webnovel

Naruto Story : Love, Decision, And Hatred

Dua tahun telah berlalu sejak perang dunia shinobi ke-4. Semua kembali normal Sasuke telah kembali dan menjalani petualangan bersama tim taka. Naruto mulai belajar untuk mengejar mimpinya sebagai Hokage dan Sakura mulai menyadari perasaannya terhadap Naruto telah berubah. Sementara itu sosok misterius muncul mengancam kedamaian dunia shinobi apa yang akan terjadi? Naruto masih milik paman Masashi Kishimoto

VaughnLeMonde · Anime & Comics
Not enough ratings
40 Chs

Chapter 18 : Fuushin

Dingin...

Angin malam pada hari itu sangat menusuk, membuat seorang pemuda pirang bangun dari tidurnya, sendirian di atas padang rumput yang sangat luas.

"Brr"

Walupun tubuhnya ditutupi oleh jaket berwarna hitam, Naruto masih saja merasakan dinginnya angin malam itu, angin malam itu benar benar telah mengganggu tidur indahnya,

Ya sangat mengganggu.

"Euh, aku ada dimana?"

Bukan hal aneh untuk Naruto menanyakan hal itu, seingatnya dia baru saja tidur di sebuah rumah kayu bersama Sakura, namun yang dilihat mata shappirenya bukanlah sebuah dinding kayu, maupun Sakura yang seharusnya tertidur disampingnya.

Mata birunya hanya melihat sebuah padang rumput yang sangat sepi, bahkan suara jangkrik tidak terdengar pada malam itu, hanya suara hembusan angin yang didengar oleh telinga sang pemuda,

Apakah dirinya saat ini sedang bermimpi?

Entahlah, baginya semua ini terasa nyata, melihat dirinya yang menggigil akibat angin malam yang berhembus kencang.

"Ah, apakah aku meninggalkan tempat kemah?"

Naruto mulai bertanya tanya pada dirinya sendiri, mulai mencoba menulusuri ingatannya, berharap bisa memperjelas mengapa dirinya bisa berada di tempat ini.

Namun sekeras apapun Naruto berusaha dirinya hanya bisa mengingat kejadian itu, tidur bersama Sakura di sebuah rumah kayu.

Apakah kejadian itu mimpi?

Tidak, itu terasa nyata sekali untuk disebut mimpi baginya.

"Ah, lebih baik aku mencari Sakura saja"

Naruto lantas bangkit dari posisinya, mencoba mencari keberadaan sang pujaan hati, berharap yang dicari bisa menjelaskan kenapa dirinya bisa berpisah dengan sang ninja medis.

"Ah, sial!"

Umpatan terdengar dari mulut si pemuda, begitu pula dengan dahinya yang mulai mengerenyit, sadar akan suatu hal,

Dirinya saat ini baru saja tersesat.

Pemuda itu merasa sedikit frustasi, mengetahui padang rumput yang baru saja ditingalkannya ternyata dikelilingi oleh pohon pohon yang cukup tinggi, ya sekarang dia tersesat di sebuah hutan antah berantah.

Srkk...

Dibalik kesunyian hutan pada malam itu, terdengar suara yang begitu jelas ditelinga Naruto, suara sebuah daun yang terinjak oleh sesuatu, cukup untuk membuat si pemuda  menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, berharap jika dirinya tidak sendirian di hutan yang sepi dan cukup menyeramkan ini,

ya kenapa tidak?

Miauw...

Timbul raut kekecewaan di wajah Naruto, mendapati harapannya yang hilang sesaat setelah munculnya seekor kucing hitam dari balik semak semak.

"Hanya kucing toh.."

Tidak mau terlalu lama di hutan yang menyeramkan itu, lantas membuat Naruto mulai melanjutkan langkahnya kembali, namun kali ini tidak secepat langkahnya yang sebelumnya, toh ternyata dia tidak sepenuhnya sendiri di tempat ini, ada juga kucing yang sama tersesat seperti dirinya.

Miauw..

Si kucing kembali bersuara, membuat si pemuda menghentikan langkahnya dan menolehkan pandangannya ke arah si kucing hitam.

