepat.

"Ini karena Konohamaru Nii-Chan! Dia terus saja mengejarku!" Sahut Mirai dengan cepat, tampak kesal dengan Konohamaru.

"Hei, aku tidak akan mengejarmu jika kau tidak mencuri uangku!" Sahut Konhamaru tidak terima, nampak mulai kesal mendengar ocehan Mirai.

"Aku ga mencuri... Aku hanya meminjam..." Sahut Mirai, suaranya mulai pelan, nampak mulai menundukkan kepala, merasa malu.

"Nii-Chan juga salah, kalau saja Nii-Chan memberiku uang untuk membeli eskrim, aku ga akan mengambil uang Nii-Chan!" Mirai tampak berteriak, mulai menatap langsung ke arah Konohamaru.

"Hei kenapa di sini aku yang salah?!" Sahut Konohamaru tak terima.

"Ini salah Nii-Chan, pokoknya Nii-Chan yang salah!" Tegas Mirai, terus berteriak.

"Hei, jangan salahkan aku juga dong, kau kan yang menabarak nenek itu!" Teriak Konohamaru tak mau kalah.

Berdebat terus berdebat, Konohamaru dan Mirai tampak tidak ada yang mau mengalah, terus berteriak, hingga orang-orang di sekitar mereka tampak menjauh, merasa risih.

Grep.

Grep.

"Ittai!" Pekik Konohamaru dan Mirai secara bersamaan, nampak merasakan panas di telinga masing-masing.

"Cukup, kalian berhentilah bertengkar!" Sela Iruka, nampak menjewer kedua telinga bocah itu yang tak mau mengakui kesalahan mereka.

Setelah beberapa lama menjewer kedua telinga dua anak itu, akhirnya Iruka mulai melepaskan cekraman itu, membuat Mirai yang melihatnya segera berlari dengan cepat, nampak kegirangan berhasil lepas dari kejaran Konohamaru.

"Hoi tunggu Mirai!" Konohamaru hendak melangkahkan kakinya, sebelum Iruka menepuk pundaknya dari belakang, berhasil membuat Konohamaru menoleh, menatap heran ke arah Iruka.

"Biarkan saja." Iruka tampak menghela nafas lagi.

"Eh t-tapi kan..." Konohamaru sedikit meragu, tampak sesekali menoleh ke arah Mirai yang semakin menjauh dan kembali lagi menatap Iruka.

"Sudah... Lebih baik kau ikut denganku saja!" Iruka tampak menenangkan, mulai tersenyum, menbuat Konohamaru semakin bingung.

"Ikut? Kemana?" Tanya Konohamaru memastikan.

"Ke gerbang desa." Jawab Iruka enteng.

"Memangnya ada apa di gerbang desa? Lagipula aku hari ini sedang tidak ada misi." Tanya Konohamaru semakin bingung, mulai mengerenyitkan dahi-nya.

"Kau ini.. apa kau lupa?" Iruka terkekeh pelan, nampak memegangi kepala-nya.

"Lupa? Apa yang kulupakan?" Konohamaru kembaki bertanya, semakin bingung.

"Naruto kan pulang hari ini!" Seru Iruka, nampak kembali tersenyum lebar.

Mata Konohamaru perlahan membulat, mulai berbinar-binar, nampak mulai bersemangat.

"Eh Nii-Chan pulang hari ini?! Kenapa sensei tidak bilang dari tadi! Ayo cepat aku ingin menyambut kepulangan Nii-Chan!" Konohamaru berteriak kegirangan, dengan segera mulai berlari cepat menjauhi Iruka yang masih setia berdiri di tempatnya.

"Anak itu.." Iruka terkekeh, mulai berjalan pelan, menyusul Konohamaru yang sudah lebih dulu berlari.

"Sudah setahun ya, Naruto..."

--------------

Seseorang berdiri di sana.

Sosok dengan masker hitam yang sedang menatap pemandangan desa dari balik jendela.

Bunga-bunga Sakura berterbangan, semakin menunjukkan eksistensi musim semi yang telah tiba.

Terus menatap desa dengan pandangan datar hingga sebuah suara ketukan pintu menginterupsi aktivitasnya.

"Masuk" sahut Kakashi singkat tanpa menoleh ke arah pintu yang berada di belakangnya.

Cklek.

Bersamaan dengan pintu yang terbuka sebuah suara wanita muncul di sana.

