webnovel

Naruto Story : Love, Decision, And Hatred

Dua tahun telah berlalu sejak perang dunia shinobi ke-4. Semua kembali normal Sasuke telah kembali dan menjalani petualangan bersama tim taka. Naruto mulai belajar untuk mengejar mimpinya sebagai Hokage dan Sakura mulai menyadari perasaannya terhadap Naruto telah berubah. Sementara itu sosok misterius muncul mengancam kedamaian dunia shinobi apa yang akan terjadi? Naruto masih milik paman Masashi Kishimoto

VaughnLeMonde · Anime & Comics
Not enough ratings
40 Chs

Chapter 2 : Unexpected Gift

Naruto dan Konohamaru sedang berjalan di jalanan desa, menuju suatu tempat, sambil berbincang tentang masa lalu mereka dulu sebagai rival maupun saat Naruto berperan sebagai senseinya, mengajarkan jurus jurus baru kepada Konohamaru.

"Hah sepertinya aku sudak tertinggal sangat jauh denganmu Naruto Nii-chan"

Konohamaru hanya menunduk lesu, setelah mendengar kabar bahwa Naruto lah yang akan menjadi Hokage selanjutnya setelah Kakashi yang berperan sebagai hokage keenam pensiun.

"Hehehe apa maksudmu Konohamaru?aku masih menganggapmu sebagai rival kok"

Naruto hanya terlena setelah mendengar pujian dari Konohamaru, sambil tersenyum khasnya dia mencoba membuat Konohamaru semangat kembali.

"Wooh benarkah!!"

"Hooh"

Mendengar perkataan Naruto membuat Konohamaru menatap Naruto dengan mata yang berbinar binar, sedangkan disisi lain Naruto hanya mengacungkan jempolnya sambil tersenyum kepada Konohamaru.

Saat masih asik mengobrol dan tertawa, tanpa mereka berdua sadari tiga orang gadis remaja desa sedang berlari mendekati mereka, masing masing dari mereka membawa sebuah kotak berbeda ukuran dengan sebuah pita diatas setiap kotaknya.

"Naruto san!"

"Tolong terima kado festival musim semi dari kami!"

Sekarang tiga gadis remaja tersebut sedang membungkuk di depan Naruto dan Konohamaru, sambil mengulurkan kotak yang dibawa oleh mereka kepada Naruto, membuat Naruto hanya bisa menaikan salah satu alisnya, agak heran dengan kelakuan tiga gadis remaja tersebut.

"Ehh terima kasih atas kadonya"

Naruto hanya bisa tersenyum sambil menerima kado dari tiga Kunoichi itu, namun belum sempat Naruto membalas sapaan mereka, tiga kunoichi itu sudah berlari meninggalkan Naruto yang kembali menunjukkan ekspresi herannya.

Kejadian yang sama terus berulang selama perjalanan, Naruto dan Konohamaru  selalu didatangi oleh para gadis remaja yang membawa hadiah festival musim semi untuk Naruto. Membuat makin Lama mereka berjalan, hadiah yang diterima oleh Naruto semakin banyak, membuat Naruto semakin tidak sanggup membawa hadiah yang semakin banyak itu dengan tangannya sendiri.

Akhirnya membuat Konohamaru  yang sedari tadi hanya melihatnya, harus membantu pemuda berambut pirang itu membawa hadiah yang bertumpuk di kedua tangan Naruto.

"Aku mulai mengerti apa yang dirasakan Sasuke dulu" batin Naruto.

Karena merasa kesulitan, akhirnya Naruto berinisiatif untuk membuat beberapa bunshin, menyuruh para bunshinnya untuk membawa hadiah hadiah itu ke apartemennya, dan akhirnya dia kembali melanjutkan perjalanannya bersama Konohamaru setelah para bunshinnya pergi meninggalkan mereka berdua sambil membawa hadiah yang sudah menumpuk seperti gunung itu.

Tidak beberapa lama mereka berdua berjalan, akhirnya mereka sampai di tempat yang dimaksud oleh Konohamaru. Terlihat sekarang Konohamaru dan Naruto berada di depan sebuah tempat yang tak lain adalah tempat pengungsian saat penyerangan pain dua tahun lalu.

"Hei untuk apa kau membawaku kemari?"

Naruto hanya melihat ke arah bangunan yang sepertinya sudah terbengkalai dengan ekspresi heran.

"Sudahlah ayo ikuti aku, kejutannya ada dibawah sini"

Konohamaru yang mendengar perkataan Naruto segera bergerak ke arah sebuah ruangan sambil meminta Naruto untuk mengikutinya.

