webnovel

MY UNCLE, MY HUSBAND

Khusus Dewasa!! "MY HUSBAND HOT DADDY" VOL 5 Apa yang kalian pikirkan jika Bubu mendapatkan takdir yang tidak di inginkan?? Berawal dari keinginan berbulan madu bersama Haruka. Dalam perjalanan bulan madunya Bubu bertemu dengan sahabat lamanya Henry yang sudah menikah dan mempunyai seorang putri Bianca 5th. Dua pasangan yang romantis menghabiskan waktu bersama-sama. Bianca gadis kecil yang cantik dan lucu merasa nyaman dan dekat dengan Bubu. Hingga pada hari yang naas di saat kedua pasangan itu menghabiskan waktunya dengan makan malam bersama. Datang sekelompok orang-orang yang tiba-tiba menyerang dengan tembakan pada Henry dan istrinya. Sedangkan Bianca yang pada saat itu dalam pangkuan Haruka tak lepas dari incaran tembakan dan mengenai Haruka yang melindungi Bianca.  Di sini awal kisah Bubu di mulai dengan membesarkan Bianca sebagai putrinya. Bagaimana kisah selanjutnya? Salahkah jika Bianca mencintai Bubu?  Dan siapakah yang telah tega membunuh keluarga Henry yang ternyata seorang yang kaya raya dengan semua harta warisan yang akan jatuh di tangan Bianca?? "MY PATIENT MY HUSBAND" VOL 4 DANIEL CLIFFORD sahabat Jean Aideen Devanka  sebagai aktor yang terkenal di kota New York, yang hanya bisa mencintai Jeany sejak masa SMA sampai selama hidupnya. Sejak Jean memutuskan untuk menikahi Jian laki-laki yang di cintainya, kehidupan Daniel terpuruk dalam kegelapan.  Menjadikan seorang Daniel jadi pecandu rokok dan peminum berat dan pemakai narkoba selama bertahun-tahun, hingga membuat Daniel menderita sakit sirosis hati. Mendptkan Dokter pribadi dari salah satu temannya hidup Daniel menjadi berubah total. Seorang Dokter muda Dhenisa Zee saudara kembar dari Dhesita Lee putri dari Jean Aideen telah mampu merawat kesehatan Daniel sekaligus telah menyembuhkan luka di hatinya yang terdlm. Bagaimana kah kisah kelanjutan kehidupan cinta seorang Daniel? apakah cinta pertamanya bisa berpaling?" "MY LOVER MAN" VOL 3 Alverio Axell seorang rektor sekaligus dosen di Universitas Taruna, di hadapkan pada tugas yang menurutnya sangat berat dari pemilik Universitas Taruna Tuan Hendrawan. Di mana tugas itu harus menjaga dan membuat putri Hendrawan Sheren Evelyn Hendrawan menjadi wanita gadis yang pintar dan anggun, sedangkan di mata Axell gadis yang bernama Sheren adalah gadis yg paling bandel dan jahil yang sangat keras kepala. Bagaimana? Apakah seorang Alverio bisa mengubah sifat dan watak dari seorang Sheren?? Dan bagaimana reaksi Axell saat Hendrawan menjodohkan Sheren Evelyn dengan dirinya??? "JIAN MY COLD MAN" VOL 2 "Kalian berdua harus menikah, itu sudah menjadi keputusanku." ucap Ardham menatap Jean Aideen Devanka dan Jian Ying secara bergantian. Jian dan Jean saling berpandangan, saling bertanya satu sama lain dengan suara hati mereka. "Aku masih muda aku tidak mau menikah denganmu Uncle." ucap Jean mengangkat satu alisnya. "Aku juga tidak bisa menikahimu." ucap Jian mengalihkan pandangannya pada Ardham. Sedetik kemudian keduanya menatap Ardham dengan mengambil nafas bersamaan. "KITA TIDAK MAU MENIKAH !!! Jian dan Jean kompak menjawab pertanyaan Ardham secara bersamaan. "KALIAN HARUS TETAP MENIKAH TITIK!!!" ucap Ardham Devanka tanpa bisa di ganggu gugat. MY UNCLE MY HUSBAND VOL 1 Seorang laki (Ardham) yang berusia 38 th mencintai gadis (Nadine 21th) yang sejak kecil di asuhnya. Nadine gadis remaja yang cantik yang telah di tinggal oleh orang tuanya sejak kecil karena kecelakaan yang sengaja di lakukan oleh seseorang yang menginginkan harta kekayaan orang tua Nadine. Ardham sebagai sahabat orang tua Nadine mengasuh Nadine hingga dewasa. Dan terus mencari siapa dalang dari kecelakaan tersebut. Dalam diam ada cinta di antara Ardham dan Nadine. Mungkinkah cinta mereka bisa bersatu? sementara nyawa Nadine dalam bahaya? Dan mampukah Ardham bersaing dan mendapatkan cinta Nadine? sedangkan begitu banyak laki-laki yang masih muda menginginkan cinta Nadine?