"Tuan Hokage." Shizune menyapa.

Mendengar panggilan formal itu membuat Kakashi mulai menoleh, sambil menyipitkan kedua mata-nya.

"Hei-hei jangan panggil aku seperti itu, aku masih belum terbiasa." Jawab Kakashi lesu hingga akhirnya menghela nafas.

"Gomen-gomen Rokudaime, kau terlihat lesu, ada apa?" Shizune terkekeh, lalu segera menatap Kakashi yang terlihat lebih lesu dari biasanya.

"Hmm..." Kakashi nampak berpikir, terlihat mengalihkan pandangannya ke arah tangan kanan-nya, mendapati secarik kertas surat yang sedang disembunyikan olehnya.

"Tidak ada apa -apa." Kakashi mulai tersenyum lembut, menampilkan kedua mata yang mulai membentuk sabit.

Shizune bingung mendengar jawaban Kakashi, nampak mulai menaikkan salah satu alis-nya.

Kakashi yang sedikit merasa risih akhirnya kembali berbicara.

"Apa kau sudah memberitahu semuanya?" Tanya Kakashi.

"Sudah Rokudaime, mereka sudah menuju gerbang desa sekarang." Shizune mengangguk.

"Baiklah, bisa kau jaga kantor-ku sebentar, aku juga ingin pergi." Perintah Kakashi, namun masih dalam nada tenang.

"Tentu Rokudaime, aku tidak mungkin melarangmu." Shizune hanya bisa tersenyum lembut, membuat Kakashi juga mulai ikut tersenyum.

Segera setelah itu Kakashi nampak berbalik, membuka teralis jendela, dan akhirnya meloncat dari sana. Pergi menjauhi menara Hokage.

-------------

Hening...

Gerbang desa Konoha nampak sepi dari kejauhan.

Baik Naruto dan Sakura sekarang sedang berjalan santai mengarah ke gerbang desa yang terlihat sepi.

'Sepertinya berita kedatanganku belum menyebar, syukurlah..'

Naruto nampak menghela nafas lega, mulai tersenyum, kembali berjalan ceria mengarah ke gerbang desa yang tak jauh ada di depannya.

"Ada apa Naruto?" Tanya Sakura, terlihat kebingungan melihat Naruto yang tiba-tiba berubah semangat kembali.

"Tidak ada apa-apa, aku tadi sempat khawatir kalau berita kedatanganku ini sudah menyebar, aku takut para fans-ku bakal mengerumuni aku lagi seperti saat kepulangan misi dari bulan setahun yang lalu." Jelas Naruto tanpa menoleh ke arah Sakura, masih terus fokus ke arah gerbang desa yang semakin dekat.

Sakura tampak menahan tawa, berusaha menutup mulut-nya yang ingin tertawa lepas setelah mendengar perkataan Naruto.

"Pede sekali ya." Sindir Sakura, menampilkan senyum mengejek ke arah Naruto.

Naruto nampak mulai salah tingkah, semburat merah mulai menghiasi kedua pipi-nya, memalingkan muka dari Sakura, baru menyadari perkataanya yang kelewat percaya diri tadi.

Naruto yang mulai merasa semakin malu karena mendengar Sakura akhirnya tertawa mulai mempercepat langkah-nya, membiarkan Sakura tertinggal jauh di belakangnya.

"Hei jangan marah gitu dong!" Sahut Sakura, masih dengan nada yang terlihat mengejek, mulai terkekeh pelan melihat Naruto yang semakin mempercepat langkahnya.

----------------

"Hmm? Sepi sekali." Naruto bersuara, nampak memperhatikan sekitarnya, tak mendapati satu pun sosok yang berada di sekitar gerbang desa, bahkan pos penjagaan terlihat begitu sepi.

"Kau benar, kemana para penjaga ya?" Tanya Sakura yang ikut kebingungan, mulai memperhatikan sekitar.

Tlek.

"Eh?" Naruto tampak kebingungan, mendapati sebuah benda yang terlihat seperti bom asap baru saja meyentuh ujung sendal shinobi-nya.

Tunggu dulu..

'Bom asap!'

Poof..

Naruto telat menyadari hal itu, bom asap telah lebih dahulu mengeluarkan isi-nya, mulai menyelimuti Naruto dan Sakura dengan kepulan asap yang tebal, membuat pandangan mereka mulai terbatas.

