webnovel

Naruto Story : Love, Decision, And Hatred

Dua tahun telah berlalu sejak perang dunia shinobi ke-4. Semua kembali normal Sasuke telah kembali dan menjalani petualangan bersama tim taka. Naruto mulai belajar untuk mengejar mimpinya sebagai Hokage dan Sakura mulai menyadari perasaannya terhadap Naruto telah berubah. Sementara itu sosok misterius muncul mengancam kedamaian dunia shinobi apa yang akan terjadi? Naruto masih milik paman Masashi Kishimoto

VaughnLeMonde · Anime & Comics
Not enough ratings
40 Chs

Chapter 27 : Revolution

"Mereka sudah tahu?"

"Sudah tuan."

"Lakukan apa yang yang sudah direncanakan."

Sosok berjubah ungu berbicara dari singgasana-nya, menatap ke arah sosok yang sedang berlutut di hadapan-nya.

"Apa kau yakin Tuan Gengo?" Tanya sosok yang berlutut, memastikan.

"Ya, bunuh mereka berdua."

——————-

"Naruto ingatlah, kau akan menjadi Hokage suatu hari nanti, dan akan ku pastikan hari itu akan tiba."

"Tentu saja, itu kan jalan ninja-ku!" Naruto berseru, menampilkan cengiran seperti biasanya.

"Maksudmu, jalan ninja kita?" Shikamaru tersenyum.

Sebuah memori terlintas di benak-nya, Shikamaru tidak bisa melepaskan itu, langkah langkah melompati pepohonan terus saja dihantui dengan memori saat itu, saat Naruto meninggalkan desa lima bulan lalu.

"Shikamaru-san ada apa?" Sosok bertubuh besar berbicara, menyamakan langkah-nya dengan Shikamaru.

"Ah, tidak, tidak ada apa-apa." Shikamaru menoleh sebentar lantas kembali memfokuskan pandangannya ke depan, memasang sorot mata yang tajam.

"Sebentar lagi kita akan sampai, apa rencana-nya Shikamaru-san?" Sosok di samping Shikamaru kembali bertanya.

"Kita lihat situasinya, jika memungkinkan kita akan menyusup diam-diam." Shikamaru berbicara, sembari mempercepat langkahnya.

Shikamaru tidak bisa menampiknya, rasa khawatir menyelimuti diri-nya, apalagi beberapa hari ini dia sering bermimpi tentang masa lalu, masa-masa kelam dimana orang-orang terdekat-nya satu persatu gugur.

Ayah-nya, Nara Shikaku,

Sensei-nya, Sarutobi Asuma,

dan juga teman-nya, Hyuuga Neji.

Perasaan buruk itu terus menghantui, membuat Shikamaru sangat khawatir, khawatir kepada teman terdekat-nya, Uzumaki Naruto.

'Tidak, Naruto tidak akan mati semudah itu.'

Shikamaru menepis semua pikiran buruk-nya, kembali fokus menatap pepohonan di depannya.

'Naruto, Sai, Sakura bertahanlah!'

——————

Langit semakin kelam, meredup, karena awan hitam yang semakin memenuhi hamparan langit, mata Shappire dan Emerald bertemu, saling mengisyaratkan kekhawatiran di sana.

Jari jari terus dihentakan ke atas meja, semua pikiran buruk memenuhi kedua orang yang sedang terduduk di atas kursinya masing-masing.

"Aku akan pergi." Naruto bersuara, berdiri dengan tatapan tajam mengarah ke depan pintu kayu.

"Tidak Naruto, kita harus membuat rencana, kita tidak mungkin datang secara langsung, itu bisa membahayakan Sai." Sakura berdiri, menghalangi Naruto yang hendak melangkahkan kakinya.

"Aku tidak bisa membiarkan itu, Sai dalam bahaya sekarang!" Sahut Naruto dengan nada yang mulai meninggi.

"Aku tahu, aku juga khawatir sepertimu, kita tidak boleh gegabah Naruto." Sakura meraih kedua pundak Naruto, berusaha menenangkan si pemuda agar tidak melakukan hal yang bisa membuat nyawanya terancam.

"Jadi apa yang harus kita lakukan?" Tanya Naruto dengan menurunkan nada bicara-nya, terduduk lemas di atas kursi, memegangi kepala-nya, Frustasi.

Sakura menatap sendu Naruto, ikut merasakan apa yang dirasakan Naruto sekarang, dia juga khawatir dengan keadaan Sai, tapi tidak mungkin dirinya dan Naruto datang ke kastil secara langsung, itu hanya memperburuk keadaan.

Sakura menghela nafas-nya, memejamkan mata-nya sebentar, memikirkan sebuah rencana.

Walaupun tidak sepintar Shikamaru dalam hal strategi, tapi Sakura harus mencobanya, terus berpikir agar sebuah ide muncul di benak-nya, berusaha agar Naruto tidak gegabah dalam melakukan misi penyelamatan dadakan ini.

Sring.

