1 Prolog

"Arum! Mamah lupa memberitahumu semalam. Kata papah Lee Corporation sedang membuka lowongan pekerjaan dan ini kesempatanmu untuk dapat bekerja di perusahaan ternama itu. Cepat kamu siap-siap untuk pergi melamar ke sana!"

"Hah?! Kenapa tiba-tiba, mah? Arum kan ingin menganggur dulu."

Astaga, orang tua mana coba yang secara mendadak menyuruh anaknya untuk melamar pekerjaan. Bahkan sampai sekarang gue belum menyiapkan CV dan berkas-berkas lainnya. Karena memang rencananya setelah lulus kuliah gue mau menganggur dulu. Gak ada niatan buat lanjut S2 apalagi kerja!

"Gak ada kata menganggur. Kamu mau lanjut S2 atau kerja pilih salah satu!"

Lanjut S2? Big no. Sama skripsi aja gue udah muak, apa lagi tesis! "Iya-iya, Arum pilih kerja. Tapi Arum gak ada persiapan apa-apa, mah."

"Kalau gitu cepat siapin sekarang! Mamah gak mau tau, pokoknya hari ini juga kamu harus melamar kerja di sana!"

***

Dan di sini lah gue sekarang, di depan gedung Lee Corporation sesuai permintaan mamah tercinta. Duh, lope lope deh buat mamah.

"Kak, lu yakin ini tempatnya? Ini bukan mall kan? Kok pakaian lu gak formal banget, sih?" tanya adek gue, Jung Sungchan.

Buat kalian yang heran kenapa pakaian gue gak formal itu memang karena gue gak niat sama sekali buat lamar kerja. Jadi wajar aja adek gue mandang gue aneh.

Kaos oblong ditambah kemeja gak dikancing serta celana jeans kurang bahan dan sepatu kets warna nyentrik, itu lah ootd gue hari ini. Apa ada orang di luar sana yang lamar pekerjaan di perusahaan ternama tapi pakaiannya seperti gue? Berarti gue harus sungkem sama dia karena dia panutan gue.

"Bener kok ini tempatnya. Doain gue biar gak diterima ya, dek? Bye, Sungchan." Gue langsung keluar dari mobil saat itu juga.

"Ck, dasar Jung Areum si kakak aneh," batin Sungchan lalu menjalankan kembali mobilnya.

Gue memasuki perusahaan ternama ini dengan percaya dirinya. Semua orang menatap gue aneh tapi maaf saja gue orangnya bodo amatan. Toh gue ke sini gak niat sama sekali. Paling mereka yang lihat gue aneh cuman hari ini aja. Besok gue gak akan datang lagi kan ke sini?

"Maaf mengganggu waktunya pak. Saya ingin melamar pekerjaan di sini, kira-kira saya harus ke mana ya, pak?" tanya gue ke seseorang yang bertampilan super duper rapih. Ah, sepertinya dia salah satu karyawan. Hampir semua karyawan di sini pakaiannya rapih dan formal.

"Kamu ingin melamar kerja di sini? Dengan tampilan yang seperti ini?"

Ayo lah pak, tinggal kasih tau saya harus kemana aja apa susahnya sih! Gak perlu basa-basi yang bikin gue makin lama di perusahaan ini, cih. "Maaf pak, kalau ada orang yang bertanya jangan balik bertanya. Tidak sopan."

Orang itu menyeringai dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Ayo ikut saya. Kebetulan saya mau ke sana, dan tolong jangan panggil saya pak, saya masih muda!" bentak orang itu.

Gue mengernyitkan dahi, bingung. Sangat bingung dengan keadaan sekarang. Kenapa dia yang marah? Terus kalau gue gak boleh manggil pak, gue harus manggil apa? Kan gue gak tau namanya... Gue berusaha menghilangkan semua pikiran itu dan sedikit berlari menyusul dia yang posisinya udah agak jauh dari gue. Sialan banget memang orang itu, bukannya tungguin malah tinggalin.

Gue mengekori si bapak banyak gaya ini, entah gue ditipu atau gimana yang jelas dari tadi gue dibawa keliling kantor. Hampir semua tempat di kantor ini gue kunjungi sama si bapak banyak gaya tapi ga kunjung juga gue sampai di tempat untuk lamar kerja.

