25 MAAFKAN AKU

"Paman mencintaimu peri kecil, dan sangat merindukanmu." ucap Ardham lagi, seraya menenggelamkan kepala Nadine penuh dalam dekapannya.

Nadine terisak-isak di dada bidang Ardham, hatinya bahagia mendengar Ardam menyatakan cinta padanya. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan dan penantiannya telah usai sudah.

Ardham mengecup kening Nadine penuh kasih sayang, sambil mengenggam tangan Nadine dan mengusapnya lembut.

Nadine merasakan kecupan dan sentuhan pamannya begitu melelapkan hatinya, menenangkan jiwa dan perasaannya.

Mata Nadine yang sedikit sembab karena tangis bahagia mulai terpejam, ada memory bahagia yang terlintas dalam ingatannya, saat dirinya di buai manja oleh Ardham, dari saat usia balita hingga di usia remajanya. Kemudian kebahagiaan itu lenyap saat dirinya mulai mencintai Ardham, dan Ardham meninggalkannya seorang diri dalam kesepian yang panjang.

Apalagi saat Nadine tahu Ardham menikah dengan sahabatnya yang bernama Anna.

"Ya Bibi Anna." Nadine seketika tersentak sadar dari lamunan panjangnya, Bi An istri dari pamannnya Ardham.

Lalu apa yang di perbuatnya di sini bersama suami milik wanita lain? apalagi wanita itu sangat di hormatinya. "Bibi Anna"

Nadine menatap Ardham dengan perasaan yang malu dan terluka.

Dengan hati yang mulai gelisah dan perasaan malu, Nadine melepas pelukan Ardham dengan sedikit kasar.

Dengan kepala tertunduk, Nadine berdiri dari duduknya. Ardham yang terheran melihat perubahan Nadine, apalagi telah melepas pelukannya dengan kasar. Ardham hanya bisa menatap Nadine tak mengerti.

"Apa yang telah kita lakukan di sini paman? Ini semua salah dan tidak benar! aku telah menghianati Bi An." Nadine menangis terisak-isak, hatinya kembali terluka mengingat Ardham yang telah menikah dengan Bi An dan tak bisa di milikinya lagi.

"Nadine tenanglah." Ardham yang bangun dari duduknya pun mencoba menenangkan Nadine dengan memegang tangan Nadine.

Namun Nadine menolaknya dengan keras, nampak Nadine semakin tersiksa dalam tangisnya.

Hati Ardham terasa teriris-iris melihat tangis Nadine yang tak berkesudahan.

"Nadine dengarkan paman, coba tenanglah..paman akan menjelaskan padamu, tenanglah sayang." mohon Ardham sambil memegang kedua pundak Nadine.

Nadine menepis kedua tangan Ardham.

"Apa yang paman akan jelaskan? jangan katakan kalau paman mau jadikan Nadine yang kedua, atau jangan-jangan paman akan menceraikan Bi An? jangan sampai paman mengatakan itu." ucap Nadine dengan airmatanya yang mengalir semakin deras.

"Nadine mohon paman, jangan sakiti hati Bi An, dan jangan lagi sakiti hati Nadine." isak tangis Nadine,

Ardham mendekati Nadine yang terduduk bersimpuh, sikap Nadine yang mulai menjaga jarak darinya, membuat hati Ardham semakin terluka dalam.

Dengan putus asa di tangkupnya wajah Nadine dengan kedua tangannya.

"Dengarkan paman Nadine, dengarkan paman sekali ini saja." suara Ardham sangat tertekan hatinya teremas-remas pedih.

Nadine masih meraung dalam tangisnya. Di dekapnya Nadine dalam dekapannya.

"Paman mencintaimu Nadine, sangat mencintaimu. Sebenarnya paman dan Bi An belum menikah dan tak akan pernah menikah, karena paman mencintaimu Nadine. Hanya mencintaimu sejak kamu masih remaja." jelas Ardham melemah tepat di telinga Nadine.

Nadine berdiri dan menatap nanar mata Ardham.

"Apalagi yang di dengarnya ini, tidak ada pernikahan? Ardham dan Anna tidak pernah menikah? kebohongan apa ini!! bertahun-tahun lamanya dirinya tenggelam dalam kesedihan. Menahan rasa sakit dalam waktu yang panjang, tersiksa kerinduan di tiap malam, hanya karena percaya jika pamannya telah menikah. Dan sekarang kebohongann apa ini paman?" jerit hati Nadine masih menatap Ardham tak percaya.

"Apakah itu termasuk dengan sakit nya paman yang terkena HIV?" tanya Nadine dengan hati yang pedih, bertahun-tahun Ardham telah membohonginya.

Ardham mengangguk lemah, dengan sorot matanya yang memelas dan memohon maaf.

"Maafkan paman Nadine, maafkan paman, paman harus melakukannya. Demi dirimu sayang." tubuh Ardham merosot berlutut di hadapan Nadine dengan mengenggam kedua tangan Nadine.

