1 Episode 1

"Terima kasih, Kakak. Akhirnya aku bisa bertemu Jin Oppa!"

Wanita berusia dua puluh delapan tahun yang sedang kupeluk mengembangkan senyum lebar. Senyum menyenangkan khas kakak.

"Tidak perlu berlebihan. Akan kulakukan apapun demi bidadariku yang paling cantik."

Aish, Kakak terus saja memuji meski aku sudah sebesar ini. Choi Ji Hyun, saudaraku satu-satunya baru saja memberikan hadiah luar biasa untuk ulang tahunku yang ke 23. Sebuah tiket untuk pergi ke fan sign BTS, idol grup kesayanganku.

"Selamat ulang tahun, Hyun Ji. Terima kasih sudah jadi adik yang luar biasa. Kuharap kau akan selalu jadi adikku di kehidupan manapun."

Aku memperat pelukan, menyandarkan kepala pada bahu Kak Ji Hyun. Aku juga selalu mengharapkan hal yang sama. Entah berapa kali pun aku kembali dilahirkan, aku tetap ingin jadi Choi Hyun Ji.

"Terima kasih sekali lagi, kakak."

***

Akhirnya hari dimana aku bisa bertemu dengan biasku tiba! Sejak pagi senyumku tidak pernah lepas, seluruh dunia terlihat berkilau dan penuh warna. Setelah lima tahun menjadi fans yang tidak pernah memiliki kesempatan melihat mereka secara langsung, akhirnya datang waktu dimana aku bisa menyaksikan ketampanan mereka.

"Kau sudah sampai di tempat fan sign?"

Haah ... padahal baru lima menit yang lalu lelaki ini menanyakan keberadaanku lewat telfon, sekarang dia menelfon lagi untuk menanyakan hal yang sama.

"Aku sedang menunggu Bus. Ayah, haruskah kau menelfon setiap lima menit sekali? Aku ini bukan lagi bayi," ujarku seraya memberengut.

"Tapi ini pertama kalinya kau pergi ke tempat ramai sendirian. Bagaimana kalau kau tersasar lalu hilang?"

Berlebihan seperti biasa. Ayahku adalah lelaki paling overprotektif di dunia, apalagi denganku yang katanya sangat lemah.

"Busnya sudah datang, nanti kutelfon lagi ya?"

"Baiklah, hati-hati. Aku mencintaimu."

Panggilan ditutup setelah lelaki itu mengatakan kalimat yang selalu ia katakan setiap hari. Ayahku adalah lelaki paling overprotektif di dunia, tapi aku menyukai sifatnya itu. Aku adalah anak paling beruntung di dunia, memiliki orangtua yang baik dan selalu memberikan kasih sayang berlimpah.

Hari ini cerita hidupku akan lebih sempurna. Bertemu dengan bias bagi seorang fans adalah penyempurna kehidupan. Lagi-lagi bibirku mengembang lebar.

Keadaan bus yang cukup lengang membuatku memilih duduk di bangku paling belakang. Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit untuk sampai di pemberhentian yang kutuju.

Aku membuka resleting ransel untuk mencari headset saat mataku menemukan sebuah buku di dalamnya. Aaah ... novel fantasi kerajaan yang baru selesai kubaca beberapa hari lalu kenapa ada di ransel ini? Padahal kakak kemarin bertanya karna belum membacanya.

Aku suka membaca novel berbagai genre sebagai hiburan selain mendengarkan musik idolaku, dan novel fantasi ini memiliki alur cerita yang cukup bagus dengan akhir membahagiakan bagi Hero dan Heroinnya. Karakter tokoh utama wanita yang lembut, anggun, baik hati namun tidak lemah. Dia bisa menyelesaikan berbagai masalah yang menimpanya dengan sempurna tanpa menyakiti perasaan siapapun, meski dia tahu yang melakukan berbagai kejahatan padanya adalah kakak kandungnya sendiri.

Akhir yang membahagiakan untuk kedua pemeran utama dan hukuman setimpal untuk pemeran antagonis yang sejak awal tidak kusukai. Aku tidak suka dengan kejahatan ataupun orang-orang yang melakukan kejahatan. Yaah bisa dibilang sifatku ini mirip dengan pemeran utama wanita yang ada dalam novel.

TIIINNN ... TIIINNN

Keributan yang tiba-tiba terjadi membuatku mendongak, menatap orang-orang yang mulai berteriak histeris. Apa ini? Sekelilingku terasa berputar dan nyeri di sekujur tubuh ketika tiba-tiba bus yang kutumpangi terbalik dan berputar beberapa kali.