Sebuah ide muncul, tidak sia-sia Sakura memikirkannya, mulai menatap Naruto dengan ekspresi semangat, menepukkan kedua lengan-nya di bahu Naruto.

"Aku punya rencana!"

Naruto mendongkakkan kepala-nya dengan cepat, tidak, bukan untuk mendengar rencana Sakura.

Tatapan-nya sangat tajam, menuju sebuah arah di belakang Sakura, sebuah pintu kayu.

Dalam gerakan yang sangat cepat Naruto mulai memeluk tubuh Sakura, diikuti dengan chakra berwarna kuning yang menyilaukan mulai menyelimuti mereka berdua.

Duar.

Sebuah ledakan hebat terjadi di sekelilingnya, menghancurkan rumah yang baru saja ditempati Naruto dan Sakura dua bulan lalu, asap mulai mengepung mereka, membatasi pandangan untuk melihat apa yang baru saja terjadi.

Naruto masih menatap dengan tajam ke sekelilingnya, sementara Sakura masih belum sepenuhnya sadar apa yang baru saja terjadi, mendongkakkan kepala-nya untuk melihat Naruto yang sedang memasang raut wajah penuh emosi.

"Keluarlah pengecut!" Seru Naruto.

Angin-angin mulai mengambil peran, mulai mengusir kepulan asap untuk segera menghilang, memperlihatkan sekumpulan shinobi berjubah ungu yang sudah mengepung Naruto dan Sakura.

"Cih" Sekumpulan Chakra kuning yang mengelilingi mereka berdua mulai menghilang, diikuti dengan tubuh Naruto yang mulai bercahaya terang.

Sring.

Cahaya yang sempat bersinar menghilang tanpa sebab, Mata Naruto membulat seketika, ada yang salah.

"Ehh?"

"Ada apa Naruto?" Sakura bertanya, ikut kaget melihat Naruto yang sepertinya gagal memasuki mode bijuu-nya.

"Kurama...aku tidak bisa merasakan chakranya." Naruto mulai berekspresi aneh, ketakutan muncul di wajah-nya.

"Maksudmu?!" Sakura ikut ketakutan, sesuatu yang buruk terlintas di benak-nya.

"Tidak-tidak, bukan begitu, Kurama masih ada di tubuh-ku, tapi aku tidak bisa mengeluarkan chakra-nya." Naruto menggeleng cepat, menepis pikiran buruk Sakura.

"Bagaimana bisa?" Tanya Sakura lagi.

"Aku tidak tahu." Suara Naruto bergetar, mata-nya masih membulat dengan sempurna, menatap ke arah bagian perut-nya.

Swussh

Sebuah kunai di lemparkan, tepat ke arah Naruto dan Sakura, di ikuti dengan beberapa shinobi yang melompat mendekati mereka berdua.

Naruto dan Sakura berhasil menghindar, melompat ke arah yang berlawanan, membuat jarak di antara mereka berdua.

Tep.

Semua shinobi mengepung mereka berdua, semakin memisahakan Naruto dan Sakura di sana.

"Cih" Naruto menatap tajam ke arah sekelompok shinobi yang mengepung dirinya.

Mata-nya memutar dengan cepat, sekilas melihat Sakura juga dalam keadaaan yang sama dengan dirinya.

Bugh.

Sebuah tinju mendarat tepat di perut Naruto, menghempaskan tubuh Naruto beberapa meter jauhnya.

"Lihat kemana kau? Musuhmu ada di depan matamu!" Sosok yang baru saja memukulnya menyeringai, menatap rendah Naruto yang tengah memegangi perutnya yang sedikit terasa sakit.

"Tidak bisa menggunakan chakra peliharaan-mu ya?" Sosok itu bertanya, membuat shinobi di sekelilingnya tertawa merendahkan Naruto.

"Inikah pahlawan perang yang hebat itu?" Salah satu shinobi bertanya, dengan nada sombong, lalu kembali tertawa.

"Cih, dasar shinobi lemah yang hanya mengandalkan kekuatan-" Salah satu shinobi tidak dapat meneruskan perkataannya, Naruto sudah ada di depannya, memukul tepat di wajah-nya, membuat sosok itu terlempar jauh ke belakang.

"Siapa yang lemah sekarang?" Tanya Naruto, menatap rendah sosok yang sudah terkapar tak sadarkan diri akibat pukulannya tadi.

Semua orang di sana tak bergeming, tercengang melihat rekan-nya yang sudah terkapar jauh di belakang, tidak menyadari pergerakan Naruto yang begitu cepat.

Naruto melihat satu persatu shinobi yang mengepungnya, menatap tajam, tapi sekali lagi memutar bola mata-nya untuk melihat Sakura sebelum akhirnya menyerigai kecil.

"Lihat kemana kau brengsek!" Dua shinobi melompat ke arahnya, berusaha menyerang dengan emosi yang mulai mencuat.

Naruto mendelik tajam, membuat sebuah segel tangan, "Kagebunshin No Jutsu,"

Poof Poof

Dua bayangan Naruto muncul, menendang dua sosok yang ingin menyerang-nya, membuat kedua shinobi tadi terhempas beberapa meter.