NicksCart · Sci-fi
Not enough ratings
726 Chs

LUKA HATI JIAN (2)

" Jian,...!" kenapa dengan lenganmu,..!" ucap Nadine kaget melihat Jian yang memegang lengannya dengan darah yang membasahi kaosnya.

" Tidak apa-apa,..." tenang aja, dan lagi orang yang membuatnya berdarah juga ga perduli,...." sahut Jian, sambil menyikap kaos lengannya untuk membuka perbannya.

" Ya Tuhan,....aku ya,...?" jawab Nadine dengan rasa bersalah, saat ingat kalau dia telah memukul Jian bertubi-tubi tanpa mengingat kalau lengan Jian masih terluka.

" Maafin aku ya,..?" sini biar aku saja yang buka,..." ucap Nadine dengan rasa bersalahnya. " Kamu bawa perban dan obatnya kan,..?" tanya Nadine, menepis pelan tangan Jian yang keras kepala, yang mau melepas sendiri perbannya.

" Ada di tas ransel,.." jawab Jian singkat.

" Biar aku ambil,.." ucap Nadine seraya mau berdiri.

" Jangan,..!" biar aku ambil sendiri,..." cegah Jian tidak ingin Nadine mengambilnya dan mengetahui adanya pistol dan belati di dalam tasnya.

Nadine pun diam, menunggu Jian mengambil perban dan obatnya.

Setelah melihat Jian mengambil perban dan obat serbuk untuk lukanya, Nadine segera mengambilnya dari tangan Jian.

" Agak sedikit ke sini lengannya,.." perintah Nadine pada Jian agar lebih mendekat agar bisa leluasa memberi serbuk obatnya dan menutup lukanya dengan perban.

Jian menatap Nadine dalam-dalam. Dia tidak tahu ada apa dengan hati dan pikirannya. Sejak melihat Nadine pertama kali di Bandara ada sesuatu yang dia rasakan, entah apa,..." seperti ada rasa keinginan untuk selalu dekat Nadine.

" Jangan keras lagi ngikatnya,.." ucap Jian masih menatap wajah Nadine yang begitu cantik dan teduh.

" hehe kenapa,..?" takut kesakitan lagi,..?" balas Nadine dengan kekehan, mengingat kapan hari dia mengikat perban Jian dengan keras.

" Aku tidak takut sakit,.." aku hanya tidak mau lukaku makin parah saat kau yang mengobati nya,.." sahut Jian enteng menyadarkan kepalanya di kepala kursi sambil memejamkan matanya.

" Kamu,...!" desis Nadine tak melanjutkan ucapannya, namun kembali kekesalannya di limpahkan pada lengan Jian, dengan rasa kesal Nadine mengikat perbannya dengan sangat kencang.

Nadine melirik ke wajah Jian,..tidak ada perubahan sama sekali di wajahnya, tetap datar dan dingin. Sama sekali tidak terlihat wajah meringis kesakitan atau suara yang mengaduh. Dengan rasa penasaran Nadine menarik ikatan perbannya lebih keras. Namun tetap tidak ada reaksi. Karena tidak ada tanggapan dan reaksi dari Jian, akhirnya Nadine membalikan badannya dengan hati kesal setengah mati, menghadap ke Marvin yang masih tertidur pulas.

Jian memicingkan matanya melihat tingkah Nadine yang terkadang baginya sangat lucu dan imut, sekilas nampak ujung bibir Jian terangkat membentuk sebuah senyuman. Rasa sakit yang di tahannya saat Nadine mengikat perbannya dengan keras , hilang sirna begitu saja.

