7 Club malam

Malam itu Panji mengunjungi club malam langganannya. Setelah mengantar Mama dan Algis mencari sovenir, Panji menghubungi Radit. Mereka janjian akan bertemu di club malam yang biasa mereka datangi jika ingin bersenang-senang.

Tanpa menunjukkan kartu identitas Panji melangkah masuk ke dalam club, melewati pria bertubuh tinggi dan kekar. Yang berjaga di pintu masuk. Penjaga itu sudah hapal dan mengenal Panji tentu dia tidak perlu menanyakan tanda pengenal.

Hingar-bingar dentuman musik terdengar saat Panji mulai mendekati club elit langganannya.Dan pemandangan ruangan temaram yang dihiasi lampu sorot dan warna-warni lampu disko menyambutnya . Nampak lalu lalang waiters dan anak-anak muda bergoyang memenuhi lantai dansa.

Bau minuman keras menyeruak hidung bercampur dengan wangi parfum yang menyengat dan juga wangi riasan lipstik wanita-wanita sexy.

Sebagian pengunjung ada yang bergoyang di lantai dansa menikmati hentakan musik yang dimainkan DJ .Ada juga yang saling tindih bercumbu tak segan menyingkap rok mini diatas sofa.

Panji melangkahkan kaki menghampiri Radit yang sudah duduk menunggunya. Pemuda berbaju kemeja biru dongker itu terseyum senang melihat temannya keluar kandang, setelah beberapa hari semedi di istananya.

"Hallo...Brother.....let's we get fun!!"  seru Radit suaranya hampir tenggelam karna suara dentuman musik.

"Akhirnya,Lu keluar kandang juga" kata Radit setengah berteriak ke telinga Panji.

Panji duduk di samping sahabatnya menyambar segelas vodka yang baru saja dituangkan oleh Radit, ia meminumnya sekali teguk.

Kembali Radit menuangkan minuman dalam gelas sahabatnya. Melihat raut wajah Panji sudut bibir Radit menyungging keatas. Radit tau sahabat nya itu sedang memikirkan sesuatu.

"Just enjoy yourself Ji... gue janji gue bakal tetap sadar. Malam ini full buat lo" Radit menyeringai, kembali ia menuangkan minuman dalam gelas tapi kali ini ia teguk sendiri.

Club malam yang di kunjungi Panji dan Radit adalah club malam lumayan mahal. seperti sekarang ini mereka berdua ada di meja yang kapasitasnya bisa buat sekitar enam orang dan tarifnya itu bisa sekitar 10 jutaan. Buat Panji apalah arti uang 10 juta kalo dia sudah ingin bersenang-senang berapa pun di bayar.

Tidak lama setelah kedatangan Panji, menyusul beberapa teman teman Panji lain nya. Ada tiga orang yang bergabung ketiga nya menyapa Panji melakukan tos tinju seperti yang kerap Panji dan Radit lakukan.

Ketiga orang itu ada yang juga anak pengusaha ada juga yang seorang model, mereka berteman karna punya hoby yang sama, clubing!

Panji mengangkat satu tangannya ke udara sambil menyalakan pemantik api, tak lama seorang waiters datang menghampiri meja Panji.

Panji mendekatkan wajahnya ke telinga waiters, si waiters mengangguk lalu melangkah pergi.

waiters kembali ke meja Panji membawa beberapa botol minuman. Di atas meja sekarang sudah ada sebotol rhum dan dua botol tequila. Malam itu Radit hanya jadi penuang minuman. Dia harus memastikan dirinya tetap sadar, supaya bisa menjaga Panji jika dia nanti akhirnya mabuk.

Panji menegak minuman terus menerus tanpa jeda .Dia ingin melenyapkan bayangan yang sejak siang tadi berputar-putar di kepalanya. bayangan seseorang berwajah manis dan bermata bulat.

Panji bangkit dari duduknya dia berjalan kearah DJ, langkahnya terhuyung, kepalanya mulai berat dan pusing, pandangannya sedikit kabur. Panji merogoh ponsel dari saku celananya lalu menyodorkan ke arah DJ. Sang DJ memberi gekstur oke. Lagu yang di request Panji masuk ke daftar list DJ yang akan dimainkan setelah ini.

Sambil terhuyung Panji berjalan ke arah lantai dansa ikut bergabung dengan kumpulan orang yang bergoyang mengikuti alunan music DJ.

