1 Welcome To The Jungle

Langit masih terlihat sangat gelap ketika segerombolan anak perempuan dengan seragam hitam putih berlarian menuju ke sebuah kampus yang di sekelilingnya hanya sawah-sawah dan suasana jalan yang masih di lewati satu atau dua kendaraan saja.

Anak perempuan berseragam hitam putih, dengan rambut yang diikat tiga di beri pita berwarna biru cobalt sebagai penghias.

Di punggung mereka ada sebuah tas yang dibuat dari karung terigu yang setiap sisinya diikatkan dengan tali rapia sehingga menjadi sebuah backpacker yang antik dengan sebuah logo yang berbentuk segitiga berwarna biru.

Masing-masing calon siswi itu menuliskan nama yang di berikan oleh kakak kelas mereka di sebuah kertas karton dengan tinta hitam yang menempel di dada mereka dengan huruf yang besar dan jelas untuk dibaca oleh panitia penerimaan mahasiswi baru.

Perploncoan tersembunyi yang nereka sebut untuk membentuk sebuah kemandirian dan mental baja bagi seorang calon mahasiswi kebidanan.

Aletta salah satu dari banyaknya murid sudah berdiri di dalam barisan menunggu antrian untuk dilakukan pemeriksaan kelengkapan atribut oleh kakak tingkatnya.

"Hai "

Seseorang di belakang letta menyapanya sambil tersenyum.

"Hai " letta tersenyum tipis.

Seseorang pertama yang menyapa letta dari kedua puluh empat orang yang berbaris.

Dia bernama yunno, sahabat pertama letta yang memiliki sifat periang dan ramah untuk ukuran letta ketika mereka pertama bertemu.

"Nama kamu siapa? " tanya panitia yang kali ini melakukan pemeriksaan kelengkapan atribut pada letta.

"Aletta mahira "

"Nama kesayangan? " letta kembali di beri pertanyaan oleh kakak kelasnya yang kali ini sedikit dengan teriakan.

"Nama kesayangan Hymen infer... " letta kesulitan untuk mengingat nama aneh yang diberikan oleh seniornya itu.

"Inferporata " sambungnya.

"Apa??? " lagi-lagi seniornya berteriak, "masa bu bidan suaranya kecil!! "

"Ulangi!!! "

Letta terkejut ketika dia mendapatkan bentakan kali ini.

"Hymen imperforata " kali ini letta menjawabnya dengan suara lantang di hadapan seniornya.

"Kamu pikir saya tuli? sampai kamu teriak seperti itu! "

Letta seketika jatuh mental, pertama dia salahkan karena suaranya yang pelan dan setelah menjawabnya dengan nada tinggi dia semakin di sudutkan.

"Kamu tahu itu tidak sopan? "

Letta menoleh ke senior lain yang bertanya padanya.

"Ngapain kamu lihat saya? " dia bertanya pada letta dengan matanya yang melotot.

"Kamu marah saya tanya begitu? "

"Tidak, kak " letta dengan cepat menundukkan kepalanya.

"Bukannya minta maaf!! "

"Maaf, kak. Saya salah " dengan cepat letta mengatakan permintaan maafnya.

Ada tiga senior yang kali ini berdiri di hadapan letta tertawa sinis mendengar permintaan maafnya.

"Keliling lapang sambil jalan jongkok! "

Letta mendapatkan hukuman dan mengikuti semua hukuman itu dengan berjalan jongkok bergabung dengan teman-temannya lain yang mendapatkan hukuman.

"Kamu di hukum juga? "

Letta tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya.

"Rosi " dia memperkenalkan diri pada letta.

"Panggil ochi aja "

" Letta "

Sahabat kedua setelah yunno yang letta temui di masa orientasi mahasiswi baru.

Walaupun sedang berjalan jongkok tapi letta tahu jika ochi memiliki postur tubuh tinggi dan berisi.

Rambutnya pendek seperti laki-laki dari cara dia berjalan dan bicara terlihat jelas dia tomboi.

"Kalian dapat hukuman aja masih sempetnya ngobrol! "

Letta dan ochi tertangkap basah sedang mengobrol kali ini dan kembali mendapatkan omelan dari sang senior.

"Ulangi keliling lapangan! "

Keringat letta mulai bercucuran karena dia harus kembali berjalan jongkok memutari lapangan.