"Hati-hati Sakura-Chan, asap ini sepertinya beracun!" Teriak Naruto, mulai menutup hidung dan mulut-nya menggunakan telapak tangan.

Sakura tidak menjawab, membuat Naruto mulai merasa aneh, menoleh ke arah samping, di mana dirinya terakhir melihat keberadaan Sakura.

Namun asap masih cukup tebal, sejauh mata Safir Naruto memandang, hanya kepulan asap putih yang nampak di hadapannya, hingga tidak menyadari beberapa suara langkah pelan mulai mendekat ke arahnya.

Grep.

"Eh?" Naruto tampak bingung, seseorang baru saja merangkul pundak-nya dari belakang, hingga membuat tubuh Naruto sedikit tersentak ke depan.

Menoleh, untuk melihat siapa yang baru saja merangkulnya, sebelum akhirnya asap putih mulai menghilang, menampakan Sosok Kiba yang sudah berada di sampingnya sambil tersenyum lebar.

"Kiba?" Pekik Naruto, memastikan.

Kiba hanya terus tersenyum hingga perlahan asap putih telah hilang sepenuhnya, menampilkan kerumunan orang sudah berada di sekitar Naruto, dan Naruto sangat familiar dengan semua sosok itu.

Ya, mereka adalah teman-temannya.

"Selamat datang kembali, Naruto! Sakura!"

Semua orang serentak berteriak, membuat Naruto dan Sakura membelakkan matanya, kaget melihat teman-temannya yang secara tiba-tiba sudah berada di sekeliling mereka, bahkan Ino terlihat membekap mulut Sakura tanpa alasan.

'Pantas saja Sakura-chan tidak menjawab tadi.'

----------------

"

Ne-ne Naruto, apa saja yang kau lakukan di saat perjalananmu itu?" Tanya Kiba, masih merangkul Naruto dan mulai menyeringai tidak jelas.

"Apa maksudmu?" Naruto balik bertanya, mengerenyitkan dahi-nya.

"Jangan berpura-pura bodoh Naruto." Ucap Kiba, seringai-nya nampak semakin jelas.

"Kalau beberapa hari saja di bulan kalian sudah berciuman, lalu kenapa aku tidak curiga kalian melakukan hal yang lebih dari itu selama setahun ini, hmm?" Kiba semakin menyeringai.

Naruto terdiam sebentar, nampak mencoba mencerna apa maksud perkataan Kiba tadi, beberapa detik berlalu hingga akhirnya dia mengetahui maksud dari perkataan Kiba, membuat wajah-nya mulai merah padam.

"T-tidak ada yang kami lakukan!" Seru Naruto, sedikit terbata-bata karena merasa sangat malu.

Mendengar jawaban Naruto membuat Kiba tertawa keras sekarang, Chouji dan Lee ikut tertawa, sementara Shikamaru, Sai, dan Shino hanya bisa tersenyum.

Tak jauh dari tempat Naruto berada, di sisi lain Sakura sedang dikerumuni oleh para gadis, dan sepertinya sama seperti Naruto, Sakura juga ikut di interogasi.

"Hei jidat, bagaimana perkelanaan kalian?" Ino bertanya.

"Sangat menyenangkan! Kami pergi ke banyak tempat yang unik sekali, perjalanan kami terasa sangat menyenangkan! Bahkan aku sempat berbicara dengan salah satu Bijuu di tengah perjalanan kami." Teriak Sakura kegirangan, kedua mata-nya tampak berbinar-binar.

"Bukan itu yang ingin kudengar." Ino menggelengkan kepala.

Sakura yang tampak tak mengerti mulai menaikkan salah satu alisnya, menatap Ino yang ada di hadapannya keheranan.

Sedangkan Tenten dan Hinata hanya bisa terus tersenyum lembut, seperti mengerti maksud pertanyaan Ino tadi.

"Jadi, apa terjadi sesuatu yang menyenangkan di antara kalian berdua?" Ino kembali bertanya, memegang kedua bahu Sakura, tampak mengukir senyum menggoda.

Kedua mata emerald Sakura nampak membulat, terdiam beberapa saat, hingga akhirnya wajahnya mulai memerah seperti kepiting rebus.

"Moooii Pig!" Sakura yang masih memerah mulai sedikit mendorong tubuh Ino pelan, mulai salah tingkah.

Tenten yang melihatnya hanya bisa tertawa sama seperti Ino, sedangkan Hinata hanya bisa tertawa kecil.