"Ada apa? kau lapar?"

Si kucing hanya diam kembali, tidak mengerti dengan perkataan si pemuda, membuat yang dicampakan hanya bisa menghela nafasnya, merasa bodoh mengajak seorang kucing berbicara.

"Aku tidak punya makanan, lagi pula saat ini aku juga tersesat sama sepertimu"

Naruto sedikit merasa jengkel setelah si kucing yang hanya diam tadi, malah semakin menatapnya dengan pandangan memelas, sebenarnya dia juga tidak tega, tapi apa daya seingatnya bekal yang dibawanya selalu berada di tas,

Dan saat ini dia tidak tahu tasnya ada dimana.

Miauw..

Si kucing seakan tidak mendengarkan perkataan Naruto, setelah dirinya mulai mendekat ke arah si pemuda, dan mulai mengelus eluskan kepalanya pada kaki Naruto.

Sedikit hilang perasaan jengkel di hati Naruto, terlihat dari wajahnya yang mengukir senyuman yang ditunjukkan untuk si kucing, perlahan si pemuda mulai membungkukkan badannya, berusaha mengelus kepala si kucing dengan lembut.

Si kucing sendiri terlihat sangat menikmati elusan tangan si pemuda, menambah perasaan hangat di hati sang pemuda,

Ya setidaknya dia punya teman yang menghilangkan rasa kesendirian di hutan antah berantah ini.

"Ah, bagaimana kalau kau membantuku mencari tasku, mungkin aku bisa memberikan makanan setelah kau menemukannya"

Seakan tidak pernah belajar dari kebodohannya mengajak seekor kucing berbicara, Si pemuda malah kembali mengajak si kucing berbicara, berharap si kucing mempunyai kemampuan yang sama seperti anjing kuchiyose milik senseinya itu,

Tapi tunggu dulu..

Pemikiran bodoh macam itu!

Si pemuda mulai menepuk dahinya, sadar akan kebodohan yang selalu lekat dengan dirinya,

Mengajak seekor kucing berbicara?

Berharap Kucing memiliki penciuman seperti anjing?

Yang benar saja.

Miauw!

Respon tidak terduga ditunjukkan si kucing, terlihat antusias mendengar perkataan Naruto sebelumnya, lantas mulai bergerak ke arah suatu tempat, membuat si pemuda yang melihatnya hanya bisa menaikkan salah satu alisnya.

Miauw!

Si kucing sempat menghentikan langkahnya, dan menolehkan kepalanya kearah si pemuda yang masih diam ditempatnya.

"Apa dia baru saja mengatakan, ikut aku?"

Entahlah..

Sekarang dia mulai mengerti bahasa kucing?

Yang benar saja!

Tidak ada salahnya berharap bukan?

Si pemuda mencoba kembali fokus, lantas mulai mengikuti langkah si kucing dari belakang, berharap setidaknya si kucing bisa membantunya keluar dari hutan ini.

Entah mungkin dirinya yang terlalu fokus mengikuti langkah kecil si kucing, membuat Naruto tidak sadar akan suasana yang perlahan mulai terasa mencekam, apalagi melihat langit yang mulai memerah, disebabkan oleh si bulan yang perlahan berubah warna menjadi warna merah darah yang sangat menyeramkan.

Barulah si pemuda mulai sadar, setelah langkah si kucing tiba tiba berhenti di suatu jalan, sebuah jalan yang baru saja disadari Naruto, entah sudah berapa lama dirinya keluar dari hutan menyeramkan itu, melihat keadaan sekitar yang sudah berubah, menampakan jalan besar, namun tetap saja tidak menemukan keberadaan sang pujaan hati.

Mata sapphirenya seketika membulat, di ikuti dengan hilangnya sosok kucing hitam yang sekarang sudah tidak ada di depannya lagi, muncul setetes air keringat kecemasan di wajahnya, bahkan bisa dibilang wajahnya menampilkan sebuah rasa takut sekaligus tidak percaya.

"A-pa ini?"

Perkataannnya sempat terbata bata, masih tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh mata shappirenya,

Sebuah gerbang yang sangat dikenalinya...