"Hoho, sudah serius ya? Kulihat dari tadi kau terus memperhatikan Kunoichi itu? Kenapa? Takut?" Tanya salah satu shinobi, berjalan dengan tenang, mendekat ke arah Naruto.

Naruto mendelik tajam ke arah sosok itu, membuat sosok itu menyeringai, kembali memandang rendah Naruto.

"Kami tau dia adalah murid dari Senju Tsunade, tapi bukan berarti dia akan sekuat guru-nya bukan? Khawatirkan saja dirimu sendiri!" Sosok itu dengan cepat berlari, membuat segel tangan, mulai mengeluarkan percikan listrik dari tangan-nya.

Naruto menghindar, kembali berdiri dengan tenang, menatap dengan rendah sosok shinobi yang serangan-nya baru saja meleset.

"Jutsu lemah seperti itu tidak akan bisa membunuhku." Seru Naruto enteng, menyeringai.

"Cih." Sosok itu menatap tajam, kesal merasa direndahkan.

"Aku sebenarnya mengkhawatirkan kalian." Naruto kembali berbicara.

"Apa maksudmu?" Sosok itu berdiri dengan tenang, mulai menaikkan salah satu alis-nya.

"Dia memang bukan Baa-Chan, Tapi-" Naruto menghentikan perkataan-nya, merasakan sesuatu akan terjadi.

"Shanaroo!" Suara Sakura menggema, membuat seluruh shinobi mengalihkan atensi-nya ke arah sosok Sakura.

Duar.

Sakura meniju tanah dengan tenaga-nya, membuat retakan besar di sana, Naruto melompat menjauh, menghindari serangan Sakura.

Seketika itu tanah mulai goyah, tanah mulai tidak stabil, satu persatu Shinobi yang mengepung mereka terjatuh, terperangkap di longsoran tanah yang baru saja dibuat Sakura.

Tep.

Naruto bergerak perlahan, menghampiri sosok shinobi yang baru saja berbicara dengan sombongnya, mendekatkan wajah-nya ke atah Sosok shinobi yang mulai ketakutan itu.

"-Dia jauh lebih kuat." Naruto meneruskan perkataannya, menyeringai puas.

Tep.

Sakura muncul, tepat di samping Naruto, menatap tajam ke arah sosok shinobi yang tengah terjebak longsoran tanah.

Glek.

Si shinobi menelan ludah, sadar posisinya sungguh sangat buruk sekarang.

"Jadi bisa kita mulai acara interogasinya?" Tanya Sakura, menempatkan kepalan tangan-nya di telapak tangan.

"Silahkan." Naruto mempersilahkan, menyeringai ke arah sosok shinobi yang mulai semakin ketakutan.

——————

Duar.

"Suara gemuruh apa itu?"

Mendengar rekan-nya berbicara membuat Shikamaru tersadar, mengalihkan atensi-nya ke aarah tempat yang ditunjuk, sebuah kepulan asap putih.

Trek.

Tatapan Shikamaru dan rekan-nya seketika menajam, mendelik ke arah belakang, terdenger sebuah bunyi ranting yang baru saja di injak.

Berjalan dengan tenang, seorang kunoichi muncul dari balik pepohonan, menatap datar ke arah Shikamaru dan rekan-nya.

Shikamaru menghela nafas, mendapati ternyta yang muncul adalah rekan-nya yang satu lagi.

"Soku, apa yang kaulihat?" Tanya Shikamaru.

"Ada pertarungan, entahlah tidak terlihat terlalu jelas, tapi aku sekilas melihat chakra kuning yang menyala di sana." Sosok yang dipanggil Soku menjawab.

"Itu pasti Naruto." Sahut Shikamaru.

"Apa kau yakin?" Tanya sosok di samping Shikamaru.

"Aku yakin Ro, ayo kita harus cepat."

Duar.

Terdengar lagi suara dentuman, bergemuruh, membuat ketiga sosok yang sedang berbicara kembali mengalihkan atensi-nya ke arah kepulan asap yang muncul.

"Cih ini buruk, ayo!" Shikamaru melesat pergi, di ikuti kedua rekan-nya dari belakang.

———————

"Jawab cepat!" Sakura berteriak, mendapati sosok shinobi itu malah tertawa mendengar pertanyaan-nya barusan.

"Sudah kubilang aku tidak tahu." Jawab Shinobi itu enteng.

"Hah... Naruto apa kau punya ide?" Sakura menghela nafas, menyerah, meminta Saran dari Naruto yang sedari tadi memperhatikan sekitar.

Naruto menoleh, menatap Sakura lalu menggeleng dengan cepat.

"Coba tanyakan tentang Sai." Pinta Naruto yang seketika mulai teringat dengan nasib teman satu tim-nya itu.

"Kau dengar? Sekarang katakan, dimana teman kami?!" Sakura menatap tajam, menahan emosi.