Mereka berdua kemudian memasuki salah satu ruangan yang berada di bangunan tersebut. Naruto yang sudah memasuki ruangan tersebut hanya bisa melihat ruangan gelap yang disisinya dipenuhi oleh rak yang berisi kotak kotak penyimpanan.

Konohamaru segera mengambil sebuah senter, lalu melihat sekeliling dan segera mengeluarkan sebuah kotak penyimpanan dari raknya, Setelah itu menaruh kotak tersebut di lantai tepat di depan Naruto berdiri.

Konohamaru lalu segera membuka kotak tersebut memperlihatkan beberapa mainan dan benda benda lainnya yang berada di kotak tersebut.

"Disini tempatnya klan Sarutobi menyimpan barang barang yang sudah tidak terpakai, lalu saat aku sedang membersihkan gudang ini, aku melihat kotak ini, dan barang barang yang ada didalamnya bukan berasal dari klanku, saat kubaca surat di dalamnya ternyata ini untukmu, Naruto Nii-chan!"

Konohamaru hanya bisa tersenyum kepada Naruto, sebelum dirinya kemudian menunduk melihat ke arah kotak itu sekali lagi.

"Gomen Naruto Nii-chan aku baru memberitahumu hari ini"

Konohamaru segera melanjutkan kata katanya yang sempat terhenti, sedangkan di sisi lain Naruto hanya bisa tersenyum sambil melihat ke arah Kotak tersebut.

"Tidak, harusnya aku berterima kasih kepadamu, konohamaru"

Pandangan Naruto kemudian teralihkan ke arah suatu benda yang menarik perhatiannya, lalu segera dia ambil benda itu, yang tak lain adalah sebuah syal berwarna hijau. Saat sedang mengambil Syal tersebut suatu surat terjatuh dari syal tersebut, membuat Naruto segera mengambil surat yang jatuh itu dengan salah satu lengannya.

"Hei apa kau menemukan sesuatu yang menarik?"

Konohamaru hanya memandang Naruto dengan wajah penasaran, setelah melihat pemuda berambut pirang itu mengambil salah satu benda dari kotak tersebut.

"Sesuatu yang sangat berharga"

Naruto hanya menjawab singkat Konohamaru, pandangannya hanya melihat ke arah surat tersebut, lalu senyum kecil mulai terlihat di wajahnya setelah membaca isi surat tersebut.

Sementara itu tidak jauh dari desa Konoha, tepatnya di salah satu hutan perbatasan negara api, terlihat Hyuga Hiashi beserta dua pengawalnya sedang berbicara dengan seseorang yang berkulit pucat, sosok itu sedang berdiri di depan Hiashi sambil membelakangi bulan purnama.

"Jadi apa jawabanmu Tuan Hiashi?"  "Tidak, dia bisa memilih takdirnya sendiri!"

Mendengar sosok misterius itu mulai berbicara, membuat Hiashi hanya bisa meninggikan Nada bicaranya, menandakan penolakannya terhadap apapun hal yang mereka bicarakan sebelumnya.

"Bukan itu jawaban yang ingin kudengar Tuan Hiashi"

Sosok misterius hanya bisa tersenyum mendengar Hiashi yang sudah meninggikan nada bicaranya, namun tidak beberapa lama beberapa sosok misterius yang dibalut dengan perban disekujur tubuhnya muncul dari belakang sosok misterius itu, membuat ekspresi Hiashi dan kedua pengawalnya berubah.

"Siapkan diri kalian!"

Hiashi dan kedua pengawalnya segera memasang sikap bertarung, dengan begitu pula beberapa sosok yang berbalut perban mulai menyerang mereka bertiga. Karena kalah jumlah,  Hiashi segera meminta kepada kedua pengawalnya untuk mundur, kembali ke desa Konoha. Kedua pengawal itu hanya mengangguk dan segera mengikuti Hiashi dari belakang.

Keadaan semakin sulit bagi Hiashi  karena kedua pengawalnya sudah tertangkap oleh sosok yang berbalut perban itu, membuat keadaan semakin buruk, karena hanya dia sendiri sekarang yang memegang tanggung jawab untuk memberikan informasi penting ini kepada Hokage.

Namun dirinya sama sekali tidak diberikan waktu untuk berpikir setelah beberapa sosok berbalut perban masih senantiasa mengikuti Hiashi dari belakang, dan beberapa dari mereka mencoba menembakan sebuah bola chakra emas dari tangan mereka kearah Hiashi.