Panji mulai menggerakkan badannya, malam makin larut music makin keras menghentak dan pengunjung makin padat.

Seorang wanita langsing menghampiri Panji, mengenakan dress pendek ketat berwarna hitam ,dengan potongan dada rendah memperlihatkan belahan dadanya yg padat berisi.

Tanpa ada rasa sungkan atau malu wanita itu bergelayut ke tubuh Panji melingkarkan kedua lengannya ke leher Panji sambil terus bergoyang mengikuti irama musik.

Club malam adalah tempatnya orang bersenang-senang, tempatnya sebagian orang untuk melupakan masalah yang sedang melanda hidup mereka. Minum sampai mabuk, bergoyang sampai puas atau juga mendapatkan teman tidur satu malam itu hal biasa.

Seperti halnya Panji yang saat ini sudah mabuk berat ,penglihatannya sudah kabur.Namun samar-samar dia melihat gadis manis yang tadi siang sempat membuatnya gugup dan mati gaya,bergelayut manja di dadanya.

Panji memejamkan matanya lalu membuka mata lagi, memastikan penglihatannya tidak salah. Ah.. benar dia gadis manis itu pikir Panji. Menggemaskan sekali, bibirnya ranum mungil padat berisi sudah sejak tadi dia ingin menyecap bibir itu.

Diraihnya pinggang gadis itu. mata mereka saling bertemu,gadis itu terseyum penuh goda dan tanpa ada kata permisi Panji langsung meraup bibir itu dengan rakus.mencium penuh nafsu. Efek minuman keras membuat Panji lupa diri. Panji terus mencium orang di depannya, dia memiringkan kepala untuk memperdalam ciuman. Bibir mereka bertaut saling gigit, saling lumat lidah mereka bergelut didalam mulut. 

Panji menarik pinggang gadis itu ke sofa dan menghempaskan nya. Melanjutkan ciuman panas mereka di sana. Bunyi kecupan ciuman mereka terdengar erotis.

Perlahan Panji melepas ciumannya ,si wanita mengerang tak terima. Dia merasa kehilangan, namun itu tak berlangsung lama karna wanita itu kini melenguh mendongak ke atas ketika bibir Panji beralih menelusuri leher, mencium menghisap dan meninggalkan tanda di leher.

"Ahhhhhh....." desah nikmat si wanita

Saat bibir sibuk mencumbu, tangan Panji menelusuri bagian bawah membuka sedikit kaki wanita di bawahnya, jemari nakalnya mengelus perlahan menelusup masuk kedalam dress mini. Bergerak lincah meraba mencari sesuatu didalam sana.

"Ahhhh...ughhhhh..."

Si wanita melenguh, ia menarik kepala Panji semakin merapat ke dadanya.Dia ingin lebih dari itu ingin di jamah Panji lebih dalam lagi.

"Kampret si Panji main finger" Radit menggelengkan kepala sambil menghirup udara dalam-dalam.

Radit hanya memperhatikan sambil meneguk segelas minuman.

"The real Panji is back" Gumam Radit

Tiba tiba saja Radit dibuat terkejut, entah datang darimana seorang pemuda tersungkur menimpa tubuhnya. Di tegakkan nya tubuh orang yang setengah menindih nya itu.

"Wah... lo dah KO ya... mana temen lo"

Radit berteriak ditelinga si pemuda yang bahkan tak bisa berdiri tegak. Helai rambut menutupi wajahnya, Radit menyingkap rambut itu agar ia bisa melihat wajah pemuda yang masih ia pegangi agar tidak jatuh tersungkur ke lantai.

"Apa lo ditinggal temen lo"

Tanya Radit lagi namun tak ada jawaban. Pemuda itu benar-benar mabuk, dia bahkan merancau tidak jelas. Dan anehnya dia terus menempel ke tubuh Radit seakan yang ditempeli itu temannya padahal tidak saling kenal.

Mata Radit berkeliling mengamati sekeliling, namun tak ada satu pun orang yang terlihat mencari  pemuda yang masih menempeli tubuh nya.

"Wah...kacau..." Keluh Radit.

Panji yang semakin panas bergumul di sofa lama-lama membuat Radit gelisah dia tidak bisa membiarkan itu terus terjadi. Panji sahabatnya, orang kaya dan juga  pengusaha ternama. Kalo sampai orang yang tidak bertanggung jawab mengambil foto mereka, tamat lah sudah. Panji pasti akan dibuang ke antartika oleh papanya. Perlahan diletakkannya tubuh orang yang bersandar di bahunya,lalu mendudukkan pemuda itu di kursi . Dia harus mengurus Panji terlebih dahulu.