"Siapa yang kau maksud dengan teman-mu?" Shinobi itu malah balik bertanya, tapi mengerti dengan maksud kata teman.

"Orang berkulit putih pucat, berambut hitam, dengan senyum aneh-nya." Naruto menjawab, ikut menatap tajam ke arah sosok shinobi yang tengah terpojok itu.

"Aku tidak mengenalnya." Jawab sosok itu enteng.

Duak.

Tanah kembali terguncang, Sakura kembali memukul tanah yang tepat berada di bawah-nya, membuat si shinobi meringis ketakutan.

"Kau tidak ingin membuatnya marah kan? Jawab saja dengan benar, jangan mempersulit." Naruto kembali berbicara, mendekat kearah shinobi yang masih meringis ketakutan melihat Sakura.

"Sungguh aku tidak tahu." Shinobi itu menggeleng cepat, dan seketika itu menyeringai.

Naruto dan Sakura menaikkan salah satu alis-nya, heran dengan sikap shinobi yang terbilang sangat aneh itu.

Swussh.

Tanpa mereka sadari, dua orang shinobi telah berada di belakang mereka, menghunuskan kunai-nya tepat ke arah Naruto dan Sakura yang masih keheranan.

Naruto dan Sakura menoleh, tapi sudah terlambat, ujung kunai sudah tepat berada di depan muka mereka, Naruto bergerak dengan cepat, refleks, menutupi tubuh Sakura.

Tep.

Tak ada rasa sakit, kunai kunai melayang di udara, tak bergerak sama sekali, Naruto dan Sakura perlahan membuka mata-nya.

"Hah, untung aku tepat waktu." Suara yang familiar muncul, di ikuti dengan muncul-nya tiga sosok dari balik kabut, salah satu sosok-nya terasa familiar, Shikamaru baru saja datang.

"Shikamaru!" Pekik Naruto dan Sakura berbarengan, tidak bercaya sosok teman-nya muncul di sini.

"Apa yang terjadi di sini?" Shikamaru bertanya, melihat kesekeliling, mendapat beberapa shinobi terkapar tak sadarkan diri, terperangkap dalam longsoran tanah.

"Kenapa kau ada di sini?" Naruto bertanya, mendekat ke arah Shikamaru.

"Hei, kau tidak menjawab pertayaanku." Shikamaru mendelik, heran dengan Naruto yang malah balik bertanya.

"Ah, aku juga tidak tahu, bawahan Gengo tiba tiba saja menyerangku dan Sakura-Chan." Naruto menjawab, mulai memperhatikan sekelilingnya.

"Hmm, tapi syukurlah, kulihat kau dan Sakura baik-baik saja." Shikamaru berbicara, menghela nafas lega.

Naruto mengangguk, mulai menatap ke atah Shikamaru.

"Lalu bagaimana dengan Sai? Aku tidak melihatnya." Shikamaru kembali memperhatikan sekeliling.

Grep.

Naruto mengepalkan tangan-nya, raut wajah-nya mulai penuh emosi, menatap tajam ke arah sosok yang masih sadar di dalam longsoran tanah.

"Aku tidak tahu, aku belum bertemu dengannya." Naruto berbicara, suaranya mulai terdengar sendu.

"Begitu ya, lalu apa kau tahu, dia ada dimana sekarang?" Tanya Shikamaru.

Naruto mengangkat telunjuk-nya, mengarahkannya ke arah kastil besar di pusat desa, "Sai ada di sana."

Shikamaru sekilas melihat ke arah kastil, lalu kembali menatap Naruto.

"Shikamaru, aku sepertinya pernah melihat orang itu." Bisik Ro, menunjuk ke arah sosok yang tengah terperangkap di longsoran tanah.

"Ya aku juga merasa pernah melihatnya di suatu tempat." Shikamaru bergerak, mendekati Sakura dan Sosok yang berada di belakangnya.

Sret..

Bayangan Shikamaru bergerak, mulai menggapai tubuh shinobi yang tengah terperangkap itu.

"Kageshibari no Jutsu?!" Sosok itu mulai ketakutan, menatap kearah bayangan yang mulai mengikat dirinya.

"Jadi kau tahu ya, Minoichi-san?" Shikamaru mulai bertanya.

"A-aku tidak ingat nama itu!" Ucap si shinobi, terbata-bata.

"Kau mengenalnya Shikamaru?" Tanya Sakura, menatap ke arah Shikamaru.

"Ya, dia adalah mantan anbu yang menghilang setelah perang shinobi ke empat berakhir." Shikamaru mulai menjelaskan.

"Mantan anbu?" Naruto iktu bertanya, penasaran.

"Ya dia adalah mantan anbu yang telah membunuh semua rekan tim-nya, lalu menghilang tanpa jejak."

"Cih, aku tidak mengingatnya." Sahut Minoichi enteng.

"Apa maksudmu? Jangan harap kau bisa lepas dari hukum Shinobi!" Tegas Shikamaru, menatap tajam ke arah Minoichi, mulai mengeratkan ikatan bayangan padanya.

