1 1

     Jeno yang kini terlihat matang tengah duduk di samping Agatha yang tetap cantik walau usia bertambah.

" Selva udah kelas 3 SMA engga akan lama lagi lulus.." terang Agatha lirih begitu penuh beban.

" Bener,  tanggung kalau pindah sekarang.." balas Jeno seraya merangkul Agatha.

" Kita harus gimana? " tanya Agatha begitu resah.

" Memang rencana manusia kadang engga sesuai, aku engga mau anakku kekurangan kasih sayang karena orang tuanya sibuk bekerja tapi kalau kita tidak mengurus perusahaan utama nasib anak kita bagaimana nanti? Selama setahun, kita hanya akan meninggalkan Selva selama itu.." terang Jeno mencoba menenangkan sang istri.

" Tapi_"

Jeno mengecup kening Agatha." Demi kebaikan bersama dan kita engga usah Khawatir, kita minta tolong sama Septian.."

***

Selva merapihkan anak rambut Mesha, adiknya yang terakhir. Usianya masih 1,5 tahun.

" Mesha tidur kak? " tanya Aldo, adik kedua Selva. Usianya hanya berbeda 2 tahun.

Selva yang memang jarang banyak bicara hanya mengangguk.

" Sini biar aku yang tidurin Mesha, kakak di panggil ayah di ruang kerja.." ujar Aldo seraya mengambil alih Mesha.

Selva beranjak lalu berjalan santai menuju ruang Kerja Jeno. Setelah mengetuk pintu Selva pun masuk.

" Oh kak sini.." sambut Agatha yang tengah memijat pundak Jeno.

Selva menutup pintu lalu menghampiri Agatha dan Jeno.

" Ayah mau bicara sama kakak soal perusahaan utama, kakak udah taukan? "

" Iyah.." balas Selva sekenanya.

Agatha menatap Selva yang setiap hari semakin menutup diri dan pemalu itu. Semenjak Aldo hadir di kehidupan rumah tangga Jeno dan Agatha, Selva yang saat itu usia 2 tahun semakin menjadi sosok yang pendiam bahkan sampai saat ini Agatha tidak berhasil membujuk Selva untuk menceritakan semua keluh kesahnya.

" Karena Aldo home schooling dia engga terlalu masalah untuk ikut pindah.." ujar Agatha.

Jeno mengusap anak gadisnya yang semakin cantik itu dengan sayang." Selama satu tahun sekolah kamu tinggal di rumah om Septian dulu ya, kuliah kamu pindah ke bandung nanti.." tambah Jeno.

Selva mengangguk patuh tampa menolak walau pun dalam hatinya dia takut dengan suasana baru.

" Anak baik, kamu selalu baik.." puji Jeno penuh kelegaan.

Agatha mengulum senyum hangat." Makasih sayang.." ucap Agatha seraya mengecup kening Selva tulus.

***

Agatha menarik selimut, di susul Jeno.

" Aku takut.." celetuk Jeno yang sibuk mencari posisi nyaman.

Agatha mendengus geli." Kamu takut tapi eksperinya biasa gitu. Takut apa sih hm? " di usapnya pipi Jeno sekilas.

Jeno menghela nafas." Banyak.." keluhnya.

" Salah satunya? "

Jeno mengecup pipi Agatha sekilas seraya memeluknya." Takut engga bisa tahan serang kamu malam ini.."

Agatha memukul pelan dada Jeno." Mesum kamu ga pernah berkurang! " sebal Agatha dengan kuluman senyum.

Jeno kembali mengecup pipi Agatha." Aku takut aja kelakuan aku dulu. Aku liat Selva udah sebesar itu, waktu terlalu cepet rasanya.." terang Jeno begitu penuh beban.

" Selva akan baik baik aja, kita do'ain yang terbaik aja.."

Jeno mengangguk." Aku mungkin cuma Khawatir aja mau pisah sama anak gadisku " lirihnya lemah.

" Semua akan baik - baik aja.."

" Aku harap begitu.."

***

Septian membuka pintu menyambut Jeno dan Agatha dengan begitu hangat.

" Akhirnya kalian datang, ayo masuk masuk. Di mana Selvanya? " tanya Septian dengan begitu riang.

" Sedang menurunkan dan mencek Barang bawaan.." jawab Agatha ramah.

" Ada sopir? Bawanya di bantu siapa? "

kali ini Jeno yang menjawab." Gadisku sangat mandiri Yan, ga mau di bantu.."

