webnovel

Bertemu Lagi

Selamat membaca

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Hotel Grand Elty

"Oy! Apa aku ganggu?" tanya si tamu kepada si empunya ruangan yang menggeleng, namun aneh sekali kenapa ada seringai mencurigakan terulas.

"Tidak juga. Tapi…"

"Tapi apa?" sahut si tamu cepat, mengangkat sebelah alis saat merasa curiga dengan ekspresi yang ditampilkan temannya.

"Tapi ada yang seru di luar," tukas si empunya ruangan dengan seringai semakin lebar.

"Apa sih?"

Dan jawaban sama sekali tidak didapat, justru seretan yang membuat si pria ini menggerutu karena dibawa ke sebuah lobby hanya melihat banyak orang berlalu lalang.

"Lah! Mana wanita itu?"

"Wanita apaan dah!?"

Sementara dua pria yang sedang bingung mencari seorang wanita, di ruang meeting sendiri ada seorang wanita—Liliana yang kini sudah duduk nyaman bersama Anya, juga seorang asisten yang mengatakan sang Bos akan menyusul.

Saat ini, Liliana dan Anya sedang mempersiapkan bahan meeting, tepatnya desain contoh yang mereka bawa untuk nantinya dipilih oleh kliennya hari ini.

Kemudian, di saat mereka sedang menunggu sambil berbincang basa-basi dengan asisten si pengelola hote, terdengar pintu terbuka dan dua orang pria memasuki ruangan itu.

Ceklek!

"Bos," sapa si asisten kepada si pria yang masuk.

Awalnya, pria yang dipanggil Bos ini hanya mengangguk dengan wajah biasa, sebelum menatap seorang wanita yang duduk dan balas tatapannya dengan kening berkerut.

Aku seperti pernah melihatnya, batin si wanita—Liliana.

Liliana juga sontak menoleh ke arah pria satunya, yang kini disenggol manja oleh pria yang dipanggil Bos, hingga akhirnya seorang yang disenggol itu menoleh dan menatap Bos dengan ekspresi bertanya.

"Apa?" tanya pria yang disenggol, seraya memasukan kembali handphonenya ke dalam saku jas.

"Lihat itu," bisik si pria Bos melirikkan netranya dan ia pun ikut melirik, meskipun dengan kernyitan di dahi yang perlahan berubah menjadi seringai tatkala birunya bersitatap dengan iris coklat bening itu.

Ya, coklat bening yang menatapnya dengan bibir terbuka, jika saja Anya tidak segera menyenggolnya.

Shit, apa-apaan ini.

Liliana yang sadar segera membawa wajahnya menghadap samping, dengan bibir komat-kamit merutuki nasib sialnya.

Upil gajah, kenapa bisa seperti ini. Ya Tuhan, semoga mereka tidak mengenali wajah cantik paripurnaku, batin Liliana masih sempat bernarsis ria.

Kembali Liliana merutuki nasib sial dalam hati, sebelum akhirnya mengubah raut wajah menjadi biasa dengan senyum manis terulas dan juga hembusan napas diam-diam.

Jadi siapa pria ini?

"Bos! Ini Nona Liliana, pemilik butik Lilscarl yang akan mendesain seragam tahun ini," ujar seorang asisten—Dika kepada sang Bos yang wajahnya sudah terlihat sekali semringah.

"Dan Nona Liliana, ini adalah manager kami, Tuan Albian," lanjut Dika kali ini menghadap kepada wanita yang dipanggilnya Liliana.

Gluek!

Liliana menelan saliva susah payah namun kembali memasang senyum manis professional, kemudian mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan si manager yang menyeringai menggoda ke arahnya.

"Selamat siang, Nona Liliana. Senang berkenalan, semoga meeting hari ini lancar," ujar Albian dengan nada senang yang disembunyikan.

"Selamat siang, senang berkenalan dengan Tuan Albian."

Ya, pria yang saat ini berjabat tangan dengan Liliana adalah Albian, tepatnya Albian Anggara. Sedangkan pria yang disenggol ini masih diam, namun tidak dengan tatapannya yang menelisik dan memandangi Liliana penuh minat.

"Ah! Dan ini sahabat saya, perkenalan Kendrick. Iya kan, Ken?" lanjut Albian mengirim kerlingan bermakna tersirat, kepada pria yang balas kerlingannya dengan senyum miring disembunyikan baik.

Ya, Kendrick adalah pria yang disenggol oleh Albian.

Ah! Ken sungguh tidak menyangka keputusannya ikut ke ruang meeting ternyata benar. Meskipun sempat menolak saat diajak, tapi paksaan Albian ternyata membawa berkah juga.