"A-aku bukan lagi seorang Shinobi! Aku adalah seorang revolusioner!" Tegas balik Minoichi, menatap dengan ekspresi ketakutan ke arah Shikamaru.

"Seorang Revolusioner?!" Tanya Shikamaru dengan nada tinggi.

"Diam! Kalian yang hidup diatas dunia shinobi yang sampah itu tidak akan mengerti dengan tujuan kami yang mulia ini!" Teriak Minoichi.

"Jangan mengatakan hal yang bodoh!"

"Kau mau aku bunuh di tempat ini sekarang juga hah?!" Shikamaru ikut berteriak, mulai emosi, makin mengeratkan ikatan bayangannya.

"B-berhenti!" Pekik Minoichi, melihat bayangan hitam sudah menggapai tepat di leher-nya.

Grep.

"Sekarang jawab pertanyaanku! Apa saja yang kau ketahui tentang Gengo?!" Tanya Shikamaru, semakin menatap tajam.

"Jawab Pertanyaanku!" Shikamaru semakin mengeratkan cekikannya, membuat Minoichi mulai kehabisan nafas.

"Shikamaru!" Seru Naruto, mencoba menghentikan Shikamaru yang sudah kelewat batas.

Shikamaru mengerejapkan mata-nya, menoleh kearah Naruto yang baru saja menepuk pundak-nya, kembali bisa mengontrol emosi-nya.

"Ohok ohok." Minoichi terbatuk-batuk, mengatur nafas-nya.

"Kami para revolusioner tidak akan pernah dimengerti oleh kalian, kami adalah orang yang mendukung tujuan mulia Tuan Gengo, kami tidak butuh shinobi seperti kalian yang hanya tunduk kepada para daimyo yang lemah itu." Jelas Minoichi, masih terbatuk-batuk.

"Omong kosong macam apa itu?" Shikamaru bertanya, dengan nada yang perlahan mulai tenang kembali.

"Kami akan merubah tatanan dunia ini, tidak lagi ada shinobi yang akan tunduk kepada para daimyo."

"Itulah Revolusi yang Ingin dicapai Tuan Gengo."

Naruto mendekat, dengan wajah datar, ikut mengontrol emosi-nya.

"Lalu sekarang beritahu kami, kalian sembunyikan dimana teman kami yang bernama Sai itu? Apa yang kalian lakukan padanya di kastil itu?"

Minoichi mendongkakkan kepala, menatap Naruto.

"Kau Naruto kan? Apa kau takut? Mimpimu menjadi kenyataan?" Minoichi menyeringai.

Deg.

Pandangan Naruto mulai kosong, terjatuh, mulai merasakan sakit di kepala-nya.

"A-apa yang k-kau bicarakan?" Naruto terbata-bata, memegangi kepala-nya yang mulai berdenyut.

Jantung-nya mulai berdetak kencang, badan-nya mulai merinding, tubuhnya tak mau digerakan, Naruto tak bergeming.

"Naruto, kamu gak apa-apa?" Tanya Sakura khawatir, menahan tubuh Naruto yang hampir terjatuh.

"HAHAHAHA." Minoichi tertawa puas, tawa yang terdengar sangat menyeramkan saat itu.

"Kau takut pahlawan perang? Tenang saja mimpimu waktu itu sebentar lagi akan terjadi." Seringai Minoichi semakin seram.

Naruto tertegun, menatap dengan tatapan takut ke arah Minoichi, menutup kedua telinga-nya, entah kenapa diri-nya mulai merasakan ketakutan yang begitu dalam.

Naruto tidak ingat.

Walaupun dirinya tidak mengerti dengan maksud perkataan Minoichi, entah kenapa tubuh-nya berkata lain, mulai menggigil, detak jantung semakin kencang, seakan mengerti dengan maksud mimpi yang dikatakn Minoichi.

"H-hentikan!" Pekik Naruto, mulai terbayang kilasan mimpi buruk-nya beberapa minggu yang lalu.

Semua orang menatap Naruto, tak mengerti, kecuali Sakura, dia menatap Naruto dengan ekspresi khawatir-nya.

"Hahaha, ya terus mengingatnya Naruto, ingatlah mimpi itu, mimpi dimana semua teman-" perkataan Minoichi tercekat, Sakura baru saja memukulnya tepat di wajah, membuat Minoichi seketika itu tak sadarkan diri.

"Sakura, apa maksud dia? Ada apa dengan Naruto?" Shikamaru sekilas melihat kearah Naruto yang masih ketakutan, lalu kembali mengalihkan pandangan-nya ke arah Sakura yang memasang ekspresi wajah tertegun.

Sakura diam, bergerak kembali ke arah Naruto, mulai mengalirkan chakra hijau tepat di dahi Naruto.

"Sakura-"

"Diam, jangan lagi mengungkitnya, kau tidak lihat keadaan Naruto?" Sahut Sakura cepat, menghentikan rasa pensaran Shikmaru yang bisa berakibat buruk pada kondisi mental Naruto.

