webnovel

A Short Break

CHAPTER 10

"Trust is built only for people who fail to prove how capable they are." - Sean Xavon.

"I promise I won't mess up your plans again."

Sean hanya menatap Theo, lalu mengalihkan pandangan ke depan. "Tetap gunakan wajah itu, aku tidak ingin kau dikenali, apalagi sampai kaki tangan Albert mengenali wajah mu."

Dengan lesu, Theo keluar dari taxi yang barusan ia pesan. Ia menatap gedung yang menjulang tinggi. Tadi, ia sudah menghubungi D. Krack kalau ia akan berkunjung ke apartemen milik laki-laki yang terkenal ganas itu dalam dunia kejahatan.

Kenapa seorang penjahat kelas tinggi seperti D. Krack ada di apartemen umum seperti apa yang kini berada di jadapan Theo? Jawabannya karena D. Krack juga memakai teknologi penyamaran yang kini sedang ia pakai juga.

Masuk begitu saja melewati loubi utama apartemen, ia langsung melangkahkan kaki ke arah lift karena sudah mengetahui dimana letak lantai apartemen milik D. Krack.

Sejauh ini, tidak ada yang memperhatikannya, sungguh. Semua orang seolah-olah sibuk dengan perkerjaan mereka masing-masing. Jika saja mereka tau kalau yang berjalan disini adalah Sean, barulah mereka heboh. Heboh ada yang secara terang-terangan ketakukan, atau bahkan ada yang heboh karena tergila-gila dengan ketampanan pembunuh bayaran yang terkenal satu itu.

Sangat aneh, bukan? Seorang pembunuh bayaran memiliki beberapa penggemar di balik aksi kejar tangkap oleh pihak keamanan daerah, pusat, atau bahkan dunia.

Theo menggulung lengan jasnya, ia kesini dengan tangan kosong yang artinya pasti D. Krack akan memberikan nasehat yang agak menyebalkan untuk di dengar.

Masuk ke dalam lift bersama dengan sepasang kekasih yang tampak sedang mengobrol satu sama lain, yang pasti Theo tidak tertarik untuk menguping.

Theo menggerakkan tangan, menekan tombol kecil yang berada di gagang kacamata yang kini sedang ia pakai. Ia sedang berusaha untuk menghubungi seseorang, kacamata ini bisa melakukan video call yang seolah-olah ada tepat di hadapannya seperi layaknya layar proyeksi kecil, namun hanya bisa di lihat oleh seseorang yang memiliki ini.

Sambungan belum tersambung, namun ia sudah berada di lantai dimana apartemen D. Krack berada. Ia memilih untuk memasuki pintu darurat, ia ingin berbicara dengan seseorang yang ia ingin hubungi terlebih dulu.

"Prepare my car, now. Send it to the location I will indicate on the mobile map." Ia berkata, memerintah lebih tepatnya.

Terlihat dari kacamatanya kalau orang yang sedang ia hubungi hanya berdiri tegak saja, ia memang menyuruh sopir pribadinya yang tentu saja sudah ahli untuk bekerja seperti seorang sepertinya. "What else do you need, sir? Later I will bring it for all of you with your car,"

"That's enough, but it doesn't have to be too fast to get my car."

"Yes, Sir. Understood,"

Setelah berkata seperti itu dan tidak ada interaksi penting lainnya, barulah Theo memutuskan sambungan dan melepaskan kacamata dan di letakkan di saku yang berada di dalam jasnya.

Lebih dulu membuka ponsel untuk mengirimkan lokasi terkini karena lewat ponsel lebih memudahkan asistennya saat berkendara dengan mobil. Setelah selesai, Theo memasukkan ponsel ke saku celana dan kembali masuk ke kawasan apartemen.

Mencari ruangan nomor 973, dan ketika menemukannya, ia menekan bel lebih dulu. "Theo," ia bergumam memperkenalkan dirinya. Setelah itu, ada cahaya hijau yang memeriksa bagian wajahnya. Ya, apartemen ini telah di atur sedemikian rupa dan di modifikasi ulang oleh D. Krack agar lebih canggih.

D. Krack tidak memiliki sanak keluarga. Jadi, apartemennya memiliki tingkat keamanan tinggi karena bisa saja yang menghampirinya adalah musuh yang memang menaruh rasa dendam.

"Please come in, Mr Theo." Dan itu adalah suara komputer yang terdengar seperti suara laki-laki.

Bersamaan dengan perkataan itu, pintu apartemen yang ada di hadapannya pun terbuka. Tidak ingin berlama-lama, Theo langsung melangkahkan kaki masuk kesana dengan kedua tangan yang di masukkan ke kantung celananya.

"Sekarang apalagi keluhan mu, Theo? Bukannya ini lebih awal dari perjanjian pertemuan kita?"

Suara bariton D. Krack mendominasi, membuat Theo yang berjalan ke arahnya menghentikan langkah. "Maaf, aku tidak tau dimana tempat Sean."