Ia juga mengingat saat mereka masih di ruangan Albian, yang mengatakan melihat seseorang di lobby dan mengajaknya melihat seseorang itu.

Yes buddy, dua pria yang ribut ini adalah Albian yang kaget melihat wanita di bar—Liliana, kemudian mengajak Kendrick untuk melihatnya di lobby namun tidak ketemu.

Ck-ck-ck, Man…

Albian sampai menelan saliva, saat melihat penampilan super dan lebih jelas wanita yang sudah memperjakai bibir sahabatnya.

Pffft…, sahabatnya akan mengamuk kalau ia memberitahu aib ini kepada umum.

Di saat ia dan teman lainnya sudah menjelajahi serambi lempit di luar sana. Sahabatnya ini justru menolak wanita yang datang, dengan menatap tajam serta lidah tajam nan sarkas mencibir para wanita.

Sungguh, kalau Albian yang menjadi Kendrick, ia sudah memanfaatkan rupa memikat itu untuk menggaet ribuan dinding berlumut di luar sana.

"Hn, Kendrick," ujar Kendrick singkat, beda dengan isi hatinya yang sudah ingin tertawa saat melihat wajah pias Liliana yang tersenyum kaku, baginya.

"Salam kenal, Tuan Kendrick," sahut Liliana dengan helaan napas diam-diam. Ia bahkan sampai mengucap syukur, saat ternyata pria di depannya tidak mengenali wajahnya, menurutnya.

Lilian juga menghadap ke arah sang asisten, yang ikut mengulurkan tangan saat diperkanalkan.

"Dan ini asiten saya, Anya Romanov."

"Haloo, selamat siang Tuan Albian dan Tuan Kendrick. Senang bertemu Tuan," ujar Anya dengan senyum professional.

"Selamat siang, Nona Anya," sahut Albian dengan pesona buayawan mulai ditebar, sedangkan Kendrick hanya bergumam seraya menganggukkan kepala kecil.

"Hn."

Cih! Apaan itu 'hn'? Seperti bahasa planet saja, dumel Liliana.

Ia melengos saat tiba-tiba Kendrick menatapnya, tangannya bahkan menyematkan anak rambut sebagai pengalihan sebelum akhirnya kembali menatap asisten Albian—Dika, yang mengambil alih obrolan mereka.

"Kita mulai meetingnya, Bos?"

"Ya, silakan, Dika," sahut Albian seraya mengangguk kecil.

"Nona Liliana, kita mulai meetingnya. Silakan," imbuh Dika, kali ini mempersilakan Liliana yang ikut mengangguk kecil, kemudian menoleh ke asistennya yang mengerti.

Meeting pun dimulai, Anya yang bersiap dengan laptop dan mouse, sedangkan Liliana sendiri ke depan dan menjelaskan desain yang ditampilkan di layar proyektor.

Sementara, Anya dan dua pria lainnya yang memperhatikan penjelasan Liliana di depan sana. Di tempat duduknya, Kendrick yang mengikuti meeting bukan perusahaannya hanya bisa mendengar dalam diam.

Wajahnya boleh saja terlihat seakan tidak peduli, dengan raut datar layaknya papan white board di kelas. Namun jangan salah, matanya tidak diam dengan memandangi atas sampai bawah penampilan Liliana yang terlihat lebih jelas.

Sungguh, baru ini ia merasa matanya tidak bisa berhenti menatap wanita itu meski sedetik. Kenapa masih saja menelisik, apalagi bagian bibir yang kini sedang bergerak karena si empunya pun sedang berbicara di depan sana.

Netra birunya menatap Liliana lurus, sama sekali tidak teralihkan bahkan saat bisikan dari sampingnya terdengar menggejek.

"Hey dude, liurmu menetes tuh."

"Hell you, shut up, (Sial, diam saja)" desis Kendrick mengumpat jengkel saat bisikan berubah jadi kikikan.

Shit! She's so damn hot.

Presentasi selesai, tepuk tangan terdengar dari mereka termasuk Kendrick yang diam-diam mengulas senyum untuk wanita di depan sana.

Prok! Prok! Prok!

"Terima atas perhatian semuanya."

Di depan sana, Liliana yang selesai menjelaskan desain miliknya membungkukkan punggung sekilas. Meskipun ia dibuat jengkel dengan salah satu pasang mata yang duduk santai di sana, namun begitu tetap saja ia menampilkan senyum manis sebagai penutup.

Netranya berkeliling menatap satu per satu mereka yang melihatnya seraya bertepuk tangan. Kemudian menatap satu di antara mereka dengan kerlingan menggoda, menutupi diri jika hatinya ingin mengutuk dengan sumpah serapah.

Si sialan itu, dia pasti masih mengingatku.

Bersambung.

Next chapter