Ya gerbang desa Konoha yang sudah tiga bulan dia tinggalkan.

Tapi fokus si pemuda tidak mengarah kepada gerbang yang menjulang tinggi itu, melainkan apa yang terjadi dibalik gerbang itu.

Ini adalah ketakutan terbesarnya.

Suasana mencekam yang sedari tadi tidak disadarinya akhirnya muncul, bersamaan dengan bulan merah darah yang semakin membesar jika dilihat.

Membuat si pemuda berlari dengan perasaan cemas dan takut ke arah gerbang desa yang nampak sangat horor malam itu,

Kepulan asap dimana mana...

Rumah rumah terbakar.....

Suasana panas yang tidak masuk akal pada malam itu.

Bau amis yang sangat menyengat.

Mayat mayat yang berserakan sepanjang jalan.

Kubangan berwarna merah segar menambah kesan horor pada malam itu.

Dan akhirnya langkah si pemuda terhenti.

Melihat beberapa sosok terbujur kaku di depannya dengan mata terbuka.

"Sasuke.., Shikamaru..., Chouji? apa yang terjadi disini?!"

Yang dipanggil tidak menyahut, membuat si pemuda sadar akan apa yang baru saja terjadi,

Ya semua temannya mati di depan matanya sendiri.

Si pemuda yang sebelumnya berlari, sekarang hanya bisa memasang muka muram dan berjalan perlahan, merasakan sebuah ketidak berdayaan dan ketakutan di dalam dirinya.

"Alis tebal, Shino, Kiba."

Semakin jauh si pemuda berjalan, semakin banyak tumpukan mayat dihadapannya, semakin memperlihatkan dengan jelas keadaan semua teman temannya yang baru saja dia tinggalkan tiga bulan lalu,

Terbujur kaku, dengan mata terbuka.

"Kakashi sensei..."

Pandangannya semakin muram, ketidakberdayaan semakin memenuhi hatinya,

Tidak ada satupun yang selamat...

"Na-ru-to"

Kali ini mata shappirenya mulai membulat, lirihan yang terasa menyakitkan itu terdengar begitu jelas pada malam itu,

dan dia sangat kenal dengan suara itu.

Ketakutan mulai memenuhi hati kecilnya, lantas berlari cukup kencang ke arah sumber suara, mencoba menepis semua pikiran negatif di kepalanya,

Tidak...

Tidak mungkin...

Jangan sampai....

Namun semua usaha itu sia sia, setelah mata shappirenya melihat semua jawaban dari rasa takutnya,

Tidak jauh dari tempat si pemuda berdiri, sosok berambut merah muda terbaring kaku, sosok yang dicari cari telah ditemukan, namun tidak dalam keadaan yang diharapkan sang pemuda,

Terbujur kaku dan bersimbah lautan darah.

"Sakura!"

Si sosok yang dipanggil sedikit menolehkan kepalanya, sedikit memberi secercah harapan kepada si pemuda,

Apakah dia masih hidup?

Tidak!

Dia masih hidup aku tau itu!

Naruto sekarang sudah berada di samping sosok itu, membungkukkan badannya dan perlahan mulai mengangkat sang pujaan hati yang terlihat sangat lemah itu.

"Naruto, kaukah itu..?"

"Aku disini Sakura! bertahanlah! aku sedang mencoba menyembuhkanmu"

Kurama!

Kurama!

Tidak ada sahutan dari si rubah, semakin membuat Naruto ketakutan,

Apa ini?

Kenapa dia tidak menjawab panggilanku?

Si pemuda yang merasa tidak mendapatkan jawaban mencoba kembali fokus, berharap dengan cemas sosok yang berada di tangannya tetap menujukkan tanda tanda kehidupan.

"Naruto... kenapa kau pergi? jika kau tidak pergi.... kau pasti bisa menyelematkan kami semua..."

"Aku disini Sakura! bertahanlah sebentar lagi!"

Air mata mulai menetes, menghilangkan bercak bercak darah di wajah sang kunoichi,

Naruto tidak bisa menahan air matanya.