Ekspresi wajah Naruto mulai mengendur, terlihat lesu sekarang, membuat kedua mata safir yang semoat terbuka lebar mulai perlahan menutup lemas.

"Dia tidak bisa ikut, Shikamaru, aku dan Naruto akan diam di sini sebentar, kau pergilah lebih dulu." Sakura berbicara, mulai membaringkan tubuh Naruto, masih mengalirkan chakra hijau-nya.

"Baiklah." Jawab Shikamaru singkat, seketika itu menghilang bersama kedua rekan-nya.

'Naruto, apa yang terjadi padamu?'

——————

"Baiklah di sini sepertinya bagus."

Shikamaru sesekali menengok dari balik menara, menatap ke arah kumpulan orang berjubah ungu yang sedang berkumpul di lapangan kastil, menunggu kehadiran Gengo.

"Ro, apa kau sudah melakukannya?" Shikamaru bertanya, menatap ke arah Ro yang berdiri di sampingnya.

"Ya, aku sudah menghilangkan jejak chakra kita, kita tidak bisa di deteksi sekarang." Jawab Ro.

"Baiklah, lalu Soku sebaiknya kau juga bersiap."

Hening.

Soku menatap kosong kearah kerumunan, tak menggubris perintah Shikamaru tadi.

"Soku!" Shikamaru memanggil.

Soku tetap tak menoleh, masih setia melihat ke arah kerumunan.

"Soku sadarlah!"

"Kalian yang tidak sadar, menurutku tujuan Gengo tidak buruk, membuat sebuah dunia yang ideal bagi Shinobi. Para daimyo memang tidak pantas menjadi pemimpin kita." Soku berbicara, dengan wajah datar.

"Hei Soku, bicara apa kau?" Ro bertanya, mengalihkan pandangan-nya ke arah Soku.

"Kau harusnya tau maksudku Ro!" Jelas Soku dengan nada tinggi.

Ro tertegun, mulutnya kelu untuk berbicara, mengalihkan pandangan-nya ke arah Shikamaru yang juga sama terkejutnya.

Shikamaru menghela nafasnya, membalikkan tubuhnya, membelakangi Soku.

"Aku tahu masa lalu-mu, tapi jangan biarkan hal itu merusak misi ini." Shikamaru berbicara tenang, menegaskan.

"Hal itu hanya akan mengalihkanmu, tetaplah fokus, jangan sampai misi ini gagal." Tegas Shikamaru lagi.

Soku tertegun, mulai menundukkan kepalanya.

"Baiklah."

-------------

Sosok pemuda berambut pirang perlahan membuka mata-nya, mengerjapkannya sesekali lalu mulai menoleh ke arah sampingnya, mendapati seorang gadis tengah duduk di sana.

Belum sepenuhnya sadar, kembali menolehkan kepalanya, kali ini menatap langit malam yang tengah ditutupi awan hitam.

Matanya melebar, ketika itu menoleh cepat lalu bangkit dari tidurnya, sontak membuat si gadis memundurkan badan-nya, Kaget.

"Apa yang terjadi?!" Pekik Naruto yang sekrang menatap Sakura.

Sakura yang sempat kaget, kembali mendekat sebelum akhirnya berbicara,

"Kau pingsan tadi, kau tidak ingat?"

Naruto mengangkat salah satu alisnya, entah kenapa dia tidak ingat apa yang terjadi padanya sebelum ini, seingatnya dia baru saja melawan musuh musuh yang tiba-tiba saja menyergapnya.

Naruto menoleh dengan cepat, menatap sekelilingnya, memastikan memorinya tidak salah.

"Aku tidak ingat, aku hanya ingat saat Shikamaru dan kedua rekannya muncul di sini." Naruto menggeleng, memperhatikan sekitar, mencari Sosok Shikamaru.

Kali ini Sakura yang mengangkat salah satu alisnya, tidak mengerti kenapa Naruto bisa secara ajaib melupakan segala hal yang baru saja terjadi beberapa menit yang lalu.

"Memangnya apa yang terjadi Sakura-Chan?" Naruto bertanya, heran melihat ekspresi yang ditunjukkan Sakura.

Sakura mengerjapkan mata-nya sesekali, masih tidak percaya, lalu menggeleng dengan cepat.

"Tidak ada yang terjadi, kamu tadi hanya pingsan karena kelelahan." Bohong Sakura, memastikan untuk tidak mengungkit kejadian yang baru saja terjadi.

Tentu Naruto tidak akan percaya pada kebohongan seperti itu, kelelahan? ayolah dia tau sendiri kemampuannya seperti apa.

Naruto hendak kembali bertanya, sebelum akhirnya terurungkan karena Sakura secara tiba-tiba berbicara kembali.

"Ayo kita harus menyusul Shikamaru!" Sahut Sakura, berdiri, lalu menjulurkan tangan-nya ke arah Naruto yang menatapnya bingung.

Naruto yang melihat uluran tangan itu mulai tersenyum, menghentikan semua rasa pensaran, lalu mulai menyambut uluran tangan itu.

"Kau benar, ayo!"