Radit berjalan menghampiri Panji diambilnya posel Panji dari saku celana. Si empunya ponsel masih sibuk menindih wanitanya, dia sudah mabuk berat dan dia butuh pelepasan segera.

Jemari Radit mencari kontak orang rumah. Panji harus segera pulang, tapi ia tidak bisa mengantar sendiri.Terakhir kali dia mengantar Panji pulang, dia kena damprat mama papa Panji. Radit berpikir siapa yang harus dia telpon untuk menjemput panji?, saat menggulir kontak nomer mata Radit terhenti pada satu nama.

"MY WIFE IS A BOY???????" Radit berpikir sejenak, lalu dia terkekeh geli saat mengerti siapa pemilik dengan nama my wife is a boy itu.

tut....tutttttt....

"Hallo...." Terdengar suara serak orang bangun tidur diseberang telpon.

"Ya hallo apa ini istri Panji"

sunyi tak langsung ada sahutan

"Hallo.. apa ini istri panji"

"i...i... iyaaa" jawab orang di sana dengan suara gugup

"Ahh....kakak ipar ini Radit teman Panji masih ingat?, Kakak ipar bisa gak cepat datang ke club xxx. Panji mabuk berat aku gak bisa antar pulang"  Radit manggut-manggut setelah mendengar jawaban seseorang dari sebrang telpon.

"Oke oke...cepat ya kakak ipar"

Radit menutup sambungan telpon.

Di tempat berbeda, saat mendengar kabar Panji mabuk berat Algis terlonjak dari tempat tidur dia bergegas berganti pakaian. tunggu!!!!! siapa tadi namanya,Radit??? orang bernama Radit pernah bertemu dengannya sekali di pernikahan ya dengan Panji

Sedangkan setau Algis temannya Panji, tau kalau dia itu Ajeng kakak perempuannya. Namun terserah dengan hal itu,dia tak punya banyak waktu untuk berias seperti gadis. Dia harus segera menjemput Panji. Algis menelpon Pak Tori untuk mengantarnya ke club malam.

Algis masuk ke dalam club malam matanya berkeliling mencari sosok Radit ataupun Panji diantara kerumunan orang, dia merasa tak nyaman sebenarnya dia tidak suka tempat seperti ini.

Pandangan mata Algis terhenti saat dilihatnya  Radit melambaikan tangan.

Kakinya melangkah menghampiri di mana Radit berdiri. Namun tiba-tiba Algis tertegun.Terkejut dengan pemandangan didepan matanya, dia melihat Panji sedang bercumbu dengan seorang wanita.

"Itu..Panji mabuk" kata Radit menjelaskan, sambil mengusap-usap tengkuknya sendiri.Ada rasa tidak enak di hati Radit.

Algis melangkah mendekati Panji yang sedang asik bergumul.

"Mas... ayok pulang" 

Entah datang dari mana keberanian itu, dengan sekuat tenaga dia menarik tubuh Panji menjauh dari pelukan wanita itu. Tidak menghiraukan protes Panji yang merasa kesenangannya diganggu.

Si wanita bangkit berdiri menatap tak suka ke arah Algis, dia mendengus kesal merasa tidak terima seseorang merebut prianya.

"Heh..lu siapa?? gak punya sopan, lepasin cowok gue" Teriak wanita sexy itu sambil berusaha merebut Panji yang saat ini sudah dalam dekapan Algis.

"Jangan bicara kesopanan liat diri anda sekarang" Balas Algis serat akan nada sindirian, sorot matanya berkilat seakan ingin mengenyahkan wanita di hadapannya itu.

Wanita itu membenahi rambutnya yang acak-acakan, menurunkan dress mininya yang naik ke atas. Masih menunjukan wajah kesal ke arah Algis, dia tak akan mengalah. Pria itu miliknya.

Tak mau terjadi yang tidak semestinya Radit mencari salah satu dari ketiga temannya tadi. Sebelum ada baku hantam memperebutkan Panji.

"Ky...urus cewek itu, sana buruan"

Pria bernama Choky itu tersenyum menyeringai sambil memberi kode oke ke arah Radit. Dengan senang hati Choky menghampiri wanita yang masih keukeh merebut Panji dari Algis, Choky membujuk untuk lebih baik bersenang-senang dengannya daripada dengan Panji yang sudah dijemput pawangnya.