Tidak setelah akhirnya, mata emerald Sakura yang sekarang hanya menatap kosong kepada si pemuda.

"Sakura? bangun Sakura! tolong jangan tingalkan aku!"

Si pemuda hanya bisa membekap badan yang sudah terasa dingin itu ke dalam pelukannya, mulai menangis di atas bahu sang kunoichi, hatinya dipenuhi oleh ketidakberdayaan dan penyesalan.

Hiks.. Hiks...

Sakura...

"Tidaakkk!"

Hah... Hah...

Nafas si pemuda mulai tersengal sengal, diikuti dengan mata shappirenya yang mulai memperhatikan keadaan sekitar,

Dinding kayu?

Sebuah matras?

"Tidak ada darah.."

Sakura juga tidak ada...

"Sakura!"

"Akkkhhhhhhh!!"

Si pemuda mencoba menghilangkan bayangan kejadian itu,

Sosok Sakura yang mati ditangannya.

Mencoba menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, berharap ingatannya tentang kejadian itu segera hilang dari kepalanya.

Sementara itu sosok yang merasa terpanggil, mulai menghampiri ke arah sumber suara, terlihat dahinya yang mulai mengerenyit, merasa kesal dengan pemuda yang baru saja meneriaki namanya,

"Jangan teriak pagi pagi Naru-"

Si gadis tidak dapat melanjutkan kata katanya, setelah melihat wajah si pemuda yang menatap kosong pada dirinya, matanya yang sembap, rambutnya yang acak acakan, dia terlihat sangat kacau malam itu.

"Ada apa Naruto?"

Si gadis mulai menampakan kecemasan di wajahnya, merasakan sebuah ketakutan terpancar di wajah sang pemuda,

dan juga perasaan lega mungkin?

"Sakura, apakah itu kau, Sakura chan?"

Si pemuda masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini, sang pujaan hati terlihat baik baik saja, mata emeraldnya menunjukkan kehidupan yang sangat kuat,

Bukan lagi pandangan kosong, dan bercak darah yang menghiasi wajah si gadis.

"Tentu saja bodoh! ada apa? kau terlihat sangat kacau.. dan juga berhenti memandangku seperti melihat hantu, Naruto!"

Si gadis sekarang sudah berada di depan Naruto, menghapus jarak diantara kedua insan itu, walaupun perkataannya menunjukkan kekesalan, tidak bisa ditampik terpancar kekhawatiran dari tatapan mata emeraldnya.

Khawatir dengan si pemuda yang terlihat sangat menderita.

"Akkhhhhhh"

Lagi dan lagi, entah sudah berapa kali kepalanya berdenyut, sangat menyakitkan bagi Naruto, apalagi denyutan itu juga diikuti dengan bayangan kejadian mengerikan itu,

Naruto tidak tahan...

Semua bayangan itu terasa sangat nyata...

Dan dia tidak mau menganggap itu sebagai kenyataan...

Apakah itu gambaran masa depan?

Tidak!

Naruto berusaha menghapus pikiran mengerikan itu, tidak mau berspekulasi saat dirinya yang masih merasakan sakit tak tertahan di kepalanya.

Sementara si gadis sepertinya mulai tersadar, mendengar teriakan yang menyakitkan itu membuat dirinya semakin khawatir,

Ada yang salah dengan Naruto.

Apakah dia bermimpi buruk?

Tidak... ini lebih seperti trauma.

Dan sekarang dia sedang kesakitan...

"Naruto..."

Si pemuda tidak menyahut, masih terus mencoba menutup wajah dengan kedua tangannya, tidak mau melihat lagi gambaran mengerikan itu, dan entah kenapa saat melihat Sakura,

Bayangan itu kembali lagi.

Pagi hari itu tidak terasa sunyi lagi, teriakan teriakan menyakitkan memenuhi ruangan kecil itu, membuat si gadis yang mendengar ikut merasakan.

Hatinya begitu sakit melihat sang cahaya mentari berteriak kesakitan, cahaya mata shappirenya mulai padam namun tetap terbuka,

Terbuka dengan tatapan kosongnya.

"Naruto..."