---------------

"Shikamaru, kenapa tidak langsung saja?"

"Tidak Ro, kita tidak akan bertahan dengan kerumunan sebanyak ini."

"Lalu bagaimana?"

Shikamaru termenung sesaat, memikirkan sebuah ide untuk melancarkan aksinya untuk mengacaukan pertemuan Gengo dan para bawahannya.

'Andai Naruto ada di sini.'

Shikamaru menggeleng cepat, menepis pikirannya tadi, membuat Ro yang menatapnya mulai keheranan.

Shikamaru segera merogoh saku belakangnya, mengeluarkan beberapa lembar bom kertas.

"Aku akan menggunakan ini, kau ikut aku bantu memasangkan benda ini." Jelas Shikamaru, memberikan beberapa lembar bom kertas kepada Ro yang berdiri di sampingnya.

Shikamaru dan Ro mulai fokus, bersiap keluar dari lorong persembunyian-nya, sebelum akhirnya sebuah tangan menepuk pundak Shikamaru.

"Naruto?!" Pekik Shikamaru dengan nada berbisik, kaget, mendapati Naruto yang baru saja menepuk pundak-nya dari belakang.

"Sst, apa yang aku lewatkan?" Naruto bertanya, sedikit berbisik.

Shikamaru tersenyum, menghela nafas pelan, "Tidak ada, aku baru saja akan memulainya."

Naruto tersenyum lalu mengangguk, mulai membentuk segel tangan, berniat mengeluarkan jutsu andalan-nya.

"Tunggu sebentar." Sakura berbisik, menepuk pundak Naruto.

"Ada apa?" tanya Naruto, menoleh ke arah Sakura.

"Lihat!" Sakura menunjuk, kearah panggung yang berada di depan kerumunan orang-orang.

"Gengo."

Semua mata sekarang tertuju ke arah panggung, mendapati sosok berjubah ungu mulai muncul dari balik bayangan, membuat seketika itu semua orang yang berada di kerumunan hening seketika, menatao ke arah sosok itu.

"Terima kasih, untuk semua orang yang telah hadir dalam pertemuan ini." Gengo mulai berbicara, menampakkan sosoknya dengan begitu jelas.

"Semuanya.... sebentar lagi hari yang kita nanti-nantikan akan tiba, hari dimana Revolusi akan berjalan di negeri ini!" Ucap Gengo, merentangkan kedua tangannya, membuat semua kerumunan sontak berteriak suka cita.

"Cih, kita harus bergerak."

Naruto berjalan, tapi kembali tertahan, Sakura mengangkat tangan-nya, menghalangi pergerakan Naruto.

"Hari ini, aku menyiapkan sesuatu yang spesial bagi kalian." Gengo kembali berbicara, setelah kerumunan orang itu kembali tenang.

"Biar aku tunjukkan, orang yang telah berusaha mengganggu rencana revolusi sejati kita!" Gengo kembali berbicara, merentangkan kedua tangannya

Seketika itu tirai besar di belakang gengo diturunkan, membuat mata Shikamaru, Naruto, dan Sakura sontak membulat, melihat sosok Sai yang tak sadarkan diri tengah terikat di sebuah tiang.

"Sai!" Pekik mereka bertuga bersamaan, membuat Ro mulai sadar apa yang sedang terjadi.

"Apa yang harus kita lakukan pada orang ini?" Gengo bertanya ke arah kerumunan.

"Mati!" Semua orang kompak berteriak.

"Sebuah pengorbanan untuk sebuah revolusi!" Sesorang menambahkan.

Gengo tersenyum, mengangkat salah satu tangan-nya, seketika itu pula keadaan kembali tenang, kecuali Naruto, tangan-nya sudah mengepal dengan erat.

"Permintaan kalian telah didengar." Gengo berkata.

"Dengan darah-nya, Revolusi keadilan akan semakin dekat."

"Wooo!"

Semua orang kembali bersorak, semakin semangat.

"Naruto tunggu!" Teriak Shikamaru.

Terlambat, Naruto sudah bergerak lebih dulu, menembus kerumunan, menuju ke arah Gengo yang berdiri di atas panggung.

"Sudah muncul ya?"

"Diam kau Gengo, Revolusi omong kosongmu itu tidak akan pernah terjadi!" Teriak Naruto, membuat semua perhatian menuju ke arah-nya.

"Ada apa? Ayo bantu aku, kita wujudkan Revolusi ini bersama, dengan begitu kau juga bisa hidup lebih bahagia." Ucap Gengo tenang.

Deg.

Naruto kembali merasakan hawa tidak enak, kilasan mimpi buruknya kembali terlintas, hal yang sama terjadi kepada Shikamaru dan yang lainnya, bedanya mereka melihat kilasan memori mereka di masa lalu, dimana orang-orang terdekat mereka mulai gugur satu-persatu.

"Cukup bicaranya! Berhentilah berkata omong kosong!" Naruto berteriak, penuh emosi.