Hinata tidak menyadarinya, sosok Toneri yang ada di sampingnya sedang menatap dirinya penuh arti, nampak memikirkan sesuatu.

Tawa terlepas di sana, baik Sakura dan Naruto masih salah tingkah, membiarkan teman-teman mereka tertawa lepas.

Masih dengan salah tingkahnya, Sakura terlihat mulai menoleh, mendapati Naruto yang masih bersemu Merah.

Naruto yang masih salah tingkah ikut menoleh, membuat keduanya nampak saling bertatap beberapa saat, hingga akhirnya serentak memalingkan muka, membuat kedua wajah anak muda itu semakin bersemu merah.

Semua orang nampak begitu senang bertemu kembali dengan kedua teman mereka yang sudah mengasingkan diri selama setahun itu, nampak membicarakan begitu banyak hal yang kadang membuat Naruto dan Sakura bersemu merah beberapa saat.

Para orang dewasa hanya bisa tersenyum menatap kebersamaan anak muda itu, beberapa kali mendengar pembicaraan yang sedikit nakal kadang membuat Guy yang terduduk di kursi roda mulai menangis bahagia, bahkan terus berteriak-berteriak hal yang berkaitan dengan apa itu semangat muda, membuat Yamato dan Iruka hanya bisa sweatdrop melihatnya.

Sementara Kakashi hanya terdiam di sana, tak sedikitpun ada keinginan menghampiri Naruto dan Sakura untuk sekdar melepas rindu dengan mantan muridnya itu, membuat semua pandangan orang dewasa tertuju kepadanya, nampak keheranan.

"Ada apa Kakashi?" Tanya Guy.

Kakashi yang merasa terpanggil menoleh pelan, sebelum akhirnya merogoh Saku celana, nampak menyodorkan secarik kertas ke arah Guy.

Guy yang melihat sebuah kertas di sodorkan kepadanya nampak mulai menaikkan salh satu alisnya, tak mengerti dengan maksud Kakashi.

"Bacalah." Kakashi berucap pelan, singkat.

Guy dengan pelan mengambil kertas itu dari Kakashi, membuat Yamato dan Iruka ikut penasaran dengan isi surat itu, dengan cepat menghampiri Guy yang terlihat sedang membaca kata demi kata yang tertulis di surat itu, tulisan sedikit berantakan, dan mereka semua tau siapa yang menulis surat itu.

Seketika itu ketiga sosok yang baru saja membaca sebuah surat nampak memunculkan semburat merah kecil di wajah-nya, nampak tertegun beberapa saat, hingga akhirnya Guy kembali meneteskan air mata, mulai mengangkat kepalan tangan di udara.

"Naruto akan melakukan itu?!" Pekik Iruka kaget, nampak sedikit berbisik, tidak mau semua perhatian tertuju padanya.

Kakashi yang mendengarnya hanya bisa mengangguk, nampak kembali memperhatikan sosok Naruto yang sekarang sedang tertawa.

"Senpai... apa kau tahu kapan dia akan melakukannya?" Yamato menghampiri Kakashi, mulai berbisik tepat di telinga kanan Kakashi.

"Semangat masa muda! Masa muda!" Guy berteriak kegirangan, air mata semakin deras mengucur membasahi kedua pipi-nya.

Mendengar teriakan Guy sontak membuat semua perhatian tertuju kepada Guy seorang, nampak semua ank muda terlihat menyipitkan mata-nya terkecuali Lee yang hanya tertegun melihat Guy yang sedang menangis bahagia itu.

Guy yang merasa terus ditatap seperti itu mulai salah tingkah, segera menyembunyikan secarik kertas itu di belakang tubuhnya.

"Sana-sana, tidak ada yang perlu kalian lihat." Perintah Guy, nampak mengusir para anak muda agar tidak mendekat lebih jauh lagi.

Mendengar Guy yang berbicara seperti itu para anak muda kembali saling bertatap, mulai melanjutkan pembicaraan mereka yang sempat terhenti, kembali tertawa lepas.

Kakashi yang melihat hak itu akhirnya mulai menghela nafas, kembali menoleh ke arah Yamato yang sedang menunggu sebuah jawaban.

"Entahlah, mungkin hari ini." Jawab Kakashi, masih memperhatikan Naruto dengan pandangan penuh arti.

"Heh, aku tak percaya Naruto akan melakukan itu secepat ini." Yamato terkekeh, nampak mengikuti pandangan Kakashi, mulai ikut memperhatikan Naruto.