Si gadis sudah tidak tahan, lantas membekap sang pemuda kedalam pelukannya,

Setidaknya mencoba menenangkan hati sang pemuda yang terlihat sangat kacau itu.

"Sudah cukup Naruto... aku ada disini.. tenanglah... kau yang seperti ini membuatku ketakutan.."

Ya, takut cahaya mentari hilang dari sang pemuda.

Sementara si pemuda sudah mulai lelah, pandangannya kosong, sangat lelah bergelut dengan rasa sakit di kepalanya.

Si pemuda hanya diam, mulutnya tak mampu berbicara, tangannya terlalu lemah untuk digerakan,

Tapi entah kenapa dia nyaman dengan itu..

Mungkin karena perasaan hangat dipeluk oleh sang pujaan hati?

Entahlah...

Saat ini pikiran sang pemuda sudah mulai kosong, kepalanya tidak lagi berdenyut, badannya sudah lelah,

Bukankah aku baru saja tertidur?

Tapi kenapa aku lelah sekali...

Pluk..

Si pemuda sudah tidak bisa menahan rasa lelah, membuatnya menenggelamkan kepalanya di atas pundak seseorang.

Sementara Sakura masih setia memeluk sang pemuda, tidak berniat melepaskan rasa nyamannya memeluk sang pemuda,

Sebelum akhirnya..

Zzzzzz..zzzz....

"Are, dia sudah tertidur rupanya?"

Si gadis sudah melepaskan pelukannya, mencoba menahan si pemuda agar tidak terjatuh dengan kedua tangan mungilnya,

"Dasar si bodoh ini, tertidur lagi eh?"

Naruto benar benar seperti mengerjai gadis itu, baru selang beberapa menit membuat si gadis ketakutan, sekarang si pemuda malah pergi tidur tanpa memberinya penjelasan yang berarti.

Setidaknya dia sudah mulai tenang bukan?

Itu cukup bagiku.

Senyum kecil terpancar di wajah Sakura, sesuatu yang hanya ditunjukkan untuk sang pemuda yang sudah tertidur pulas, lantas mulai membaringkan tubuh sang pemuda dengan hati hati, mencoba tidak membangunkannya.

Namun tidak dipungkiri, kekhawatiran masih melekat di hati kecilnya, khawatir si pemuda bersurai pirang kembali berperilaku aneh seperti tadi.

"Apa dia bermimpi buruk ya?

Sakura mencoba menerka nerka, apa yang sebenarnya terjadi sewaktu dia meninggalkan Naruto sendirian di kamar itu,

Mungkinkah Naruto bermimpi buruk?

Atau ada sesuatu yang lain?

Sakura mencoba menepis semua pikirannya, lantas menempatkan salah satu tangannya di atas dahi si pemuda, mulai mengalirkan chakra hijaunya, mencoba memastikan kondisi kesehatan Naruto.

"Tidak ada yang salah.. mungkin dia hanya bermimpi buruk"

Menggunakan chakranya, Sakura mencoba menghilangkan rasa sakit di kepala si pemuda, sadar si pemuda yang selalu memegang kepalanya dari tadi.

"Hmm, mungkin obat itu akan berguna, tapi apakah aku bisa menemukan bahannya ya?"

Sakura seakan teringat sesuatu, sesuatu yang mungkin berguna bagi Naruto, lantas mulai mencoba bersiap siap untuk mencari sesuatu yang dimaksud, namun sebelum itu sepertinya dia harus berpamitan.

"Naruto, aku pergi sebentar ya.."

Cup..

Sekilas Sakura mencium dahi sang pemuda, membuat wajah si pemuda sekilas lebih tenang sekarang.

"Tidur yang nyenyak Naruto."

Dengan begitu Sakura mulai berdiri, beranjak menuju pintu keluar rumah, dan mulai melenggang pergi,

Meninggalkan Naruto sendirian di rumah tersebut,

Untuk sementara tentunya..

Drap... Drap...

Suara langkah terdengar begitu jelas di lorong terang itu, suara langkah yang berasal dari sekolompok orang, dengan pasti melangkah menuju suatu tempat.

Tep..