Naruto kembali bergerak, menembus dengan kasar orang-orang yang mencoba menghalanginya. Sebelum akhirnya Gengo kembali berbicara.

"Sudahlah Naruto, kau tidak ingin melihat teman-temanmu mati kan?" Gengo kembali tersenyum.

Deg.

Naruto berhenti, detak jantungnya semakin cepat, tanpa sadar kedua kaki-nya sudah kehilangan keseimbangan, terjatuh di tengah-tengah kerumunan.

Mata Naruto membulat, sekarang kilasan mimpi buruknya semakin jelas, semua rasa takut berkecamuk di sana.

"Gawat! Ro, Sakura!" Pekik Shikamaru cepat, melihat Naruto yang terlihat tak berdaya.

Sebuah bom asap di lemparkan, membuat tubuh Naruto di selimuti asap putih tebal, seketika itu Sakura langsung membawanya pergi dari sana.

Sementara di balik panggung, Shikamaru saat ini sedang berusaha melepaskan ikatan Sai, mencoba melepaskan Sai lalu pergi dari sini secepatnya.

"Bertahanlah Sai, aku akan membebaskanmu." Bisik Shikamaru.

Shikamaru terlalu Fokus, tak menyadari Sai yang mulai menyeringai, lalu menggapai salah satu tangan Shikmaru setelah tangannya terbebas dari ikatannya.

"Sai? Apa yang kau lakukan?" Pekik Shikamaru kaget, seketika itu meloncat ke atas, mendarat di sebuah atap, membuat dirinya menjadi pusat perhatian sekarang.

"Aku sudah terbebas sekarang, cepat atau lambat kau juga akan mengerti Shikamaru." Sai berbicara dari atas panggung, tersenyum ke arah Shikamaru.

Sebuah api ungu menyala di kedua mata Sai, menandakan ada sesuatu yang salah di sana.

"Sai, kau?!" Shikamaru menyadarinya, ada sesuatu yang salah di sini.

"Gengo, apa yang kau perbuat?!" Tanya Shikamaru, berdecak kesal.

"Bagaimana bisa seorang shinobi seperti mu masih terikat dengan hukum shinobi yang sudah kuno itu? Aku tidak memahaminya." Gengo berjalan, berbicar dengan tenang.

Mata Shikamaru membulat, terlintas kembali ingatan masa lalu kelam-nya.

Shikamaru menggeleng dengan cepat, menutup kedua matanya, "Diam, diam!"

"Kenapa kau menekan memori-mu? Apa kau takut seperti bocah itu?" Gengo kembali berbicara.

"Kau tidak akan bisa mempengaruhiku dengan bualan itu!" Tegas Shikamaru, seketika itu bersiul, menatap ke arah menara tempat Soku berada.

"Soku, sekarang!"

Hening..

Soku tak menjawab isyarat yang diberikan Shikamaru, membuat Shikamaru mengerjapkan mata-nya sesekali, lalu menoleh ke arah kerumunan.

Di sana, terdapat Soku dan Ro yang sudah tertangkap, diikat oleh tali.

"Sayang sekali ya." Gengo tersenyum.

"Jangan pernah berani melukai rekan-ku!" Teriak Shikmaru, menoleh cepat ke arah Gengo yang sedang tersenyum di atas panggung.

"Melukainya? Tentu tidak." Jawab Gengo tenang.

"Aku senang memiliki shinobi yang kuat."

Seketika itu semua keumunan mulai menatap ke arah Shikamaru, bersiap untuk menangkap dirinya kapan pun Gengo menyuruh mereka.

Seketika itu sebuah ular yang terbuat dari tinta bergerak ke arah Shikamaru, melilitnya dengan keras, membuat Shikmaru meringis, mencoba melepaskan lilitan itu sekuat tenaga.

"Dan tentu saja kau termasuk ke dalamnya." Gengo menambahkan.

"Jenius dari Konoha, Nara Shikamaru."

Lilitan Semakin kuat, Shikamaru sekilas melihat sebuah api ungu mulai menyala.

"Tak ada gunanya, Shikamaru, kau juga harus sadar." Sai berbicara, melihat Shikamaru yang masih terus mencoba melepaskan lilitan ular-nya.

"J-jangan b-berkata yang t-tidak-tidak!" Shikamaru terbata-bata, mulai merasakan sesak pada nafasnya.

"Aku hanya tidak suka jika diriku terbangun saat sedang tidur!" Shikamaru meracau, mulai menggerakan tangannya membentuk sebuah segel.

"Maaf Naruto."

Sebuah bayangan tangan hitam bergerak, perlahan tapi pasti mulai menggapai leher Shikamaru.

Grep.

Seketika itu semua pandangan-nya buyar, gelap, tubuh-nya terjatuh dalam lilitan dan cengkraman tangan bayangan hitam-nya.

Tak jauh dari sana Sosok Naruto samar-samar melihatnya, teman terdekatnya jatuh ke dalam tangan musuh, menatap dengan lemah, sebelum akhirnya terbawa semakin menjauh dari sana.

"Shikamaru..."

To Be Continued.