webnovel

Chapter 2: Pengecekan Cepat

Tanpa banyak basa-basi lagi, Arina dan Jordan langsung menuju kembali ke loket depan Retina Park untuk memulai pengecekan fasilitas. Mereka melihat secara detail semua fasilitas yang ada di sana.

"Hmm ... Sepertinya ada sedikit keanehan di sini," ucap Jordan.

"Sudah jelas kan? Walaupun menggunakan mesin otomatis, tetapi jumlah loketnya terlalu sedikit. Lebih baik kamu catat untuk dilaporkan nanti," balas Arina.

"Ya, sudah kucatat. Sekarang mari masuk ke dalam," ujar Jordan.

"Aroma apa ini?" tanya Arina tak lama setelah melewati gerbang masuk.

Arina kemudian melihat alas sepatunya. Benar saja kekhawatirannya, ternyata ia menginjak kotoran kucing.

"Duh, baru juga sampai di sini. Masa sudah ketiban sial," ucap Arina.

"Tidak boleh berkata begitu. Kita harus bersyukur dengan apa yang terjadi," balas Jordan.

"Bahkan ketika menginjak kotoran? Yang benar saja!" ucap Arina.

"Paling tidak itu lebih baik daripada terkena semburan limbah dari septic tank," balas Jordan.

"Ugh ... Kuharap kepalamu terkena semburan limbah septic tank," ucap Arina kesal.

Arina lalu menepi sebentar untuk membersihkan kotoran yang diinjaknya.

"Sekarang mau ke mana?" tanya Jordan.

"Kita cek dulu saja tempat tempat seperti toilet, tempat makan, dan lain-lain. Kita cek wahana uatamanya terakhir saja," jawab Arina.

"Oke. Kamu cek toiletnya, aku akan cek taman dan tempat makan," balas Jordan.

"Loh, kenapa harus aku yang cek toilet? Kamu saja dong!" ucap Arina.

"Ya sudah, tapi kamu cek semua yang harusnya aku cek ya," balas Jordan.

"Ya, tenang saja. Yang penting aku tidak mau mengecek tempat-tempat aneh dan menjijikan," ucap Arina.

"Ada-ada saja kamu ini. Kalau begitu aku duluan ya. Nanti kalau sudah selesai kita kumpul lagi di sini dan langsung kembali ke gedung utama untuk melaporkan hasilnya," tutur Jordan.

"Ya," balas Arina.

Mereka berdua kemudian berpencar untuk mengecek tempat-tempat yang telah disepakati sebelumnya. Arina tidak mencatat banyak hal, namun Jordan mencatat dengan sangat detail apa saja yang harus dibenahi. Setelah selesai, mereka berdua kembali ke loket depan untuk berkumpul lalu kembali ke gedung utama untuk melaporkan hasil pengecekan kepada Ayana. Ketika mereka masuk, Ayana sudah berada di sana dan sedang duduk di kursinya.

"Bagaimana pendapat kalian? Kira-kira peningkatan seperti apa yang harus dilakukan agar taman ini bisa mendapat kenaikan pengunjung?" tanya Ayana.

"Sebenarnya ada banyak yang harus dibenahi di sini, tetapi aku hanya akan membahas yang penting-penting saja. Pertama-tama, aku harus mengatakan bahwa sistem tiket di sini kurang memadai jika jumlah pengunjung mulai meningkat. Kita tidak bisa hanya memiliki satu loket untuk taman sebesar ini. Aku sarankan kita menambahnya menjadi lima atau enam," jawab Jordan.

"Ya, kurasa kau benar. Tetapi apakah tidak sebaiknya ditingkatkan menjadi hanya empat saja? Sisanya hanya tinggal mengatur efisiensi," balas Ayana.

"Sepertinya tidak bisa. Aku tahu bahwa mesin tiketnya otomatis, tetapi kita harus mengantisipasi jika pada akhir pekan, kenaikan jumlah pengunjung mencapai lebih dari dua kali lipat saat hari biasa," jawab Jordan.

"Baiklah kalau begitu, akan kucatat," ujar Ayana.

"Berikutnya adalah kondisi wahana-wahana di taman bermain ini. Kalau menurutku, wahana yang ada masih belum perlu diganti semua bagiannya, tetapi hanya perlu di cat saja. Akan banyak memakan dana jika harus mengganti satu persatu bagian wahana, mengingat jumlah wahana di sini ada lebih dari sepuluh dan semuanya masih cukup terawat," ucap Jordan.

"Tentu," balas Ayana.

"Boleh aku tahu wahana apa saja yang akan di cat? Aku lupa mencatatnya," ujar Arina.

"Ini daftarnya," ujar Ayana sambil menyerahkan selembar kertas yang baru saja ia catat.