Langkah semua orang terhenti, mendapati sebuah pintu dihadapan mereka, si pemuda berambut raven mulai melangkah maju, mencoba memimpin sekelompok orang itu.

Cklek..

Pintu terbuka, di ikuti dengan suara langkah kaki, semua orang baru saja memasuki ruangan itu, ruangan yang terlihat mewah baru saja menyambut mereka, dan tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Ah,Selamat datang!"

"Namaku Oyashiro En, senang bertemu denganmu"

Sosok yang memperkenalkan dirinya itu mulai berjalan ke arah tempat Sasuke berdiri, lantas mengangkat salah satu lengannya, berusaha mengajak Sasuke untuk berjabat tangan.

Drap.. Drap...

Sasuke hanya melenggang maju, mendapati sosok yang berada di depannya itu bukanlah sosok yang dia cari.

Oyashiro yang tidak mau terlalu canggung mulai mengarahkan lengannya ke arah Orochimaru.

"Ah sudah lama tidak bertemu Tuan Orochimaru."

Sama halnya seperti Sasuke, Orochimaru juga melenggang maju, entah mengapa dirinya sangat menarik untuk selalu mengikuti langkah si pemuda.

Sementara ketiga teman Sasuke memilih untuk keluar dari ruangan, berusaha menghindari situasi yang tiba tiba berubah menjadi sangat canggung.

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu, sepertinya kau mulai sedikit berubah Tuan Oyashiro, atau mungkin bisa kupanggil dengan Fuushin si penguasa pasar gelap"

Orochimaru membalikkan badannya, mulai menatap sosok pak tua kacamata yang sedari tadi melihat kearah Sasuke.

"Ah, aku tidak ingat kapan terakhir kali kita bertemu, dan tolong panggil aku dengan nama asliku saja"

Oyashiro hanya tersenyum ramah kepada Orochimaru, setelah merasa situasi canggung mulai menghilang dari ruangan itu.

"Kau sudah sangat berubah, tidak biasanya kau sesantai ini dengan orang asing, tuan Oyashiro"

Orochimaru mulai menyeringai, mendapati sosok rekan bisnis lamanya itu, ternyata sudah berubah menjadi sosok yang lebih ramah dan santai.

"Ah benarkah, mungkin karena aku sedang tertarik dengan sesuatu"

Oyashiro lantas mengarahkan kedua bola mata yang berada di balik kacamatanya, tentu saja ke arah tempat Sasuke berdiri sekarang, begitu jelas ketertarikan itu ditujukkan kepada Sasuke seorang.

"Silahkan duduk"

Oyashiro mulai mempersilahkan kedua tamunya untuk duduk di sofa yang telah dia sediakan.

"Jadi apa yang ingin kau tanyakan, Uchiha Sasuke?"

Oyashiro memulai pembicaran, jelas sekali Oyashiro sangat tertarik kepada Sasuke, apalagi sang pemuda sendirilah yang menghampiri dirinya.

"Manusia peledak, apa kau tahu tentang itu?"

Sasuke tidak mau berbasa basi, toh sekarang dia juga dikejar waktu untuk segera mengungkap siapa dalang dibalik penyerangan ini, apalagi jika melihat ternyata dirinya lah yang diincar sekarang.

"Ah maksudmu manusia peledak yang muncul tadi? aku baru melihatnya pertama kali, bukankah mereka sama seperti yang menyerang Konoha beberapa waktu lalu?"

Oyashiro hanya santai menanggapi pertanyaan Sasuke, tapi apapun yang dikatakannya adalah sebuah kejujuran, merasa menarik melihat rasa penasaran yang terpancar dari sang pemuda.

"Kau tahu tentang itu?"

Sasuke tidak menjawab pertanyaan yang Oyashiro lemparkan padanya, toh disini dirinya bukan ingin menjelaskan, hanya ingin mengorek informasi yang berguna untuk penyelidikannya.

"Aku tidak akan bisa menjalankan bisnisku jika tidak tahu kabar terbaru yang beredar, jika aku tidak salah, mereka mengincarmu bukan?"