Septian berdecak pelan." Princess ga boleh bawa barang barang berat.." Septian menatap sanga istri yang baru turun." Manuel mana sayang? "

" Bentar lagi turun, baru pulang kuliah ganti baju dulu.." jawab Rita lalu menatap Agatha dan Jeno dengan ramah.

" apa kabar? " tanya Rita seraya cipika - cipiki dengan Agatha kecuali Jeno yang hanya bersalaman.

Kalian pasti bingung kenapa anak Septian lebih dewasa dari Selva?

Karena Manuel bukan anak kandung Septian. Septian di vonis mandul jadi dia mengadopsi anak dari sepupu istrinya yang kebetulan banyak sekali anaknya dan tidak sanggup membiayai hidup anaknya.

Dengan senang hati Septian mengadopsi Manuel dari usia 5 tahun saat itu. Septian pun sangat bersyukur memiliki istri yang setia dan menerima dirinya apa adanya walau awalnya mereka di jodohkan orang tua.

Setelah berbincang - bincang kecil Manu turun dengan setelan santai. kaos oblong hitam dan celana pendek selutut berwarna senada.

" Eh ada om Jeno, apa kabar om? " sapanya seraya bersalaman lalu berpelukan ala bro - bro.

" Baik.."

Manu melirik Agatha." Hallo tante, apa kabar tan? " sapanya lebih ramah.

Agatha menyambut uluran tangan Manu." Baik.." balas Agatha ramah. Dia sangat menyukai Manu, dia begitu ramah sekali.

" Manu bantuin Selva bawa koper, dia mungkin keberatan belum masuk - masuk dari tadi.." kata Septian.

" Oke, Manu keluar dulu om, tan.."

" Makasih ya Nu.. " kata Jeno yang di angguki Manu.

***

Selva menarik koper terakhir dengan nafas terengah, dengan lesu Selva duduk di koper besar itu untuk beristirahat sejenak.

" Cantik banget sih.."

Selva terjengkang kaget untung di tahan Manu dari belakang. Selva menatap Manu dengan masih kaget.

Rona merah perlahan tampak, Selva memalingkan wajahnya seraya menunduk malu.

Selva malas berurusan dengan Manu, laki - laki itu selalu mengganggunya dengan hal - hal mesum. Dulu.

" Udah 3 tahun lamanya kita ga ketemu, makin bening aja kamu.." godanya genit.

Selva menjauh dengan risih." Jangan ganggu.." lirihnya takut.

Manu terkekeh pelan." Masih pemalu, masih takutan juga. Oke! masih tipe aku ternyata.." riang Manu.

Selva mengabaikan Manu, Selva menarik koper terakhirnya menuju teras rumah Septian.

Manu menatap gerak - gerik kesusahan Selva, rona merah di pipinya masih bisa Manu lihat. Menggemaskan pikir Manu.

Karena kasihan Manu pun mengambil alih koper besar itu." Kamu ambil yang kecil.." titahnya.

***

Selva hanya sibuk dengan pemikirannya tanpa ikut berbaur dengan perbincangan Septian, Manu dan Ayahnya.

" Selva mau makan apa? " tanya Rita yang membuat Selva mendongkak.

" Aku apa aja ma.." terang Selva dengan senyum canggung.

Selva masih ingat panggilan yang di minta Rita tempo dulu dan itu sedikit membuatnya canggung.

" Anak kamu masih aja pemalu dari jaman SMP Tha.." ujar Rita gemas sendiri.

" Iyah, tolong titip Selva ya Rit, dia alergi udang sama kacang.."

" Alergi udang? Hampir aku buat itu untung di ganti.." seru Rita penuh kelegaan.

" Iyah, dia bener - bener ga bisa makan kedua itu.."

" Akan aku inget.." yakin Rita lalu menatap Selva lagi." jangan sungkan ya, anggap rumah sendiri.." senyum pun Rita lemparkan.

Selva mengangguk pelan." Iyah ma.." jawabnya pelan.

Selva melirik Manu yang melempar senyum lalu mengedipkan sebelah matanya dengan tatapan mesum.

Selva memalingkan wajahnya lalu berpikir ulang, apa dia harus bisa menolak kali ini? Selva takut Manu macam - macam. Apalagi keduanya sudah sama - sama dewasa.

avataravatar
Next chapter