Masih dengan senyuman tertahan Jian memejamkan matanya yang sudah mulai mengantuk. Perjalanan masih kurang satu jam lagi, untuk mencapai vila di atas puncak.

Selang beberapa waktu Jian membuka matanya , setelah mendengar ucapan ketua senat memberitahu jika Bis telah sampai di depan vila.

Jian menurunkan tiga ransel dari kabin Bis.

" Marvin,...Nadine,..sudah sampai,...ayo turun,.." ucap Jian, sambil menepuk pundak keduanya.

Marvin dan Nadine membuka mata bersamaan.

" Udah sampai ya,...?" tanya Marvin sambil menggosok matanya yang masih berat. Nadine memicingkan matanya, melihat Jian yang sudah berdiri antri untuk keluar sambil memanggul dua ransel di punggungnya.

" Ayo Nad bangun,..." ucap Marvin yang barusan berdiri sambil memanggul ranselnya.

Dengan menahan kantuknya Nadine mengikuti Marvin dan Jian yang berjalan di depannya. Sekitar lima belas mahasiswa , dan sepuluh mahasiswi yang mengikuti acara pembentukan panitia Baksos yang baru.

" Kalian masuklah dulu,...aku ada perlu sebentar,..." ucap Jian sambil melihat ke sekeliling halaman yang sangat luas dengan pohon-pohon Pinus yang berjejer sangat rapi.

Dengan tatapan matanya yang tajam seperti elang, Jian mengamati tiap sudut halaman, dan melihat dengan seksama pada bangunan vila yang sudah di hadapannya.

" Semoga dua hari di sini tidak ada masalah yang bisa membahayakan nyawa Nadine,.." doa Jian dalam hati.

###

Suasana pagi ruang makan di vila nampak ramai , banyak teman-teman Nadine mencari tempat duduk yang strategis. Nadine dan Marvin berdiri dengan pandangan mata kesana kemari untuk mencari tempat duduk yang nyaman.

" Tuh,.. " di sana ada yang kosong,..." ucap Marvin menunjuk tempat duduk di pinggir kolam. Nadine pun melangkahkan kakinya kearah tempat duduk yang dekat kolam, di ikuti Marvin di belakangnya.

" Nad,...kamu duduk aja, biar aku yang ambil makanan,.." kamu mau di ambilkan apa,...?"

" Nasi goreng aja,...sama teh hangat,.."

" Oke,.... tunggu bentar , kamu jangan kemana-mana,.."

Marvin berdiri dan melangkah menuju meja makan yang sudah tersedia dengan banyak macam hidangan.

Nadine yang menunggu Marvin mengambil makanan, menatap kolam yang ada beberapa angsa di sana.

" Eh,..bukannya itu Jian ya,...ngapain berdiri di pojok kolam,..?" keliatan sedih gitu,...?" Apa perlu aku temani ya,..?" tanya Nadine pada dirinya sendiri.

Tanpa sadar Nadine sudah berjalan menghampiri Jian di sudut kolam.

" Jian apa yang kamu lakukan di sini,...?"

Jian menoleh sekilas ke arah suara Nadine, kemudian berpaling lagi menatap angsa -angsa yang sedang berenang.

" Kamu lihat aku sedang apa,...!"

" Lihat angsa,..."

" Nah itu,...sudah tahu nanya,.." ucap Jian sambil menekan topi Nadine ke bawah sehingga matanya tertutup topinya.

Jian tertawa terkekeh saat Nadine mendongak kan wajahnya dengan mata yang tidak kelihatan.

" Udah puas sekarang,....balas dendamnya,..!" gerutu Nadine sambil membetulkan topinya, agar bisa melihat Jian kembali. Jian hanya menahan senyum melihat gerutuan Nadine.

" Kamu sudah sarapan belum,..?"

selang beberapa menit kesunyian melanda keduanya.

" Ya Tuhan lupa aku ,..." Marvin sedang mengambilkan makanan untukku,...aku segera kembali ke sana,.." kamu tidak makan,...?" tanya balik Nadine.