"Benarkan, aku tidak percaya aku akan di dahului oleh muridku sendiri." Kakashi berucap pelan, terdengar sangat sendu.

Sontak ketiga orang dewasa kaget, semua perhatian kembali tertuju ke arah Kakashi yang nampak mulai tersenyum.

"Kalian pasti mengerti maksudku bukan?" Tanya Kakashi, menoleh ke arah tiga sosok yang masih terkejut, mulai membentuk sabit di kedua mata-nya.

"Senpai..."

"Kakashi..."

"Kakashi-San...."

Yamato dan Guy nampak mulai berkaca-kaca, terus menatap lekat-lekat ke atah Kakashi yang kembali memperhatikan Naruto.

Yanato segera mendekat, mulai merangkul Kakashi, air matanya mulai mengucur deras sama seperti Guy, ikut menunjukkan pose mengangkat kepalan tangan di udara.

Kakashi sedikit kaget merasakan dirinya baru saja dirangkul, mulai menyipitkan kedua mata-nya ke arah Yamato dan Guy yang terlihat begitu mendramatisir suasana.

"Senpai tenang saja kau akan segera menemukannya! Aku akan membantumu!" Ucap Yamato dengan semangat membara, nampak masih menangis, merasakan posisi yang sama seperti yang Kakashi rasakan.

"Benar Kakashi, tanpa wanitapun kita masih bisa menikmati masa muda kita!" Guy ikut bersemangat, mata-nya bahkan mulai berbentuk seperti kobaran api.

Kakashi yang mendengarnya hanya bisa tertawa canggung, teman-temannya benar-benar terlalu mendramatisir suasana.

Berbeda dengan yang lainnya, Iruka nampak terdiam, pandangannya sekarang terfokus ke satu arah, memperhatikan Naruto dengan pandangan penuh arti, dan akhirnya mulai tersenyum lembut.

'Jadi hari ini ya... kau benar-benar sudah tumbuh dewasa ya, Naruto.'

"Yosha! Malam ini kita akan makan di yakiniku-Q!" Pekik Naruto bersemangat, mengacungkan kepalan tangan di udara.

"Hai!" Semua ikut bersemangat, ikut mengacungkan kepalan tangan sama seperti yang Naruto lakukan, hingga akhirnya tertawa kembali.

"Tumben bukan ramen?" Tanya Sakura.

Naruto hanya bisa menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal, mulai sedikit gugup.

"Ya ternyata setelah setahun ini memakan ramen instan membuatku sedikit bosan, jadi tidak ada salahnya bukan mencoba hal yang baru?" Jawab Naruto, terkekeh pelan.

"Ah iya benar juga! Bagaimana kalau sehabis dari Yakinku-Q kita makan ramen di Ichiraku?" Pekik Naruto, bertanya dengan mata yang berbinar-binar.

"Aku setuju!" Sahut Chouji dengan senyum.

Sementara yang lainnya hanya bisa sweatdrop, tak mengerti dengan jalan pikiran kedua oemuda yang terlihat bgeitu semangat itu.

'Ternyata kau memang tidak berubah ya, Naruto."

——————-

Tik..

Tik.

Suara detak jarum jam terdengar di sana, nampak menunjukkan pukul 7 malam, di sana pula sosok gadis berambut pink  sedang menghadap ke arah cermin.

"Hmm, ya ini sepertinya bagus."

Sakura nampak memperhatikan bayangan dirinya di depan Cermin, nampak sedikit merapihkan rambut pink-nya yang sedikit berantakan, memilih memakai  sebuah sweater hijau dan celana putih sebagai pakaiannya malam ini, dan tak lupa memakai bando merah pemberian Naruto setahun yang lalu di atas kepalanya.

Sesaat pandangannya mulai teralihkan, mendapati sebuah kalender yang berada tepat di atas meja tak jauh di sampingnya.

"Tanggal berapa ya sekarang?" Sakura bertanya-tanya, perlahan mendekat ke arah meja.

"Eh?"

"Hari ini kan tanggal 28!" Pekik Sakura.

'Ini berarti... hari ini hari ulang tahunku ya.'

Sakura nampak mulai tersenyum, mulai melihat ke arah jendela yang berada di hadapannya, mendapati beberapa bunga Sakura yang sedang berterbangan di depannya.