Daftar Wahana:

1. Rumah Hantu

2. Istana Boneka

3. Rumah Panahan

4. Simulasi Terjun payung

5. Simulasi Mengemudi Pesawat

6. Rumah Sirkus

7. Taman Atletik

8. Area Berkuda

9. Kolam Renang

10. Komidi Putar

11. Istana Sejarah

12. Museum Teknologi Penglihatan

13. Arung Jeram

"Hmm, tunggu. Aku mengerti bagaimana cara mengecat kolam renang, tetapi bagaimana cara kalian mengecat waha arung jeram? Wahana itu kan masih menggunakan sungai asli. Apa sebaiknya dihapus dari daftar saja?" tanya Arina.

"Kalau dipikir ada benarnya juga. Ya sudah, kalau begitu dihapus saja," jawab Ayana.

"Baiklah, mari kita lanjutkan ke topik berikutnya. Fasilitas tambahan seperti toilet umum, lampu taman, dan pendukung wahana sudah hampir rusak semua. Kusarankan untuk membeli semua peralatan yang sudah dicatat di daftar ini," ucap Jordan sambil memberikan catatan ke Ayana.

"Apa ini sudah diperhitungkan? Dana yang diperlukan untuk membeli semua ini cukup banyak loh!" balas Ayana dengan raut wajah sedikit khawatir.

"Sudah kuperhitungkan semua. Semua yang tertulis di situ dipastikan akan berguna," ujar Jordan.

Ayana memasukkan catatan tersebut ke dalam folder miliknya lalu berkata,"Baiklah, ada lagi?"

"Hmm ... Aku juga mau membahas tentang semua keuntungan yang dihasilkan Retina Park. Ke mana semua uang itu mengalir?" tanya Jordan.

"Setahuku, keuntungan yang ada akan dialirkan ke RS Retina. Aku tak pernah mengutak-atik sistem pembayaran semenjak Eleana keluar dari Retina Park," jawab Ayana.

"Tunggu ... Semua keuntungannya? Semuanya?" tanya Arina.

"Entahlah. Coba kau tanya itu ke bendahara. Tetapi setahuku, ya," jawab Ayana.

"Kalau begitu, akan kucoba untuk mengubah sistem pembagian keuntungannya agar lebih seimbang. Serahkan saja padaku," ujar Jordan.

"Terserah kau saja. Aku tak begitu mengerti tentang keuangan," balas Ayana.

"Selanjutnya, aku ingin membahas tentang prosedur peminjaman uang ke bank terdekat," balas Jordan.

"Untuk itu, tahan dulu. Sebaiknya kita tidak usah meminjam pada bank. Aku sudah menemukan instansi yang mungkin bersedia meminjamkan uang kepada kita. Tetapi kita harus mempresentasikan taman ini dengan baik agar mereka tertarik," ujar Ayana.

"Instansi?" tanya Arina.

"Akademi Cryllis. Itu adalah tempat riset sihir sekaligus tempat Eleana dan aku bersekolah dahulu," jawab Ayana.

"Aku tidak tahu ada tempat sehebat itu," balas Arina.

"Hmmm ... Mungkin karena tempat itu tak pernah dipromosikan ke publik," ucap Ayana.

"Pokoknya, kalian berdua siapkan saja presentasinya. Aku akan mencetak semua dokumennya dan menandatanganinya," ucap Ayana lagi.

"Ya, besok akan diusahakan sudah selesai," balas Jordan.

"Kita akan lakukan presentasinya dua hari lagi. Semoga kalian berhasil. Oh ya, maaf aku tak bisa mengantar kalian pulang karena ada rapat. Ini alamat rumah kalian dan juga bagaimana cara ke sana sudah kutulis," ucap Ayana yang kemudian menyerahkan selembar kertas kecil.

Ia lalu tersenyum lalu pergi entah ke mana.

"Kita pulang yuk. Urusan kita sudah selesai kan?" ujar Arina.

"Tapi aku lapar, bagaimana kalau mampir sebentar ke tempat makan," balas Jordan.

"Ya sudah, tetapi jangan lama-lama ya. Aku sudah mau tiduran begitu sampai di rumah," balas Arina.

"Ya ampun , kamu ini malas sekali ya. Sesekali lah kita makan di luar rumah," ucap Jordan.

"Ya sudah deh. Tetapi jangan terlalu sering ya," balas Arina.

"Tenang aja," ucap Jordan.

"Apalagi kalau kita menikah ..." gumam Arina.

"Apa?" tanya Jordan.

"Tidak ada apa-apa," jawab Arina.

Mereka berdua lalu pergi ke restoran di dekat stasiun sebelum pulang.