"Duar" "duar"

Hampir saja Hiashi terkena bola emas itu, dampak kerusakan bola emas itu juga tidak bisa diremehkan, karena dapat membuat sebuah pohon besar tumbang akibat dari ledakan yang ditimbulkannya. Melihat hal ini Hiashi merasa tidak mungkin lagi kembali ke desa, karena akan membahayakan warga desa jika beberapa sosok berbalut perban itu mengikutinya kembali ke desa.

Akhirnya setelah berpikir panjang, Hiashi memutuskan untuk mengorbankan dirinya, dengan menuntun para pengejarnya ke sebuah gua yang berada di sekitar tempatnya berada.

Hiashi masih berusaha menghindari bola emas itu sambil bergerak memasuki gua, hingga tidak menyadari dirinya sekarang sudah terpojok di ujung gua. Membuat para pengejarnya bergerak mendekat kearahnya sambil mengarahkan bola chakra emas ke langit langit gua. Hiashi sadar dengan apa yang akan mereka lakukan, namun sebelum bertindak, dirinya sudah dikagetkan dengan reruntuhan langit gua yang jatuh ke arahnya akibat dari ledakan bola emas itu.

Setelah memastikan Hiashi tertimpa oleh reruntuhan, beberapa sosok itu mulai menjadi transparan dan menghilang entah kemana.

Dalam waktu yang sama, tidak jauh dari lokasi Hiashi berada, seorang wanita berambut merah yang menggunakan kacamata baru saja mendengar ledakan dari arah tempat Hiashi berada, membuat wanita itu segera mengaktifkan kemampuan sensor jarak jauhnya.

"Karin apa yang kau lihat?"

Suara datar itu sukses membuat wanita yang dipanggil dengan namanya itu segera mengalihkan pandangannya ke arah suara itu berasal, dari arah suara itu terlihat seseorang yang menggunakan mantel berwarna hitam dan mata kirinya yang tertutup oleh rambut hitamnya menyisakan mata kanannya yang sedang melihat ke arah wanita tersebut.

"Ehh Sasuke-kun, sejak kapan kau disana?"

Karin sangat kaget setelah melihat sosok itu, yang ternyata adalah Sasuke, membuat dirinya tersipu malu, ditandai dengan rona merah yang muncul disekitar pipinya.

"Baru saja, aku baru bangun dan menyadari kau tidak berada di sekitar tempat kita berkemah"

Sasuke masih saja memberikan pandangan datarnya kepada Karin.

"Ehh apakah dia mengkhawatirkan aku?" batin Karin.

Seketika itu pula wajah Karin semakin memerah, setelah memikirkan Sasuke yang dia rasa mengkhawatirkan dirinya.

"Hei kau kenapa?"

Sasuke segera bergerak mendekati Karin, khawatir setelah melihat wajah karin yang memerah setelah bertemu dengannya.

"Ehh aku ga apa apa Sasuke-kun"

Karin yang menyadari kedatangan Sasuke, segera memalingkan wajahnya dari pemuda berambut hitam itu, berusaha menutupi wajah merahnya, takut Sasuke menyadarinya.

"Tapi Sasuke-kun, tadi aku mendengar suara ledakan dari arah utara, melihat dari pergerakan chakranya, sepertinya terjadi pertarungan disana"

Karin segera berusaha tenang, kemudian segera menatap Sasuke dengan tatapan seriusnya.

"Tapi sepertinya apapun itu, mereka sepertinya sudah selesai dengan urusannya, melihat beberapa chakra yang mengikuti chakra yang satunya menghilang secara tiba tiba"

Mendengar perkataan Karin, membuat ekspresi Sasuke berubah, segera dia melihat kearah yang ditunjuk oleh Karin. Namun tidak beberapa lama ekspresinya berubah kembali, merasa tidak melihat apapun karena letak tempatnya yang terlalu jauh, membuat Sasuke mengalihkan pandangannya pada Karin sebelum mulai berbicara.

"Baiklah kau bersiap, aku akan bangunkan Jugo dan Suigetsu, setelah itu kau tunjukan jalannya karin"

Sasuke segera bergerak ke sebuah tempat sambil meminta Karin untuk mengikutinya.

Kembali ke desa Konoha, lebih tepatnya ke sebuah mansion dengan tulisan Hyuga di sisi luar gerbangnya, terlihat di dalam sebuah ruangan yang berada di area mansion itu, seorang kunoichi dengan mata putihnya, sedang melihat ke arah bulan purnama yang indah, sambil memegang sebuah kantong kertas di dadanya yang berisi sebuah syal merah tua.