'Tapi kalau begitu kenapa Naruto tidak memberi selamat ya...'

Sakura nampak sedikit lesu, menyadari bahwa seharian ini tidak ada yang memberinya sekedar ucapan selamat ulang tahun, bahkan Naruto dan Ino pun tampak tidak memiliki keinginan untuk melakukan hal itu.

'Apa mereka lupa ya..."

Wajah Sakura teluhat menyendu, terus berkutat dengan pikiran negatif bahwa semua orang melupakan hari ulang tahunnya.

Tring....

Suara bel seketika itu terdengar, membuat Sakura kembali sadar, dengan segera menepuk pelan kedua pipi-nya agar sadar dan membuang jauh semua pikirannya tadi.

"Tunggu sebentar Naruto!" Teriak Sakura, dengan segera melangkahkan kakinya, keluar untuk menyambut seseorang yang datang menjemputnya.

——————-

Tap..

Tap..

Kedua sosok berbeda gender tengah berjalan, menyusuri jalanan desa yang terlihat begitu ramai, namun tak sedikitpun memulai pembicaraan, Sakura yang hanya terus menunduk sedangkan Naruto yang hanya terus berjalan ceria tanpa beban.

"Ne Naruto." Sakura akhirnya berbicara, namun masih menunduk lesu.

"Ada apa Sakura-Chan?" Tanya Naruto, masih tersenyum ceria ke arah Sakura.

"Apa kau tidak melupakan sesuatu?" Tanya Sakura pelan, masih menundukkan kepala.

"Hmm.." Naruto tampak berpikir, membuat Sakura sedikit mulai tersenyum, berharap Naruto akan mengingat apa yang dilupakannya hari ini.

"Tidak ada, aku sudah membawa uangku, aku sudah mandi, aku sudah-"

"-uhuk"

Naruto tidak dapat meneruskan perkataannya setelah Sakura secara tiba-tiba menyikut pinggangnya dengan agak keras, dan segera itu berjalan lebih cepat dari Naruto.

"Untuk apa itu?" Tanya Naruto, masih mengusap-usap pinggangnya yang terasa sakit.

"Baka!" Sahut Sakura cepat, semakin berjalan cepat meninggalkan Naruto di belakangnya.

Sakura terus berjalan tanpa menoleh, hingga tak menyadari dari kejauhan Naruto nampak sedikit tersenyum.

—————-

"Kenapa gelap?" Tanya Sakura.

Mendapati restoran Yakiniku-Q tampak begitu gelap, begitu sepi hingga membuat restoran itu seakan-akan sudah tutup membuat Sakura mengangkat salah satu alisnya, Naruto bahkan ikut melakukan hal yang sama.

"Entahlah, tapi Chouji bilang semuanya sudah tiba." Jawab Naruto, masih menerka-nerka dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Lalu kita harus apa?" Sakura kembali bertanya.

"Coba kau masuk duluan Sakura-Chan." Ucap Naruto, mulai menyembunyikan tubuh-nya di belakang tubuh Sakura.

"Heh, kenapa tidak kau saja yang masuk duluan?!" Tanya Sakura, menoleh ke arah Naruto yang sudah berada dibelakangnya, mulai menaikkan salah satu alisnya.

"Hehe, aku taku gelap." Jawab Naruto enteng sambil menyengir.

"Ladies first?" Naruto kembali berucap.

Sakura mulai menyerah, nampak menghela nafas hingga akhirnya mulai berjalan pelan ke arah pintu masuk restoran diikuti Naruto di belakangnya.

"Tidak ada siapa pun disini." Sakura berbicara, mulai memperhatikan sekitarnya yang tampak tidak ada seorang pun di dalam restoran, bahkan kasir dan pelayan tidak ada di tempatnya.

Perlahan sebuah cahaya orange mulai tampak, membuat bayangan Sakura terpampang jelas di hadapannya, dan Sakura mulai merasakan ada hawa hangat di belakang punggungnya.

Membuatnya langsung menoleh dengan cepat, dan seketika itu sangat terkejut melihat apa yang ada di hadapannya.

"Otanjoubi Omedetou Sakura-Chan!"

Naruto di sana, membawa sebuah kue yang dihiasi oleh beberapa lilin di atasnya, mulai membuat mata Sakura berkaca-kaca.

Seketika itu pula lampu menyala, bersamaan dengan itu semua sosok temannya mulai muncul di belakangnya.

