webnovel

Ciumanmu Sama sekali Tidak Bergairah

Selamat membaca

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Hotel Grand Elty

Toilet

Tautan terpisah dengan kecipak merdu. Meskipun tautan yang berjalan erotis itu sudah berpisah, nyatanya dua bibir itu masih berada dalam jarak 3 cm dengan napas hangat saling beradu.

"Manis," bisik si pria—Kendrick dengan nada sensual, sebelum kembali mengecup sekilas bibir ranum wanita di depannya yang hanya mampu menyeringai.

"Sepertinya kamu memang sengaja mengintaiku, Tuan."

Sindiran yang super percaya diri, tapi Kendrick balas seringai dan juga tatapan menantang dari si wanita—Liliana dengan biru menghunus tepat di brown itu.

"Hn, kamu menyadarinya?"

"Tentu saja. Tapi sayang…," sahut Liliana sengaja menggangtung kalimatnya, saat pria di depannya ini menatapnya sedemkian rupa.

Kendrick mengangkat sebelah alis saat mendengar ucapan menggantung dari Liliana, apalagi wajah wanita itu juga maju dan berhanti tepat di telinganya.

"Sayang sekali, ciuman itu tidak ada apa-apa. Sama sekali tidak membuatku ber-ga-irah, fuuuhh."

Liliana berbisik dengan suara parau, belum lagi dengan tiupan udara hangat yang disengaja di telinga pria yang terdiam seketika. Ia bahkan tersenyum manis setelah menarik kembali wajahnya, kemudian dengan sengaja pula menelusuri pipi mulus itu seduktif.

"Anggap saja yang tadi balasan untuk malam itu, heum. So…, sampai jumpa di meja makan, Tuan Kend-rick," lanjutnya seraya mengedipkan sebelah mata dan meninggalkan bilik toilet, tempat yang tidak akan ia datangi lagi seumur hidupnya jika ke hotel ini lagi tentunya.

Untung sudah tidak ada orang, batin Liliana sebelum meninggalkan toilet dengan langkah dan raut wajah biasa.

Blam!

Pintu tertutup, menyisakan seorang pria yang masih terdiam dan menatap pintu tertutup dengan seringai yang justru semakin lebar.

Astaga…

Kekehan tidak bisa ditahan, hingga telapak tangannya sampai terangkat menutupi bibirnya sendiri.

Kendrick seakan mendapatkan warna baru dalam hidupnya. Sepertinya, mama dan papanya akan segera melakukan sujud syukur setelah ini, karena ia mulai tertarik dengan seorang mahluk Tuhan bergender betina.

Rasa gemas seketika menguasai dirinya, kala mendapat cemoohan akan apa yang dilakukan mereka beberapa saat lalu.

Heh…, wanita itu bilang tidak bergairah, siapa yang ketagihan bahkan sampai merangkulnya?

Wanita keras kepala, aku akan buat kamu menarik kembali kata-katamu sebentar lagi, batin Kendrick dengan janjinya.

Beberapa saat kemudian….

Empat orang terlihat berdiri di teras, dengan salah satunya si pengelola hotel yang kini tersenyum kepada dua wanita di depannya.

Makan siang mereka berjalan lancar, dengan obrolan ringan yang tercipta dari dua mereka yang cerewet ketimbang dua lainnya. Sebenarnya tidak juga sih, karena dua yang lainnya lebih memilih berkomunikasi melalui tatapan.

Seperti saat ini, ketika dua yang lain Albian dan Anya terlihat dekat dengan obrolan ngalor-ngidul, Liliana dan Kendrick justru adu pelototan, seakan si pria ini tidak menyerah sudah dicemooh oleh si wanita.

Kalau pria lain yang dicemooh aktivitas dewasanya tidak menarik, mungkin pria itu memilih untuk mengabaikan dan marah kepada si wanita. Namun tidak jika itu Kendrick, ia justru semakin bersemangat ingin mengerjai Liliana yang kini menatapnya dengan sudut bibir terangkat, sinis.

"Kalau begitu kami permisi, Bian. Terima kasih untuk jamuan makan siangnya, lain kali biar kami yang belanjakan," ucap Liliana saat Albian turut membawanya dalam obrolan sambil menunggu mobilnya diambil oleh parkir valet.

"Wah! Benarkah? Kami tunggu loh ajakan makan bersamanya lagi. Bukan begitu, Ken?" sahut Albian antusias seraya menyenggol lengan sahabatnya yang mengangguk kecil.

"Hn."

Liliana tersenyum kecil melihatnya, kemudian menoleh kepada asistennya yang mengangguk kecil.