Pandanganku buram, semua terlihat berwarna merah. Aku tidak tahu mana yang lebih mengerikan, darah yang mengalir dari sekujur tubuhku atau tangisan orang-orang di sekitar. Kenapa tiba-tiba seperti ini? Bukankah seharusnya hari ini hidupku menjadi lebih sempurna?

Sakit. Nyeri. Perih. Tubuhku tidak bisa bergerak, tapi entah bagaimana ranselku yang terbuka ada tepat di depanku. Light stick dalam ranselku menyala entah bagaimana caranya, memperlihatkan warna ungu yang menjadi ciri khas fans club kami.

Semua terlihat semakin gelap, nafasku tercekat. Apakah ini yang namanya sekarat? Ayah, Ibu, Kakak, aku tidak akan mati dengan cara seperti ini kan? Setidaknya izinkan aku membahagiakan kalian dulu, dan beri kesempatan padaku untuk bertemu Jin Oppa. Hahha ... dalam keadaan begini aku masih saja memikirkan idolaku.

Gelap. Menakutkan. Aku berada di tempat asing yang tidak kukenal. Inikah jalan menuju akhirat?

"Tuan Puteri!"

Hmm? Apa itu? Aku mendengar suara seseorang. Siapa?

"Tuan Puteri, bangunlah!"

Aku juga ingin bangun, tapi mataku tidak bisa terbuka.

"Tuan Puteri Zanitha!"

Deg!!!

Pandanganku berputar ketika membuka mata secara tiba-tiba, suasana terang membuat kepalaku terasa lebih pusing.

"Nona, kau tidak apa-apa?"

Seorang wanita dengan pakaian hitam-putih ala pelayan adalah hal pertama yang kulihat dengan jelas. Raut cemas menguasai garis wajah wanita itu. Siapa dia? Aku dimana?

Ayah, Ibu, dan kakak ada dimana? Bagaimana dengan kecelakaan busnya? Apakah hanya mimpi? Lalu sekarang aku berada dimana? Ruangan ini terasa asing sama sekali.

Ruangan besar yang didominasi warna merah muda dengan hiasan berkilau serta bunga-bunga segar dan cantik, terlalu mewah untuk ukuran sebuah kamar. Langit-langit ruangan juga dipenuhi lampu-lampu kecil berbentuk bintang dengan lampu hias besar di tengah.

"Nona, apa kau mimpi buruk?"

Aku kembali memperhatikan wanita asing yang sedang duduk di ranjang, menatapku dengan raut khawatir.

"Ya," jawabku pelan. Tenggorokanku terasa perih. Mimpi mengalami kecelakaan merupakan mimpi buruk, kan? Lalu sekarang dimana Ayah dan Ibu?

"Sekarang sudah tidak apa-apa?"

Aku hanya bisa mengangguk.

"Syukurlah kalau begitu. Sejak tadi Nona terus mengigau tidak jelas, aku jadi khawatir." Wanita itu tersenyum lembut, terlihat cantik dan tulus. "Sekarang sudah pagi, sebaiknya Nona bangun dan bersiap. Hari ini gaun pengantin Nona akan datang."

Eeeh? Gaun pengantin katanya? Aku tidak mengerti sama sekali dengan yang dikatakan wanita itu.

"Apa maksudmu? Dimana ayah dan ibu?"

Wanita berambut hitam dicepol itu sedang membuka gorden, membiarkan sinar matahari menerobos masuk. Keningnya mengernyit ketika menatapku.

"Nona menanyakan keberadaan Yang Mulia Raja dan Permaisuri? Ini tidak seperti Nona Zanitha yang kukenal. Tapi mereka akan berada di ruang makan seperti biasa."

Wanita itu kembali tersenyum dengan ceria. Apa dia baru saja memanggilku Nona Zanitha? Aku semakin tidak mengerti.

Tubuhku secara otomatis bangun dan melangkah turun, berniat mendekati wanita berambut hitam yang kini tengah membuka gorden di jendela lain.

Deg! Langkahku terhenti ketika secara tidak sengaja melewati cermin besar di dekat ranjang. Rambut panjang terurai berwarna cokelat muda, bola mata sewarna zamrud, hidung mancung, bibir mungil dan wajah cantik bagai boneka yang kulihat di cermin bukanlah tubuhku.

Wajah ini ... kenapa sama persis dengan tokoh antagonis dalam novel yang kubaca waktu itu? Aku tahu wajah Puteri Zanitha karna ada di cover depan novel, berdampingan dengan pemeran utama wanita. Lalu bagaimana mungkin aku berada dalam tubuh Puteri Zanitha?

Apa sekarang aku sedang bermimpi? Jadi yang mana kenyataan dan yang mana hanya mimpi?

Ayah, Ibu, Kakak, tolong aku!!!

avataravatar
Next chapter