"Bisa kan bawa Panji pulang.."Tanya Radit pada Algis.

"iya Mas...Algis bisa kok"

"Sorry ya....gak bisa antar,itu ada teman yang teler juga"

Radit menunjuk ke arah orang yang tadi ia tinggalkan.

"Iya Mas gak apa apa"

Algis mulai memapah tubuh Panji keluar dari club malam.Tubuhnya yang ramping kepayahan menopang tubuh Panji yang jauh lebih besar dan tinggi darinya. Di ikuti Radit yang juga ikut keluar dari club sambil membawa oleh-oleh yang ia temukan. Jiwa penolong nya tergerak untuk membantu orang yang sudah mabuk berat itu.

Radit berdiri di dekat mobilnya. Ia sandarkan tubuh orang yang dipapah nya pada bodi mobil miliknya. Tangannya meraba-raba saku celana mencari sesuatu.

"Ahhh.. sial...hp dia mati lagi'

Tangan Radit mengusak rambutnya sendiri. Frustasi!

Dengan terpaksa Radit memasukan orang itu ke dalam mobil dan dibawa ke apartementnya.

 

Di bantu oleh Pak Tori, Algis memapah tubuh Panji masuk kedalam rumah.

"Pak...ini udah malam, Bapak boleh kembali istirahat" Kata Algis

"Apa Den Algis bisa?" Pak Tori merasa khawatir.

"Bisa...udah gak apa apa..bapak besok kan harus bangun pagi -pagi sekali kan"

"Iya Den...kalo gitu bapak permisi dulu ya Den"

Algis mengangguk sambil tersenyum ramah.

Pemuda manis itu kembali melangkah, memapah Panji naik ke lantai atas .Dan itu tidak mudah. Panji itu berat, badannya besar, belum lagi dia tidak berhenti meronta dan merancau tidak jelas.

"Brukkkkk...."

Baru saja menginjak anak tangga beberapa langkah. Algis tidak kuat menahan rontaan Panji dia terjatuh dengan posisi lengannya membentur tangga, menopang tubuhnya sendiri dan tubuh Panji.

"Ahhh....." Pekik Algis menahan rasa sakit dan ngilu pada siku lengannya. Ia meringis kesakitan sambil berusaha bangkit berdiri lagi kembali merangkul kan lengan Panji pada bahunya. Salah satu tangan Algis melingkar di pinggang Panji.

Mendengar suara gaduh Bu Rina keluar kamar, betapa terkejutnya dia melihat Panji mabuk berat.

"Anak ini bener bener ya....gak bisa berubah emang" Kesal wanita paruh baya itu. Dia melangkah mendekati Algis dan Panji.

"Mama kira dia udah gak akan pulang dalam keadaan kayak gini. Kalo papanya tau gimana coba" Omel Bu Rina

"Mama istirahat aja Ma..Algis bisa kok urus Mas Panji"

"Gak akan repotin kamu kan Gis..." Bu Rina merasa tak enak.

"Gak Ma...gak pa pa.."

Bu Rina menarik nafas, Algis ada benarnya lebih baik dia kembali ke kamar. Sebelum suaminya terbangun dan melihat Panji seperti ini, suaminya pasti akan murka.

Menggunakan tangan kirinya, Algis membuka pintu kamar Panji. Untuk pertama kalinya Algis masuk ke dalam kamar pria yang belakangan ini sering membuat hatinya gelisah tak nyaman. Kamar Panji sangat rapi. Ruangannya didominasi warna gelap dengan desain interior menggambarkan maskulinitas seorang pria. Dekorasinya juga cukup sederhana, ada dua lukisan dengan background warna putih serta lampu gantung untuk penerangan. keberadaan walk-in closet juga menambah kesan mewah kamar Panji.Sungguh nyaman untuk tidur.

Dengan sangat hati-hati, Algis membaringkan tubuh Panji diatas tempat tidur. Dia lalu keluar kamar sebentar dan kembali dengan membawa air hangat dalam wadah serta handuk kecil.