"Otanjoubi Omedetou Sakura!" Teriak semua teman-nya serentak.

"Jadi kalian tidak lupa ya...." Sakura nampak sabgat terharu, mulai meneteskan air matanya.

"Mana mungkin aku lupa!" Sahut Naruto, tersenyum ceria ke arah Sakura.

"Ayo Sakura-Chan tiup lilinnya, buatlah permohonan!" Naruto kembali berbicara, mulai tersenyum lembut ke arah Sakura.

'Aku harap aku bisa selalu berada di sisimu, Naruto.'

Hembusan angin yang muncul dari mulut Sakura seketika itu memadamkan api lilin, diikuti dengan suara tepukan tangan yang begitu meriah, menambah suasana menjadi semakin ceria.

"Jadi apa permohonanmu kali ini?" Tanya Naruto sedikit penasaran.

"Rahasia!" Sakura tersenyum ceria.

Naruto yang melihatnya hanya bisa terkekeh pelan, tak lagi bertanya.

"Yosh mari kita mulai acara makannya!" Sahut Chouji semangat.

——————

Semua terlihat tertawa sambil menikmati acara makan malam mereka hari itu, yang ternyata tanpa di duga adalah pesta kejutan yang telah di persiapkan Naruto sebelumnya, terungkap sudah kenapa Naruto memilih tempat ini, ternyata alasannya pagi tadi melupakan Ichiraku karena dirinya sudah mempersiapkan pesta kejutan ini.

Semua tampak bercanda ria, menikmati pesta ulang tahun yang terlihat begitu sederhana namun tetap begitu menghangatkan hari spesial Sakura, Sakura benar-benar merasa bahagia.

"Temui aku di depan Restoran nanti." Naruto berbisik, tepat di telinga kiri Sakura.

Segera setelah itu Naruto mulai beranjak berdiri, membuat semua perhatian menuju ke arahnya, termasuk Sakura yang terlihat mulai kebingungan dengan maksud Naruto.

"Kau mau kemana?" Tanya Shikamaru.

"Ya maaf-maaf sepertinya aku melupakan sesuatu di rumahku, aku harus mengambilnya sekarang, nanti aku kembali lagi!" Ucap Naruto, seketika itu berbalik mulai melangkahkan kaki menuju ke arah pintu restoran.

Sesaat sebelum keluar dari restoran, Naruto sempat menoleh singkat ke arah Sakura, mengedipkan salah satu mata-nya, membuat Sakura semakin kebingungan.

"Hei Sakura kenapa kau bengong begitu?" Tanya Ino, melihat Sakura yang terus menatap kosong ke arah pintu restoran, bahkan Naruto sudah tidak ada di sana namun Sakura tetap terus memperhatikan pintu itu.

"Hei Sakura!" Ino mulai meninggikan suaranya, melihat Sakura yang tak kunjung menyaut.

"Ah tidak ada apa-apa." Sakura seketika itu sadar, langsung menoleh ke arah Ino sambil tersenyum canggung.

'Apa maksud perkataannya tadi ya...'

————————

Suasana jalanan begitu ramai, walaupun langit sudah semakin gelap, orang-orang masih tampak tidak berkeinginan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing, memilih untuk menikmati suasana ceria malam pertama musim semi.

Naruto terus berdiam di sana, menyenderkan tubuhnya di depan dinding luar restoran, sambil sesekali membalas sapaan dari orang-orang desa yang melintas di depannya.

Hingga akhirnya sebuah langkah kaki mulai terdengar dari balik pintu restoran, membuat Naruto sedikit menoleh ke arah pintu di sampingnya.

"Maaf membuatmu menunggu lama." Sakura terlihat sedikit kelimpungan, nampak tergesa-gesa keluar dari restoran itu.

"Aku harus membuat alasan agar Ino mau melepasku, dan untungnya dia tidak curiga." Sakura menambahkan.

Naruto yang mendengarnya hanya bisa tersenyum kecil, lalu segera mengangkat tubuhnya yang tengah menyender.

"Tidak, aku belum lama menunggu kok." Sahut Naruto singkat sambil tersenyum.

"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?" Tanya Sakura, nampak masih belum mengerti kenapa Naruto memintanya berpisah dengan teman-temannya, bahkan sampai harus meninggalkan pesta ulang tahunnya yang masih berlanjut.