" Aku tidak terbiasa sarapan pagi,...." makanlah dulu sana,..." aku mau olahraga sebentar,.."

ucap Jian , beranjak dari tempatnya dan berlari menjauh dari tempat Nadine berdiri.

" Aneh sekali Jian itu,..." manusia atau tidak,...?" sambil garuk-garuk rambutnya yang tidak gatal.

" Nadine,...ngapain kamu di situ,..!" teriak Marvin yang sedang mencarinya.

Nadine berjalan kembali ke tempatnya, menghampiri Marvin yang terlihat kuatir.

" Aku lagi di kolam lihat angsa berenang,..." jawab Nadine sambil menghempaskan tubuhnya di kursi rotan.

" Kamu tidak lupa dengan ponselmu kan,..?" bagaimana kalau ponselmu ada yang ngambil,.." ucap Marvin sambil menyodorkan ponsel Nadine yang tertinggal di meja.

Nadine menelan ludahnya, atas ketelodorannya.

" Maaf,...aku terburu-buru tadi Marv...." sesal Nadine.

" Jangan minta maaf padaku,...minta maaf tuh sama yang nelpon kamu berkali-kali,.." jawab Marvin yang tidak mengangkat ponsel Nadine saat Ardham telpon. Cukup sudah kecemburuan Ardham di waktu yang lalu.

Nadine melihat ponselnya, ada lima kali panggilan dari Ardham.

Sambil menikmati teh hangatnya, Nadine menelpon Ardham yang pasti sudah merindukannya.

" Hallo paman,..."

Nadine melirik Marvin yang menatapnya dengan rasa penasaran.

" Nadine ya,...ini paman Abay,...maaf tadi paman telpon Nadine berkali-kali,..."

" Memang ada apa dengan Paman Ardham paman,..kok paman yang nelpon Nadine,.."

perasaan Nadine jadi was-was, tidak biasanya ponsel Ardham di bawa orang lain.

" Ardham tadi pagi pingsan,..aku bawa ke rumah sakit, kata dokter sih kecapekan,.."

" Sekarang paman sudah sadar kan,..?" tanya Nadine mulai cemas.

" Tadi sudah sadar,...aku suruh dia telpon kamu untuk mengabarimu,..sapa tahu setelah mendengar suaramu dia akan cepat sembuh

,...tapi dia tidak mau , takut kamu jadi cemas dan tidak fokus dengan kegiatan kamu,..." jadi aku yang menelponmu , Ardham tidur sedari tadi, mungkin efek dari obatnya,..." jelas Abay panjang lebar.

Mata Nadine mulai berkaca-kaca, melihat sikap Ardham yang benar-benar kembali dengan sikapnya yang dingin dengan rasa egonya yang tinggi, tidak mau menunjukkan rasa sakit atau kesedihannya.

" Paman Abay,.. Nadine minta tolong jaga Paman Ardham ya,... Nadine di sini baik-baik saja,.."

" Ya tentu saja , aku akan menjaganya Nad,..kamu hati-hati di sana ya,...jangan jauh-jauh dari Jian atau Marvin,.." kamu tahukan kalau kamu masih dalam bahaya,..."

" Ya Paman,....Nadine akan berhati-hati, nanti biar Nadine aja yang telpon paman Ardham,...."

Selepas menelpon , Nadine menatap nasi gorengnya yang masih utuh. Pikirannya tertuju pada Ardham, ada perasaan rindu yang datang tiba-tiba. Rindu akan perhatian dan manjanya Ardham.

" Aku merindukan Dham,...sangat merindukanmu,..." seru Nadine dalam hati.

Malam kk,..

Happy reading,..

aku masih mengupas isi hati Jian kk

sapa tau ada yg penasaran,..

sapa tau ada yg berpaling dari Ardham ke Jian,hehe

tapi aku pribadi ttp memilih Ardham kk, karena di chapter2 selanjutnya pengorbanan Ardham tak bisa di ragukan lagi

ga tanggung2 nyawa Ardham taruhannya,

Di cover cerita, aku up foto Jianying kk, sapa tau penasaran dgn wajah Jian,.

Aku ucapkan mksh dulu, ntar kalo vote besok mencapai 30 ke atas dan 5 review, aku janji siang akan up lgi

luv u all kk

NicksCartcreators' thoughts