"Hari ini aku akan mengungkapan perasaanku kepada Naruto-kun" batin Hinata.

Tanpa Hinata sadari seseorang gadis remaja sedang melihatnya dari balik pintu, dan memutuskan untuk mendekati Hinata yang sedang asik dengan pikirannya sendiri.

"Nee chan, kau sedang apa?"

Mendengar suara lembut itu, membuat rona merah disekitar pipi Hinata, takut seseorang itu menyadari  apa yang sedang dia pikirkan.

"Ha-na-bi! sejak kapan kau disitu?"

Hinata segera menyadari siapa orang yang memanggilnya, setelah melihat ke arah sumber suara itu berasal.

"Baru saja, ohh iya aku mau memberitahumu aku akan pergi keluar desa selama tiga hari,untuk melakukan misi bersama timku"

Hanabi hanya polos menjawab Hinata, tidak menyadari rona merah yang muncul disekitar pipi Hinata. Hinata yang mendengarnya hanya bisa bernapas lega, lalu segera tersenyum ke arah gadis remaja itu.

"Ohh, kalau begitu bolehkah aku mengantarmu sampai gerbang desa?"

Mendengar pertanyaan Hinata, membuat Hanabi hanya menatapnya dengan dengan pandangan kosong, lalu segera mendekati kakaknya itu yang berada di seberang ruangan.

"Nee chan ini, tentu saja! kau kan selalu mengantarku setiap aku pergi misi keluar desa!"

"Hihihi gomena Hanabi"

Hanabi hanya bisa mendengus sebal, sebelum menarik tangan Hinata, sedangkan disisi lain Hinata hanya bisa terkikik geli sambil melihat ke arah Hanabi yang sedang menariknya keluar dari ruangan tempat asalnya.

Sementara itu masih di waktu yang sama, tepatnya di rumah sakit konoha, di salah satu ruangannya, terlihat Sakura masih sibuk dengan sebuah benda dimeja dokternya.

Sakura terlihat sangat fokus mengalirkan chakranya kearah benda yang dipegangnya yang tak lain adalah kalung milik Naruto pemberian dari Tsunade Baa-chan.

"Tok-tok"

Mendengar pintu ruangannya diketuk, membuat Sakura segera menghentikan kegiatan yang dilakukannya dan segera menyuruh orang yang mengetuk pintunya untuk masuk keruangannya. 

"Masuk, eh shisou ada apa?"

Sakura seketika itu kaget, setelah melihat Tsunade muncul dari balik pintunya.

"Kau masih belum pulang sakura?bukannya shift malammu minggu depan?"

Tsunade hanya bisa mengerenyitkan dahinya, melihat Sakura yang masih duduk dibelakang mejanya, Tsunade juga heran melihat meja dokter Sakura yang terlihat belum dirapihkan, menandakan dokter berambut merah muda itu belum ada niatan untuk pulang dari rumah sakit.

"Ehh tidak apa apa shisou aku hanya sedang betah di rumah sakit"

Sakura segera mencari alibi, takut shisounya itu mengetahui apa yang dia lakukan di ruangannya itu.

"Alasan macam apa itu? ohh...aku tau! ternyata itu ya? jadi kau berhasil memperbaikinya ya"

"Ehh"

Terlambat bagi Sakura untuk mengelabui shisounya itu, Tsunade segera menyadari apa yang dilakukan Sakura, setelah melihat sebuah benda yang berusaha disembunyikan oleh dokter muda itu. Sedangkan di sisi lain Sakura hanya bisa tersipu malu setelah menyadari shisounya itu mengetahui apa yang dia lakukan.

"Berikanlah dia pasti suka"

Tsunade hanya bisa tersenyum melihat perubahan ekspresi Sakura, dia tau kepada siapa Sakura akan memberikan benda itu, Sedangkan Sakura hanya bisa menundukan wajahnya, berusaha menutupi wajahnya yang memerah karena mendengar perkataan Tsunade.

"Hai hai Shisou, kalau begitu aku pergi dulu"

Sakura berusaha tenang lalu segera bangkit dari tempat duduknya, membereskan beberapa berkas dimejanya, lalu segera beranjak pergi sambil memberikan hormat kepada Shisounya itu.

"Kau sudah tumbuh besar ya Sakura" batin Tsunade.

Tsunade hanya bisa tersenyum sambil melihat ke arah Sakura yang semakin menjauh dari pandangannya.

To Be Continued