"Mobilnya sudah datang, terima kasih sekali lagi Bian dan…, Tuan Kendrick," timpal Liliana sengaja memanggil nama pria terakhir disertai senyum miring yang disembunyikan dengan baik.

"Hati-hati di jalan, Lili. Ah! Anya juga, jangan lupa ya," wanti Albian, menatap asisten Liliana ini dengan senyum memikat.

Anya tentu saja segera mengangguk semangat ketika mengerti apa yang dikatakan oleh Albian. Ia bahkan segera mengingat obrolan mereka sebelum Liliana datang, juga Kendrick yang datang dengan raut wajah semringah.

"Tentu Bian!"

Setelahnya, dua wanita ini menuruni anak tangga teras menuju mobil yang terparkir di depan mereka, meninggalkan Kendrick dan Albian yang berbisik lirih, mengejek sahabatnya yang menampilkan ekspresi aneh, menurtunya.

"Jadi, apa yang kamu lakukan saat menerima panggilan tadi, ehem…."

Kendrick yang mendengar bisikan itu tidak langsung menjawab, melainkan menoleh hanya untuk mengirim seringai dengan lidah yang menjilati bibirnya sendiri seakan mengingat.

"Yang pasti rasanya lebih manis," jawab Kendrick ambigu, sebelum ikut meninggalkan Albian yang membuka mulutnya dengan kedipan mata seakan tidak percaya "Sudah ya, aku cabut dulu," lanjutnya sambil melambai tangan tanpa membalik tubuh.

Albian yang akhirnya sadar dari rasa kagetnya terkekeh kecil, mengumpati kelakuan sahabatnya yang berbeda dari hari kemarin.

Ah! Sepertinya sahabatnya itu mulai tertarik sama lawan jenis dan ini harus dirayakan dengan besar-besaran.

Woyajelas, lah wong si Kendrick ini sudah lama tidak tertarik dengan wanita semenjak kejadian itu, kejadian yang tidak perlu lagi diingat.

"Mereka harus tahu kejadian ini. Ck-ck-ck…, Liliana ya. Untung saja aku segera sadar jika sahabatku lebih dulu tertarik denganmu," gumam Albian seraya menggelengkan kepala tidak habis pikir.

Ia pun membalik tubuhnya berniat kembali ke dalam dan melanjutkan pekerjaannya. Ia juga membalas sapaan, sebelum akhirnya memasuki lift yang pintunya kebetulan terbuka.

Ting!

"Tapi, asistennya juga lumayan sih tidak kalah hot sama Bosnya," imbuhnya dengan kekehan kecil.

***

Kembali pada Liliana dan Anya yang kini ada di dalam mobil. Keduanya setelah ini akan ke tempat lainnya, tepatnya ke rumah seseorang penting untuk pemesanan desian khusus.

Liliana yang menyetir tidak bisa untuk tidak bertanya kepada asistennya, yang beberapa saat lalu bertingkah aneh dengan seorang pengelola hotel.

Bukannya apa, ia hanya takut jika temannya ini mulai tertarik dalam artian dan nantinya disakiti. Setahunya, tipe pria seperti dua pria yang mereka ditemui beberapa saat lalu itu adalah tipe bebas alias tidak terikat.

Liliana hanya tidak ingin asis- ah! Sahabatnya ini berkenalan dengan perasaan dibawa serta. Ia memilik pengalaman buruk tentang sebuah perasaan dan ia tidak mau hal yang dialami menimpa sahabatnya ini.

"Oy! Kamu sama Tuan Anggara tadi ngomongin apa saja? Kenapa bisa kalian terlihat akrab seperti itu?" tanya Liliana tanpa susah payah berbasa-basi.

Baginya, ngomong saja apa adanya, dah beres.

Anya yang ditanya sontak menoleh dan memberikan cengiran mencurigakan, belum lagi kekehan yang terdengar renyah seakan memperlihatkan rasa senang tak ditutupi.

He-he-he..

"Apa sih," imbuh Liliana penasaran tingkat lanjut.

"He-he…, tadi itu kami ngobrol biasa kok. Tapi, ya gitu Lil, dia minta nomor aku dan minta ketemuan di luar urusan kerjasama," jelas Anya setelah terkekeh.

Ya…, meskipun tidak bisa dibilang penjelasan karena Anya menjawab dengan kata 'ya gitu'. Namun untunglah Liliana bukan seseorang yang polos dengan jawaban itu.

"Lalu, bagaimana?"

"Lalu…"

Bersambung

Next chapter