"Kau akan tahu, ayo kita pergi." Naruto segera menarik tangan Sakura ke dalam genggamannya, membawa Sakura perlahan menjauh dari restoran, pergi ke suatu tempat.

———————-

"Wah tempat ini semakin Indah!" Pekik Sakura dengan mata yang berbinar-binar, masih terkagum-kagum dengan tempat rahasia Naruto.

"Haha, benarkah?" Tanya Naruto, nampak tertawa melihat Sakura yang masih tekagum-kagum.

Sakura hanya terus mengangguk tanpa menoleh, pandangannya terfokus hanya ke sebuah danau yang begitu indah di hadapannya, bahkan pohon-pohon Sakura di sekelilingnya semakin menambah pemandangan hari itu.

"Apa kau ingat kenapa waktu itu aku memintamu datang kesini?" Tanya Naruto, membuat akhirnya Sakura mulai menoleh.

"Hmm.. kau memintaku datang kesini, untuk memintaku menjaga tempat ini sewaktu kau pergi bukan?" Sakura nampak sedikit berpikir, hingga akhirnya bertanya untuk memastikan.

"Kau benar... dan di sini pula aku memberitahumu alasanku pergi waktu itu..." Naruto berbicara tenang, nampak mulai memperhatikan danau yang begitu indah di hadapannya.

"Ya kau benar... dan di sini pula aku meminta untuk ikut pergi bersamamu." Sakura mulai tersenyum, ikut melihat ke arah pandangan Naruto terfokus.

"Ya dan kali ini aku juga ingin mendengar jawaban yang sama, Sakura-Chan..." Naruto berbicara, mulai membalikkan badan ke arah Sakura yang berdiri di sampingnya, mulai memandang penuh arti.

Sakura seketika itu terkejut, nampak segera berbalik untung menatap Naruto secara langsung.

"Kau ingin pergi lagi?!" Tanya Sakura.

"Tidak-tidak, bukan itu." Naruto terkekeh pelan, segera merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah toples kecil berisi pasir, mengambil sejumput pasir dan meletakannya di atas tangannya yang satu lagi.

Cring...

Dengan bantuan Chakra-nya, seketika itu pula Naruto merubah sejumput pasir itu menjadi sebuah cincin yang sangat berkilau nan indah, membuat mata Sakura berbinar-binar melihatnya.

"Jadi sekarang.... aku akan bertanya beberapa hal." Naruto kembali berbicara, menatap langsung kedua mata emerald yang ikut melihat ke arahnya, saling bertatap, Emerald dan safir bertemu

"Apa kau mau menemaniku menjaga tempat ini selamanya?" Naruto mulai bertanya.

Sementara Sakura tak menjawab, tak bergeming, bola matanya semakin membulat.

"Apa kau bersedia terus berada di sisiku?"

Mata Sakura mulai berkaca-kaca.

"Apa kau bersedia direpotkan oleh diriku yang sedikit bodoh dan ceroboh ini?" Naruto terkekeh dalam pertanyaannya.

Sakura tetap tak menjawab, air mata mulai menetes dari kedua matanya.

"Apa kau bersedia menjadi seorang Uzumaki?" Naruto menyelesaikan pertanyaannya dengan senyum lembut.

Sakura tak dapat kagi menahan tangisnya, semua perasaan campur aduk, rasa senang, bahagia, mendebarkan semua menjadi satu, dan Sakura tentu menemukan jawabannya.

"Ya, ya..... aku mau Naruto." Sakura tersenyum diatas tangis bahagianya, nampak begitu senang menjawab pertanyaan Naruto.

Mata Naruto seketika itu membulat, mulai bekaca-kaca, hingga akhirnya mulai menggerakan satu tangan-nya, menyematkan sebuah cincin indah di jari manis Sakura.

Sakura memandangi cincin itu, nampak mengangkat sedikit tangannya untuk melihat cincin itu kebih dekat, nampak semakin indah dan berkilau, mata Sakura seakan tersihir oleh keindahan cincin itu.

"Terima kasih Naruto, telah mengambulkan permohonanku secepat ini." Sakura berucap, air matanya nampak terus mengalir tak berhenti, terus tersenyum lembut ke arah Naruto.

Naruto tanpa sadar meneteskan sebuah air mata, segera menyekanya agar tidak ada lagi air mata yang keluar, terkekeh pelan lalu segera tersenyum lembut ke arah Sakura.

"Tidak, Terima kasih Sakura-Chan."

To Be Continued.