webnovel

MY SWEET LECTURER

Beberapa mahasiswi sangat mungkin jatuh hati pada sang dosen, apalagi kalau si dosen tersebut udah akademisi juga praktisi di bidang bisnis. Udah gitu ganteng, single, kaya raya pula. Nah apa yang akan terjadi pada Isabella Stuart nih, kalau ternyata di kampusnya ada dosen yang ganteng, kaya, single dan jatuh hati padanya??? Romance dewasa ini dikemas dengan alur yg berdinamika dan pasti bikin pengen baca terus teris dan terus lhoooo . . . Dan karena peminat romace ini banyakk maka author mutusin untuk revisi gede2an, biar lebih komplit, lebih greget, dan lebih bikin nagih.

Queenerri · Urban
Not enough ratings
239 Chs

MSL - BAB 36

After The Storm

Stelah badai selalu ada hari yang cerah, selama dunia belum berakhir, dan aku percaya itu. Karena masih ada hari yang cerah, dan hubungan kami membaik, maka aku menganggap bahwa ini bukan akhir antara diriku dan Christ.

Pagi ini gencatan terjadi dipelopori oleh Granny, entah bagaimana aku harus berterimakasih padanya. Setelah aku berbaikan dengan Christ kukirim pesan singkat pada Granny.

*Thank you Granny* Tulisku.

*Tidak ada lain kali!* Balasnya.

*I promise you* Balasku lagi.

Entah bagaiman aku merasa bahwa Granny adalah wanita yang keras diluar tapi sangat lembut dan manis dalam hatinya. Jika dia benar-benar membenciku tentu saja dia tidak akan menolongku disaat-saat kritis seperti sekarang ini.

Christ berpamitan untuk ke kantor setelah perdamaian diantara kami terjadi, tapi anehnya dia memintaku untuk tidak ke kedai hari ini. Dia memintaku untuk tetap tinggal di rumah tanpa alasan yang jelas. Akses di rumah kami bahkan diperketat.

Aku sempat bertanya tentang apa yang terjadi tapi Christ tidak menjawab. Dia hanya memintaku untuk mendekorasi ulang kamarnya hari ini, kemudian memintaku untuk memasak makan malam yang kubisa.

"Kau tidak sedang mengerjaiku kan?" Protesku sambil memasangkan dasi untuknya.

"Tidak." Katanya cepat, dia menatapku dalam, seolah meyakinkanku bahwa dia benar-benar tidak sedang mengerjaiku.

"Pilih design yang kau suka, aku sudah mengambilkan katalognya, kau bisa menghubungi vendor setelah kau memutuskan design yang kau suka. Mereka akan mengirim barangnya kerumah dan tagihannya ke kantorku." Christ menjelaskan detil teknisnya.

"Kau ingin aku kelelahan ya?" Tanyaku.

"Tidak sayang." Dia mengecup bibirku sekilas. "Alfonso bisa menghandle coffee shop, jadi aku ingin kau belajar menjadi isteri yang baik." Katanya sambil mengenakan blazernya sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah setelah mengecup bibirku sekali lagi.

Apa dia benar-benar berencana menikahiku? Gumamku dalam hati. Ah entahlah, hanya pria itu yang tahu apa yang sebenarnya ada didalam kepalanya.

Aku berjalan ke meja dan mengambil catalog itu kemudian melihat-lihat design yang menarik perhatianku. Kamar Christ sungguh membosankan dengan nuansa gelap dan minimalis. Mungkin aku harus membuat kamarnya sedikit berwarna. Mungkin dengan begitu akan mempengaruhi kepribadian Christ, menjadi pria yang tidak terlalu kaku.

Setelah memutuskan dekorasi yang kusukai, aku menghubungi vendor penyedia barang-barang interior dan memesan semua yang aku perlukan. Bahkan wallpaper di kamar ini juga aku ganti sesuai keinginanku.

Bye Bye kamar gelap dan membosankan. Gumamku dalam hati. Benar saja, tak butuh waktu lebih dari dua jam, semua perlengkapan itu datang, tentu saja setelah diperiksa dengan ketat oleh tim keamanan yang dipekerjakan Christ mereka baru boleh masuk bersama barang-barangnya.

Enam orang masuk ke kamar itu dan segera mengupas semua wallpaper lama Christ kemudian menggantinya dengan yang baru. Mengganti Gordyn dengan yang baru sesuai pesananku. Furniture, semua kuganti. Dan setelah merapikan semua furniture lama mereka pergi.

Oh sial, aku lelah sekali. Meski sebagian besar aku hanya memerintahkan dan mereka yang melakukan, tapi ini cukup menguras tenagaku.

Setelah semuanya beres, ternyata hari sudah gelap. Dan Christ memintaku untuk memasak apa yang kubisa. Padahal dirumah ini sebenarnya Christ sering memanggil chef handal untuk memasak jika dia ingin makan dirumah. Tapi kali ini kuputuskan untuk memasak dengan tanganku sendiri.

Aku membuka kulkas besar dua pintu milik Christ yang mungkin ukurannya lebih besar dari lemari pakaian. Semua tersusun rapi, mulai dari daging, buah, sayur, susu dan lainnya.

"Anda ingin memasak?" Tanya Joel, rupanya dia adalah jurumasak di rumah ini. Yang memasak untuk semua orang dirumah kecuali Christ. Kata Joel, pria itu hampir tidak pernah makan makanan rumahan kecuali terpaksa.