Mendengar perkataan Oyashiro membuat Sasuke mulai mengingat ingat kembali kejadian penyerang saat di arena, ya dia ingat sekali dua kunai diarahkan padanya, tidak salah bukan untuk berasumsi dirinya lah yang sekarang diincar sekarang.

"Untuk saat ini, mungkin bisa dibilang seperti itu"

Oyashiro menaikkan salah satu alisnya, heran dengan maksud dari perkataan Sasuke, sepertinya sang pemuda salah mengartikan perkataan nya barusan.

"Untuk saat ini? apa kau baru saja mengatakan kalau penyerangan Konoha memiliki maksud lain? menurutku sih bukan untuk maksud lain."

Mata onyx Sasuke mulai membulat, tidak percaya dia baru saja melewatkan fakta ini,

Konoha diserang karena dirinya?

Itu masuk akal...

Dia tidak bisa mengelak fakta itu...

"Mereka menyerang desa untuk mengincarku?"

Sasuke tidak bisa menerima fakta mengejutkan itu, dirinya sangat kesal mendengarnya, lantas mulai mengeratkan kepalan tangannya.

Sementara itu Orochimaru hanya memilih untuk diam, tertarik melihat ekspresi Sasuke selanjutnya.

Hah...

Sasuke menghela nafasnya, mencoba untuk menenangkan dirinya, kembali fokus ketujuan awalnya, yaitu mengorek informasi.

"Orang yang menciptakan manusia peledak, sepertinya berkaitan denganmu"

Sasuke mulai menemukan kepingan kepingan puzlenya, mulai mencoba kemampuan analisis, mengetahui orang yang duduk di depannya ini adalah seorang kolektor kekkei genkai.

"Ehh, hmm maksudmu dalang dibalik ini semua adalah salah satu dari koleksiku yang berharga?"

"Hm"

Sasuke hanya mengangguk setuju, mengetahui Oyashiro mengartikan perkataannya dengan benar.

"Hmm, kalau tidak salah, ada satu anak buahku yang sudah keluar sekarang, dan kebetulan namanya adalah Fuushin!"

Mata onix Sasuke mulai membulat, seakan kembali dibuat terkejut oleh si pria paruh baya itu,

Apa maksudnya itu?

Dia memiliki nama yang sama dengan salah satu anak buahnya?

"Apa maksudmu?"

Sasuke tidak mau terlalu fokus berspekulasi, dirinya yang saat ini hanya ingin mendengar sebuah jawaban yang bisa menuntunnya kepada kebenaran.

"Seseorang harus berhati hati bukan? lupakan, kalau tidak salah dia dulunya adalah milik orang lain."

"Milik orang lain?" tanya Sasuke.

"Aku membelinya dulu di coliseum, dan memperkerjakannya sebagai penjaga."

"Aku yakin dia lahir di sebuah pulai kecil di negara air"

"Saat masih kecil, dia dijual oleh masyarakat di desanya, karena mereka takut padanya"

Sasuke sedikit terkejut mendengar perkataan Oyashiro, sebelum akhirnya kembali menanyakan hal yang terlintas dipikirannya.

"Dijual?"

"Bukankah selalu terjadi hal seperti itu pada seseorang dengan kekuatan Kekkei Genkai?"

"Manusia lemah yang menganggap dirinya normal, selalu takut dengan kekuatan yang besar."

"Hal yang sangat merugikan bagi mereka tentunya."

Sasuke mulai sedikit menundukkan kepalanya, sangat mengerti dengan apa yang dimaksud Oyashiro dengan kata "merugikan."

"Aneh, padahal aku sendiri sangat menyukai kekuatan Kekkei Genkai seperti itu."

"Bukankah kekuatan itu sangat hebat dan langka!"

"Karena itulah aku mengumpulkan berbagai macam orang untuk kujadikan penjaga."

"Bahkan bisa dibilang aku banyak membantai orang, dan hanya menyisakan si langka yang berguna untukku"

Oyashiro mulai menunjukkan sisi seramnya, menjelaskan perkataannya barusan dengan ukiran seringai di wajahnya, bahkan bisa dibilang sangat santai mengatakan kata "membantai."