Satu persatu Algis melepas kancing baju Panji lalu melepaskan kemeja  pria dihadapannya. Algis menghentikan gerakan tangannya sesaat. Dia menatap ke arah dada bidang Panji. Perlahan jemarinya yang halus membelai samar dada bidang didepannya. Hatinya tiba-tiba berdesir, dada yang bidang bahu yang kokoh pasti sangat nyaman jika bisa bersandar disitu. Ada rasa tak rela merayapi hati Algis,ketika teringat kilasan bayangan kejadian di club tadi.

"Arrgggghhh... mikir apa sih" Algis menggelengkan kepala menepuk nepuk pipi nya berusaha membuang jauh- jauh pikiran aneh nya.

Dengan telaten Algis menyeka tubuh Panji dengan handuk kecil yang sudah ia basahi dengan air hangat.

Dimulai dari wajah, leher, dada terus menyusur ke bawah. Dan lagi.... Algis tiba-tiba menghentikan pergerakan tangannya saat jemarinya berada tepat di pusar Panji. Mata Algis melirik ke arah bawah pusar, ada bulu-bulu halus disana.Terus melirik tak berkedip mengikuti kemana bulu-bulu itu akan berahir.

"Ahhhh....." Algis berjengkit kaget. Dia menutup matanya dengan telapak tangan. Yang sebenarnya tidak sungguh-sungguh menutup penglihatannya.

Wajah Algis bersemu merah, dengan cepat diraih selimut, lalu menutup tubuh Panji sampai pinggang.

Si manis menyudahi. Tidak melanjutkan menyeka tubuh Panji dia harus cepat keluar dari kamar ini pikirnya. Namun saat akan beranjak berdiri dari sisi ranjang...

"Sretttt..." Panji menyambar pergelangan tangan Algis lalu menarik tubuh Algis hingga membuat si ramping jatuh kepelukan.

Mata panji terbuka menatap ke arah mata bulat didepannya. Algis mengerjapkan mata. berkedip kedip imut.

"Kenapa kamu selalu datang" Suara Panji terdengar berat. Algis diam bibirnya mengatup rapat, Jantungnya berdegub hebat seperti akan meledak.

"Emhh... mas Panji mabuk ,Algis keluar aja" Si manis berusaha melepaskan diri akan tetapi dekapan lengan Panji jauh lebih kuat.

Panji memutar posisi sekarang, membuat tubuh ramping dalam dekapannya itu berganti dibawahnya didalam kungkungannya. Algis membuang tatapannya ke arah mana saja asal tidak beradu pandang dengan mata Panji.

Dibawah redup sinar lampu wajah manis itu semakin terlihat indah, mata bulat hidung bangir bibir ranum mungil dan berisi. Ada dorongan kuat dalam diri Panji untuk menyentuh bibir itu. Perlahan Panji mendekatkan wajahnya, semakin dekat hingga hampir tak ada jarak.

"Mas....." Suara halus sedikit bergetar ini kenapa terdengar seperti desahan.

Darah Panji semakin bergelora dia tak tahan lagi, dengan lembut Panji menempelkan bibirnya diatas bibir mungil itu. Algis mengejang matanya membulat lebar jantung bergumuruh berdebar tak karuan.

Perlahan Panji memanggut bibir Algis, menggigit lembut, melumat bibir atas si manis.

Mengapa rasa bibir ini berbeda kenapa terasa manis sekali dan wangi tubuh ini, wangi tubuh yang belakangan ini dihafalnya, yang beberapa hari ini rutin menyapa indra penciumannya.

Bibir keduanya masih bertaut...tak ada perlawanan dari Algis dia hanya menerima tanpa tau bagaimana membalasnya. Dia pun tak tau mengapa ini rasanya nikmat. Tak ingin menolak Algis membiarkan Panji menciumnya,menggigit dan menghisap bibirnya dengan lembut.

"Bruk"

Tiba-tiba Panji ambruk,tubuh nya jatuh menimpa Algis.

"Mas....Mas.....Mas Panji..."

Algis memanggil sambil menepuk nepuk bahu Panji tapi tak ada sahutan.Tak berapa lama terdengar suara dengkuran halus. Panji tertidur.

Algis berusaha mendorong tubuh kekar Panji dari atas tubuhnya. Namun setiap dia bergerak lengan Panji justru semakin kuat dan rapat memeluk nya

Karna malam makin larut dan juga rasa lelah, lama-lama rasa kantuk menghampiri. Perlahan-lahan Algis memejamkan mata. Dia tertidur dalam dekapan Panji hingga pagi hari.

Bersambung....

avataravatar
Next chapter