Airmata Nadine semakin deras, jiwanya semakin terluka lara.

"Kebohongan apa lagi yang akan paman katakan? paman melakukannya karena apa? Nadine mungkin gadis yang bodoh paman, gadis bodoh yang mudah paman bohongi selama bertahun-tahun. Kenapa paman tega melakukan ini pada Nadine paman?" isak Nadine lirih, seraya melepaskan genggaman Ardham.

Namun Ardham menggenggam tangan Nadine dengan sangat kuat.

"Jangan lepaskan genggaman paman Nadine? paman mohon...maafkan paman, maafkan paman belum bisa menjelaskannya padamu saat ini, tapi percayalah pada paman, paman benar-benar mencintaimu." suara Ardham tercekat parau, menahan luka yang sangat dalam.

"Mana bisa Nadine percaya pada paman lagi, dari kecil Nadine selalu percaya pada paman, dan sekarang paman lebih menyakiti hati Nadine, Nadine benci sama paman...Nadine tidak mau bertemu dengan paman lagi! sekarang lepaskan tangan Nadine paman! biarkan Nadine sendiri." lirih suara Nadine di lepasnya dengan kuat tangan Ardham.

"Paman tidak akan pergi Nad, paman akan tetap di sini menemanimu. Jangan menyuruh paman pergi Nad? paman mohon." tangan Ardham menggapai tangan Nadine.

Namun Nadine menepisnya dengan kasar.

"Jika paman tidak pergi! biar Nadine yang pergi!" dingin suara Nadine, kemudian berlari menjauh dari tempat Ardham yang masih berlutut.

Ardham menatap kepergian Nadine dengan terluka hati. Namun dia tidak bisa membiarkan Nadine pergi, karena nyawa Nadine masih dalam bahaya.

Dengan lutut yang sedikit ngilu, Ardham bangkit dan berlari cepat mengejar Nadine, Mata Ardham mengawasi semua jalan yang ada di taman, di ujung jalan taman arah ke jalan raya besar Ardham menangkap bayangan Nadine yang masih terlihat berlari. Dengan berlari kencang tanpa melihat apapun, Ardham mengejar Nadine yang masih jauh depannya.

Tak sengaja mata Ardham melihat mobil merah yang mencurigakan berhenti di seberang kiri jalan, saat itu di lihatnya Nadine sudah hampir di pinggir jalan besar dan hendak menyeberangi jalan.

Mobil merah itu di lihatnya mulai berjalan melaju bersamaan Nadine yang sudah mau menyeberang, Ardham berlari lebih kencang tanpa menghiraukan kakinya yang berkali-kali terantuk batu atau akar pohon di jalan yang di laluinya.

Tepat pada saat Nadine berlari cepat sambil menangis, mobil itu melaju kencang menuju arah Nadine. Dengan cepat Ardham meraih tubuh Nadine dan melemparkannya ke pinggir jalan, dan.....

"BRAAAAAKKKK"

Tubuh Ardham terpental saat mobil itu menabraknya. Melihat korban yang tergeletak bersimbah darah di jalan, mobil merah itu melesat kencang menjauh. Beberapa orang berlari-lari mengejar dan berteriak.

Nadine yang berdiri hanya terpaku dengan kedua matanya yang mengalir deras tanpa dia minta, jantungnya serasa berhenti, jiwanya melayang, saat di lihatnya tubuh Ardham terpental dan tergeletak dengan bersimbah darah. Darah berceceran di samping Ardham.

"Apa yang telah di lakukan paman, kenapa paman menyelamatkanku? padahal aku telah memarahinya, aku telah menyakiti hatinya." hati Nadine menjerit pilu.

"Hai...Nak!" kamu cepat kemari! kita harus membawanya ke rumah sakit, jantungnya masih berdetak! dia belum mati!" teriak seorang pria yang berada di samping Ardham. Nadine tersentak sadar, dengan berurai airmata Nadine mendekati Ardham yang nafasnya terlihat tinggal satu-satu.

Nadine memeluk erat pamannya. Menangis dan meraung di dada Ardham.

"Paman...bangun paman...jangan tinggalkan Nadine paman." teriak Nadine histeris masih dengan memeluk tubuh Ardham yang terkulai.

"Tolongggg!! sapa saja...tolong bawa paman saya ke rumah sakit!" seru Nadine pada orang-orang yang berada di sekelilingnya. "Paman...bangunlah paman." lirih suara Nadine di telinga Ardham.

Berlahan mata Ardham terbuka separuh, darah mengalir dari mulutnya, tangan Ardham menggapai wajah Nadine yang samar di lihatnya.

"Nadine...maafkan paman." suara Ardham tersendat darah muncrat dari mulut Ardham.

"Maafkan paman." tangan Ardham jatuh terkulai seiring mata Ardham yang mulai meredup dan terpejam. Nadine menangis histeris dan memanggil nama Ardham.

"Pamannnn Ardhaaaammmmmm!!!"

avataravatar
Next chapter