"Sebutkan saja apa yang anda ingin makan dan aku akan menyiapkannya."

"Em . . ." Aku menggaruk leherku. "Bisakah kau memberikanku resepnya dan memberitahuku cara memasaknya, aku akan melakukannya sendiri." Kataku ragu.

"Anda ingin memasak Mss. Dimitri?"

"Mr. Hudson yang memerintahkannya, dia belum puas menyiksaku." Selorohku dan Joel tertawa.

"Mr. Hudson suka daging, mungkin anda bisa mulai dengan memasak daging saja."

"Oh ok." Anggukku cepat.

Joel kea rah lemari pendingin dan mengeluarkan semua bahan yang kubutuhkan untuk membuat Prime Beef Ribeye With Maitake Mushroom, Cipolini Onion, Veal Jus and reoasted foie gras. Aku bahkan sulit mengingat namanya.

Dengan sabar Joel mengajariku melakukan semuanya mulai dari memarinasi daging, memanggangnya hingga mengolah komplementarinya. Aku bahkan menghabiskan waktu dua jam untuk melakukan semuanya mulai dari persiapan hingga menata meja makannya.

"Walaaaaa . . ." Aku bahkan mengagumi hasil karyaku yang tentu saja sebagian besar adalah hasil karya Joel, terhidang diatas meja. Lengkap dengan Campagne dan dua gelas untuk makan malam dua orang.

"Hei . . ." Aku terkesiap karena saat membalik badanku kulihat Christ sudah datang, dia berdiri di ujung dengan kemeja putih dan celana yang dia kenakan tadi.

"Mr, Hudson." Joel pamit undur diri dan meninggalkan kami berdua. Tapi lihatlah aku, aku bahkan masih berkeringat dengan rambut yang cepol berantakanku.

"Aku baru selesai memasak." Alisku bertaut menatap Christ tapi pria itu hanya tersenyum menghampiriku, melilitkan tangannya dipinggangku dan mencium leherku.

"Kau bau keringat." Bisiknya setelah menciumku, dan sukses membuatku meremang.

"Bisakah aku mandi dulu?" Tanyaku ragu.

"Aku tidak suka memakan daging dalam keadaan dingin, jadi kita makan dulu." Katanya.

"Ok." Dengan berat hati akhirnya kami duduk berhadapan. Dia dengan kemeja putihnya, meski sudah sejak pagi bekerja tapi masih terlihat rapi dan tampan. Sementara aku, wajah berminyak, kaos putih yang penuh dengan keringat dan juga hotpant.

"Joel mengajarimu memasak ini semua?"

"Ya." Anggukku.

"I love it." Christ memasukkan potongan daging kedua kedalam mulutnya dan mengunyah, menikmati setiap gigitan kurasa. Aku bahkan tak menyangka hanya dengan sedikit sentuhan dan bimbingan Joel aku mampu memasak seenak ini.

"Aku bahkan tak yakin kalau bisa memasak seenak ini." Aku memuji masakanku sendiri dan kulihat Christ tersenyum mendengarnya.

"Kau berbakat." Pujinya.

"Tentu saja."

"Aku berpikir untuk menikahimu." Kalimat Christ membuatku hampir tersedak potongan besar daging.

"Hanya karena aku bisa memasak?" Protesku begitu aku selesai minum dan menenangkan diri.

Christ tersenyum. "Kau seperti sebuah paket komplit. Semua ada padamu."

"Hiss . . ." Aku memutar mataku.

"Cepat selesaikan makanmu, aku ingin mandi." Katanya.

"Jika kau sudah selesai mandilah dulu, aku akan membereskan semuanya." Jawabku sambil mengunyah makananku. Bagaimana mungkin aku menghabiskan makanan ini cepat-cepat, aku harus menikmati daging mahal ini perlahan-lahan, karena aku tidak bisa menyantapnya setiap hari.

"Aku membayar sepuluh pelayan di rumah ini untuk mengurus rumah, jadi kau tidak perlu membereskannya." Jawab Christ meledekku.

"Dasar sombong." Aku memutar mataku.

"Hmmm . . kau benar-benar membuatku kehilangan kesabaran." Christ mulai terlihat kesal.

"Pergilah mandi Mr. Hudson, aku benar-benar ingin menikmati setiap potong daging ini dengan tenang." Protesku.

"Aku ingin memandikanmu, bisakah kau mengunyah dengan lebih cepat."

"WHAT?!" Isi mulutku bahkan hampir berhamburan karena aku membuka mulut terlalu lebar, apa yang dikatakan Christ benar-benar membuatku shock. Untunglah kami benar-benar ada di ruangan yang sangat privat saat menikmati makanan ini.

"Aku benar-benar berharap kau tidak terlalu miskin sehingga pernah sekali dalam seumur hidupmu menonton drama romantic tentang adegan mandi bersama dibathup." Gerutunya.

"Aku akan memberimu kesempatan untuk mewujudkan vantasimu asal kau bersabar Mr. Hudson." Kurasa ini kesempatanku membalas dendam untuk apa yang pernah dialakukan padaku saat dia sangat marah. Menunggu tidak pernah menyenangkan bukan Uncle Christ? Aku tertawa penuh kemenangan dalam hati.