"Tapi, karena masa lalu mereka yang kelam, banyak sekali yang memberontak, Fuushin sebenarnya adalah anak yang baik, tapi suatu hari di kabur dengan membawa anak-anak lainnya."

Sasuke masih setia mendengarkan penjelasan Oyashiro dalam diam, merasakan si pembicara yang sepertinya akan terus menjelaskan tanpa bertanya kepada dirinya.

"Aku tidak tahu kenapa mereka kabur, padahal aku sering memberikan mereka uang dan juga tempat tinggal."

"Sudah cukup!"

Ya Sasuke mulai sedikit kesal, mengetahui penjelasan yang diberikan malah melenceng dari topik awalnya, dia disini bukan ingin mendengar curhat seorang majikan yang kehilangan budak kesayangannya bukan?

"Apa Fuushin memiliki mata berwarna merah?"

Sasuke baru saja teringat sesuatu, selama dirinya menyelami genjutsu, dirinya melihat sesuatu yang selalu sama, ya sebuah mata merah yang mengeluarkan darah, sepertinya mata itulah yang menyulitkan dirinya mengorek informasi dari para korban.

"Mata merah? Ah! Aku ingat"

Sasuke akhirnya kembali menunjukkan rasa penasarannya,

Mungkinkah orang ini tahu sesuatu?

"Salah satu anak yang kabur bersama Fuushin memiliki mata seperti itu."

"Anak yang kabur bersama Fuushin?"

Jadi Fuushin memiliki rekan rupanya..

Apa genjutsu itu merupakan ulahnya?

"Siapa namanya?"

Oyashiro terlihat sedikit memikirkan sesuatu, sebelum akhirnya mulai berbicara.

"Aku lupa"

"Coba diingat lagi!"

Sasuke sedikit memaksa, berharap si pria paruh baya memiliki memori yang kuat.

"Kau ini sangat memaksa sekali ya"

"Hmm.. Ah! aku ingat, anak itu berasal dari Klan Chinoike!"

"Klan Chinoike?"

Jujur selama dia berkelana bertahun tahun, Sasuke baru mendengar pertama kali nama klan itu, sesuatu yang sangat asing baginya.

"Klan apa itu?"

"Klan itu memiliki sejarah yang tragis, kau tahu?"

"Aku tidak peduli, ceritakan saja padaku!"

Kali ini melohat keantusiasan sang Uchiha, membuat Orochimaru menolehkan kepalanya kepada sang pemuda, sangat menarik melihat Sasuke yang dipenuhi rasa ingin tahu yang begitu dalam.

"Klan itu sudah ada, bahkan sebelum konflik Senju Hashirama dan Uchiha Madara terjadi, Mata merah itu..... adalah kekuatan Ketsuryugan milik Klan Chinoike, kalau tidak salah mereka dulu tinggal di negara petir."

"Mereka adalah ahli genjutsu, katanya jika kau sampai terkena genjutsu mereka, kau takkan bisa melarikan diri."

"Suatu ketika salah satu anggota klan mereka dijadikan sebagai selir Daimyou Negara Petir, wanita itu sangat cantik dan lembut, menimbulkan kecemburuan timbul di dalam diri Istri Daimyou itu sendiri."

"Sayangnya, tidak terlalu lama setelah sang wanita dijadikan selir, Daimyou sakit sakitan dan akhirnya meninggal, membuat sang istri Daimyou menyalahkan si selir atas penyakit yang diderita sang suami, bahkan membuat orang orang yang mengetahui kebenaran Klan Chinoike mulai ikut menyalahkannya, ya akhirnya si wanita, dan seluruh klannya diasingkan ke tempat yang bernama bukit neraka."

"Karena itu akhirnya sang ratu mulai menyewa..."

Oyashiro sedikit menjeda perkataannya, mencoba menyembunyikan sebuah fakta, namun hal itu sudah terlambat baginya, setelah mendengar perkataan Sasuke selanjutnya.

"Ada apa?"

Hah...

Oyashiro sedikit menghela nafasnya, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Sasuke.

"...Klan Uchiha."

To Be Continued.