"Pak, masih jauh?" Batas kesabaran gue udah habis. Dikira gak capek apa keliling kantor yang luasnya luar biasa ini. Beruntung gue pakai sepatu kets. Coba aja kalau gue pakai sepatu hak tinggi, udah keburu nyeker kali saking ga kuatnya.

"Dikit lagi sampai," jawabnya datar, sedatar wajahnya. Dia menekan tombol lift dan gak lama pintu lift terbuka. Gue pun sama dia masuk ke dalam lift yang kosong. Sebelum pintu lift tertutup rapat, gue dapat melihat orang-orang di luar sana ngelihat gue syok.

Bapak banyak tingkah ini menekan tombol lantai paling atas. Selama di dalam lift, suasana sangat hening. Gue males ngomong jadi lebih milih diem. Kalau dia gak tau deh, ora urus. Tapi kalau dia ngajak ngobrol pasti gue respon kok. Setidaknya gue masih mau menghargai orang-orang walaupun terkadang mereka yang gak mau menghargai gue.

Pintu lift terbuka. Lagi-lagi gue mengekori dia. Lama-lama gue terlihat seperti anak ayam yang gak mau jauh dari induknya.

"Selamat sore, tuan. Apa ada yang tertinggal? Mengapa tuan kembali lagi?" tanya seorang karyawati itu dengan sangat sopan.

"Ya, dia tertinggal untuk di interview. Berhubung saya baru sampai lobi jadi saya balik lagi," jawabnya sambil mengarahkan ibu jarinya ke belakang, yaitu ke gue.

Sebentar, tadi gue ga salah denger kan? Tuan? Maksudnya? Aduh, firasat gue buruk.

"Ayo masuk, kok malah diam? Katanya mau lamar kerja di sini," ajak si bapak yang sudah berada di dalam ruangan... CEO?!

Gue membulatkan mata, ga percaya sama yang gue baca sekarang. Gue ga salah lihat kan? Di depan pintu itu tertera tulisan 'CEO's Room' dan dia dengan santainya masuk. Berarti dia itu...

"Hey, waktu saya gak banyak. Cepet masuk." Gue mengerjapkan mata dan segera masuk ke dalam ruangan... dia, maybe?

"Duduk di situ," titah dia yang langsung gue turuti. Fix, berarti orang aneh yang sedari tadi gue sebut bapak stres ini si pemilik perusahaan ini. Mati gue.

Bentar bentar bentar. Loh, ngapain gue takut? Kan gue memang gak mau kerja di sini. Yakin sih gue bakalan ditolak, xixixi.

"Sebelumnya perkenalkan, saya Mark lee selaku ceo Lee Corporation. Waktu saya sedikit jadi saya akan langsung aja. Mana CV kamu atau berkas lainnya?"

Gue menyilangkan kaki dan tersenyum ke arahnya. Hilang sudah semua sikap sopan santun yang diajarkan orang tua gue. "Gak ada, pak, hehe."

"Oh my God. Are you serious about working here?"

"Sorry, Sir. You can see for yourself from my appearance, right?"

"Then what are you applying here for?"

"I don't know. It looks like i got lost."

"Baik. Kamu diterima."

"Apa?!"

Dia lagi gak dalam pengaruh alkohol kan? Bahkan dia belum menanyakan data diri gue sama sekali dan langsung menerima gue? Astaga, ternyata ada juga ceo konyol di dunia ini.

"Saya tertarik sama kamu. Ah, sebelumnya siapa namamu? Apa bisa memberitahu saya sedikit tentangmu?"

Hahahaha. Lucu sekali. Kok ada ya orang yang diterima dulu baru memperkenalkan dirinya belakangan. Siapa? Ya gue!

"Saya Jung Areum, mudahnya dipanggil Arum. Saya rasa itu saja yang penting," jawab gue seadanya.

"Ck, you're really interesting huh. Baiklah kalau gitu mulai besok kamu bisa langsung kerja disini, jadi Asisten pribadi saya," katanya lalu keluar dari ruangan ini.

Asisten? Pribadi? Satu kata untuk dia, Sinting! Gue belum menyetujui pekerjaan gue dan dia langsung pergi keluar. Holy shit!

avataravatar
Next chapter