webnovel

MY SWEET LECTURER

Beberapa mahasiswi sangat mungkin jatuh hati pada sang dosen, apalagi kalau si dosen tersebut udah akademisi juga praktisi di bidang bisnis. Udah gitu ganteng, single, kaya raya pula. Nah apa yang akan terjadi pada Isabella Stuart nih, kalau ternyata di kampusnya ada dosen yang ganteng, kaya, single dan jatuh hati padanya??? Romance dewasa ini dikemas dengan alur yg berdinamika dan pasti bikin pengen baca terus teris dan terus lhoooo . . . Dan karena peminat romace ini banyakk maka author mutusin untuk revisi gede2an, biar lebih komplit, lebih greget, dan lebih bikin nagih.

Queenerri · Urban
Not enough ratings
239 Chs

MSL - Is it the end ?

Christ berbaring di sisi Bella yang berbaring menatapnya, sementara Christ menatap ke langit-langit.

"Apa semuanya akan berakhir segera?" tanya Bella.

"Kuharap begitu." Jawab Christ singkat.

"Kau benar-benar tidak ingin mengatakan apapun?" Tanya Bella.

"Tidak."

"Christ, kumohon, aku hanya ingin tahu kabarnya saja."

Christ menghela nafas dalam. "Dia saudarimu tapi bertingkah seperti musuhmu, untuk apa kau tahu tentang dia."

"Entahlah, aku hanya merasa sedikit banyak ini salahku."

Christ beringsut menghadap isterinya dan meraih tangan isterinya itu, memar bekas jeratan tali masih terihat jelas di kedua pergelangan kakinya.

"Dia menyakitimu dengan sangat kejam." Desis Christ.

"Dia punya kesempatan membunuhku, tapi tidak dia lakukan." Ujar Bella.

"Bagaimanapun juga, aku tidak bisa memaafkan tindakannya."

"Pasti ada yang memaksanya melakukan ini."

"Ya." Christ mengangguk setuju. "Lindsey." Ujarnya.

"Lindsey? Bagaimana dia bisa menemukan saudari kembarku?" Tanya Bella bingung.

"Saudarimu, hidupnya menyedihkan setelah diadobsi pria bernama Jacob itu. Dia bangkrut dan akhirnya memuturkan untuk menjadi kurir narkoba, hingga akhrirnya menjadi Bandar narkoba, tidak meninggal dalam kecelakaan melainkan ditembak ditempat oleh polisi saat operasi penggrebekan. Saudarimu pecandu berat, dan dia butuh uang untuk bertahan hidup." Ujar Christ yang akhirnya buka suara. Mata Bella berkaca-kaca, ternyata saudari kembarnya mengalami kehidupan yang jauh lebih buruk darinya.

"Tapi ibu panti tidak mengatakan hal itu."

"Semua sudah dipersiapkan dengan sangat matang, skenarionya sudah sempurna sebelum dia akhrirnya datang ke rumah ini. Tapi saudarimu terlalu naïf." Ujar Christ.

"Apa maksudmu?"

"Dia memilih lari dan mengabaikan perintah Lindsey. Dia berpikir akan bisa lari dariku dan dari Lindsey, membawa uangku dan kembali ke kehidupannya."

"Dia berhasil lari?" Tanya Bella dan Christ menelan ludah, rahangnya mengeras sekilas. Ada hal buruk yang tidak siap dia kabarkan pada isterinya itu.

"Maaf sayang." Ujar Christ.

"Polisi datang terlambat, saudarimu dan supir taksi yang membawanya ditembak mati oleh seseorang."

Mata Bella membulat, tiba-tiba air menggenangi matanya hingga penuh dan akhrinya tumpah.

"Dia mati?" Suara Bella bergetar.

"Ya." Christ mengangguk.

"Dan kau menyembunyikannya dariku?" Protes Bella ditengah deraian air matanya.

"Aku tidak bisa melihatmu semakin terluka, situasinya serba sulit." Ujar Christ.

"Dimana jasadnya sekarang." Suara Bella bergetar, sementara Christ yang berusaha memeluknyapun ditepisnya.

"Dia sudah dikremasi karena secara teknis dan secara hukum tidak ada lagi orang tua atau keluarganya."

"Oh . . ." Tangis Bella semakin menjadi, dia memegangi dadanya yang mendadak sesak.

"Hei . . ." Christ meraihnya tapi Bella menepisnya sekali lagi.

"Tinggalkan aku sendiri." Ujarnya. Entah mengapa meski awalnya dia tidak terlalu menerima kehadiran saudari kembarnya itu. Saat berada dalam gelapnya lemari pakaian pikiran Bella seolah terbuka, tiga hari tinggal dengan Elina, saudari kembarnya itu meski hanya sedikit, bahkan sangat sedikit, tapi kedekatan mulai terbangun, meski bagi Bella, kehadiran Elina tidak lebih dari sekedar kehadiran seorang pengganggu dalam kehidupan tenangnya. Bahkan saat dia tersadar dari bius dan menyadari dirinya di ikat dan disumpal mulutnya, dia sangat geram dan mengutuk saudari kembarnya itu. Tapi kemudian dia berpikir, Elina mungkin bisa melakukan hal yang lebih gila dari pada itu, misalnya membunuhnya, membuang jasadnya lalu hidup sebagai dirinya, tapi tidak dia lakukan. Elina hanya membawa kabur dompet dan juga ponselnya, setidaknya dia membiarkan Bella tetap hidup dan sangat mudah ditemukan karena Bella ada didalam rumah Christ dan dikamar yang pasti siapapun yang pertama kali menyadari bahwa Bella hilang, maka kamar itu yang jadi tempat pertama pencarian.

Elina tidak sejahat itu, dan Bella meletakan kesalahan atas kematian saudari kembarnya itu sepenuhnya di pundaknya.

Elina tidak punya banyak pilihan, dia melakukan kemauan Lindsey atau tidak, pada akhirnya dia akan menjadi korban dan dilenyapkan. Entah oleh polisi, oleh orang-orang Lindsey atau bahkan orang-orang Christ, suaminya.