D. Krack, kalian masih pada ingat dengan sosok yang satu ini? Baiklah, biar di jelaskan kembali. D. Krack adalah penjahat yang memiliki akses seluruh kejahatan di dunia. Ia memiliki banyak kenalan berbahaya, paling di takuti, bahkan penjahat terkenal sekalipun seperti Sean. Tak ayal ia melakukan penyamaran hebat untuk meloloskan teman sesama kriminal yang tertangkap dan masuk dalam penjara. Belum lagi, ia bagaikan gudang senjata dan akhir-akhir ini ia sedang gemar membuat senjata hebat baru, seperti pengubah wajah misalnya yang digunakkan oleh Sean dan Theo sebelumnya.

D. Krack awalnya mengira kalau kedatangan Theo kesini mungkin ingin mengisi ulang senjata atau meminta persenjataan lengkap lain kepadanya, namun ia salah. Ia yang tadinya sedang meneliti rakitan teknologi terbarunya yang dalam masa pengujian pun terpaksa menolehkan kepala ke arah laki-laki yang baru datang ke apartemennya, ia memusatkan pandangan pada Theo.

"What are you saying, stupid?"

Theo menghembuskan napas. "Can I sit down first?" Ia menunjuk sofa berwarna abu-abu di hadapannya, lebih dulu meminta izin sebelum mendaratkan bokongnya disana.

"Yes please before I ask you many things,"

Theo pun duduk di sofa, dan mengarahkan pandangan juga ke D. Krack yang menatapnya dengan sorot mata seolah meminta penjelasan yang penuh kepastian.

"I screwed things up, but Sean gave me a second chance. He dropped me off on the street," Theo menjawab dengan lesu.

Kalaupun waktu bisa di ulang, rasanya ia ingin menukar koper itu sebelum di adakan pemeriksaan massal yang membuat dirinya terlalu mencolok.

"WHAT?!" D. Krack memekik. Untung saja, dinding apartemennya sudah ia buat menjadi kedap suara. Ia menatap Theo dengan tatapan tidak percaya, lalu beralih menurunkan kacamata yang bertengger di pangkal hidung dan memijatnya. "Sudah ku bilang bekerja dengan Sean adalah satu-satunya kunci keberhasilan sekaligus menambah wawasan, kenapa kau mengacaukannya?"

Theo mengacaukan misi dengan niat? Salah, ia mengacaukan dengan ketidaksengajaan. Ternyata, para bodygruard itu lebih peka dan cekatan daripada dirinya yang memang masih dalam masa pelatihan.

"You humiliated me in front of Sean, and it's rare for him to give a troublemaker a second chance, much less an amateur assassin helper like you."

Kata-kata D. Krack memang selalu menyakitkan dan tepat mengenai sasaran hati. Namun Theo yang sudah terbiasa dengan laki-laki itu pun tidak pernah sakit hati dengan perkataan yang di lontarkan kepadanya.

"Sudah berbicaranya? Setidaknya, berikan aku semangat. Aku kesini untuk melepas penat, bukan untuk di maki-maki oleh mu."

Theo mengubah posisi duduk di sofa menjadi tiduran di benda empuk itu dengan pantofel yang sudah terlepas dari telapak kakinya. Ia hanya ingin beristirahat sebentar.

D. Krack menghembuskan napas. Beginilah kalau ia mempekerjakan seseorang yang keras kepala, pasti akan lebih sulit untuk di atur dan diberikan nasehat.

"Memangnya bisa tertidur saat kegagalan menyapa mu? Bahkan, kegagalan saja bersorak untuk mu."

"Lagipula aku hanya mengacau, bukan membuat misi Sean gagal."

D. Krack yang mendengar itu langsung melemparkan jarum kecil ke arah Theo yang dapat merangsang syaraf jika terkena akan memberikan efek kejang sesaat.

Dan tepat sasaran, jarum itu menancap di tangan kiri Theo.

"Arghhhhh!" Theo terkejut kesakitan, bahkan kini ia terlihat kejang-kejang walaupun hanya 10 detik.

D. Krack tersenyum puas, hanya melihat tubuh Theo yang kejang-kejang dan menunggu laki-laki itu berkata cerewet terhadapnya.

"Damn it, how could you do that to me?" Theo kembali berkata ketika merasa mulutnya telah mampu mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.

"If I were Sean, the troublemaker who messed up my mission, I wouldn't hesitate to get rid of him. Not only could needles pierce nerves, but perhaps even crueler." D. Krack berkata sambil memutar kembali tubuhnya, sekarang ia membelakangi Theo supaya membuat laki-laki itu sekiranya lebih berpikir jernih.

Theo pun menatap langit-langit ruangan, ia menjentikkan jemarinya. "Oke, aku akan bersemangat mengembalikan kepercayaan Sean."

Next chapter

Next chapter