"Kamu masih mau di hukum? "

"Tidak, kak " jawab letta.

"Oke, karena aku baik hati hukuman kamu bisa hilang kalau bisa jawab apa arti nama kesayangan kamu "

Letta menarik nafas lega, karena semalam dia telah berhasil menemukan arti nama aneh yang seniornya berikan.

"Hymen imperforata adalah selaput dara yang tidak menunjukkan lubang sama sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang sering cukup dijumpai " jawab letta.

"Jangan sok tahu kamu " lagi-lagi mental letta di coba sedang di jatuhkan.

"Kata siapa? "

"Itu menurut buku kebidanan prawirohardjo " letta memperjelas jawabannya.

"Masuk barisan " dia memberikan perintah pada letta untuk bergabung dengan barisan teman-temannya yang lain.

"Kalian sudah mahasiswi, tidak boleh lagi asal menjawab. Jadi apa yang kalian jawab itu harus berdasarkan sumber yang terpercaya "

"Coba bayangkan kalau asal jawab tanpa referensi kalian sebutkan pada pasien "

"Mengerti? "

"Mengerti kak " semua menjawab dengan kompak.

"Saya kak uji, ini mira, cindy, dan yang lainnya itu senior kalian " ucapnya lagi.

"Mereka lebih dulu tahu dari kalian jadi harus kalian hormati "

"Ingat hukum kita selama tiga hari "

"Hukum kesatu senior tidak pernah salah, dan kedua jika pun dia salah kalian harus ingat hukum kesatu! "

Sebenarnya semua adik kelas mereka ingin sekali menyurakinya, tapi mereka terikat oleh sebuah peraturan tentang disiplin yang sudah di turunkan secara bertahun-tahun oleh pihak kampus.

Melawan artinya akan berurusan dengan pihak kedisiplinan mahasiswi yang akan mempersulit kuliah mereka.

Jadi walaupun mereka muak dan kesal, selama tiga hari ke depan mereka harus menelan pil pahit dan menuruti semua perintah senior mereka.

"Mereka itu beraninya sama anak baru! " celetuk ochi.

"Ssttt.. "

Secara serentak letta dan yunno menoleh ke arah ochi yang asal bicara sambil membulatkan sepasang mata mereka.

"Peace " ochi nyengir bicara dengan nada pelan.

"Baiklah adik-adik, welcome to the jungle! "

Senior yang menjadi ketua panitia itu lalu berkata yang sedikit menyeramkan.

Seolah-olah akan menghadapi sebuh rintangan besar dalam kehidupan mahasiswi baru kali ini.

"Kelompok satu, yang dipanggil namanya bergabung dan duduk membentuk lingkaran "

"Hymen imperforata, gravida, ovarium, progesteron, uterus "

Letta masuk ke dalam kelompok satu dan dia duduk lebih dulu menunggu siapa yang akan bergabung dengannya kali ini.

Senyumannya merekah ketika dia melihat yunno ternyata satu kelompok dengannya, di susul dengan dua orang yang belum dikenalnya.

Dan orang terakhir di kelompoknya adalah ochi yang letta kenal ketika mendapatkan hukuman tadi.

Dia lega sekali karena ternyata bisa satu kelompok dengan orang-orang yang sudah dikenalnya lebih dulu.

"Nama kamu siapa? " tanya letta pada kedua teman barunya itu.

"Diah "

"Siti "

Letta tersenang karena akhirnya dia memiliki teman baru di tempatnya menimba ilmu.

Semakin banyak teman dia rasa akan semakin membuatnya semangat setidaknya walaupun hanya sekedar untuk hadir di kelas saja.

Jurusan yang dia lakoni sekarang adalah sebuah keterpaksaan. Hanya karena ibunya adalah seorang bidan dan letta menjadi satu-satunya anak perempuan dari kedua kakak laki-lakinya jadi sang ibu memaksanya untuk mengambil jurusan yang sama dengan ibunya.

Alih-alih sebagai penerus tempat praktek ibunya yang tidak lama lagi akan pensiun, letta harus mau belajar sesuatu yang sangat tidak di sukainya.

Yaitu sebuah pekerjaan yang bergelut dengan darah dan di hadapkan dengan seseorang yang menjerit kesakitan...

avataravatar