webnovel

My second life

Luna adalah seorang buronan tingkat internasional, dia merupakan pembunuh bayaran milik mafia yang sangat misterius. Banyak yang telah mati di tangannya, tak peduli itu anak-anak, ataupun lansia. Karena terkenal kejam bahkan dikalangan mafia, ia selalu diincar, hingga suatu hari ia berharap tidak dilahirkan sebagai pembunuh dalam tidurnya, dan ketika terbangun ia sudah berada dalam tubuh seorang gadis 15 tahun bernama Evangeline Luel Frost. Seorang putri duke dari kerajaan Averas yang terkenal polos dan periang, namun ia di jauhi karena sifatnya yang kekanakan, bahkan pangeran mahkota membencinya sehingga para bangsawan mengejeknya. Bagaimana kehidupan Luna sebagai Eva?

embunsenja · Fantasy
Not enough ratings
2 Chs

Prolog

Suasana pagi hari ini sangat muram, langit mendung yang disertai suara sirine ambulans yang sahut-menyahut. Di depan sebuah rumah sakit swasta dipenuhi banyak orang, para polisi serta mobil ambulans yang mengangkut mayat dari dalam rumah sakit. Orang-orang yang menonton proses pengangkutan itu menatap ngeri sekaligus takut, bagaimana tidak.. semalam orang-orang dalam rumah sakit itu dibantai habis bahkan pasien di sertai keluarganya yang tinggal ikut dibantai.

Banyak reporter yang melaporkan dari tempat kejadian, mereka mengerubungi seorang kepala polisi yang memimpin investigasi untuk di wawancara.

Luna menatap datar dari seberang jalan, halaman rumah sakit itu penuh walaupun telah dibatasi garis polisi. Ia menghela napas, melanjutkan langkahnya ke terminal terdekat. Kasus pembantaian itu menjadi viral di media sosial, terlebih ada kasus yang sama sebulan yang lalu, kasus pembantaian di sebuah stasiun televisi sekaligus merekam video teror dari si pembunuh. Apakah tidak ada yang sadar jika pembunuhnya tepat di sebelah mereka? Membincangkan kelakuan mereka sendiri dengan nada ngeri padahal hatinya tersenyum penuh kemenangan? Tentu saja tidak ada yang menyadarinya. Kenapa? Setiap orang terikat suatu hubungan dan setiap orang punya rahasianya sendiri, tidak mungkin dia akan bilang bahwa dialah pembunuhnya, setidaknya raut wajah yang akan berbicara. Pembunuh profesional mengatur mimiknya di depan umum, berbaur dengan natural, bekerja dengan cepat. Tak ada yang sadar jika bisa saja pembunuh itu membantai seisi bus, tapi itu merepotkan. Ada banyak saksi mata bahkan bisa melihat wajah para penumpang dari luar bus, jika pun mau pembunuh itu tak akan membantai dalam bus.

Luna turun di pemberhentian selanjutnya setelah melemparkan jarum tipis dengan sangat cepat menembus leher targetnya dan langsung tertidur, tapi itu bukan jarum biasa, itu adalah jarum yang sangat tipis dan halus serta telah di olesi sebuah racun mematikan yang membunuh dalam hitungan detik. Jarum itu tidak berbahya saat menyentuh kulit tapi bila tertusuk hingga pembuluh maka akan sangat berbahaya. Seperti yang sudah ia lakukan, Luna adalah seorang pembunuh, pembunuh bayaran yang telah membantai seisi rumah sakit swasta pada malam hari dengan sangat cepat.

Luna kini memasuki sebuah rumah mewah di kawasan elit, rumah bertingkat itu bergaya eropa klasik dengan pilarnya, tapi jangan berpikir ini adalah rumah pejabat atau sebagainya, rumah ini adalah rumah milik seorang ketua mafia di negaranya, bahkan seluruh kawasan perumahan elit ini adalah miliknya.

"Datang juga akhirnya." Kata pria paruh baya dari kursi kerjanya saat Luna masuk dalam ruangannya. Pria itu mempersilahkan Luna untuk duduk di sofa dan wanita itu menurut.

"Saya sudah kirimkan bayarannya, itu sangat hebat." Kata pria itu tersenyum riang, Luna mengangguk setelah mengecek pesan di ponselnya, pesan dari Bank bahwa uangnya telah masuk. "Terima kasih." Ucap Luna datar

"Tak perlu berterima kasih, kau pantas mendapatkannya. Oh! Dan untuk bulan ini tidak ada misi untukmu, kita harus memberi pengalaman bagi para pemula di luar sana bukan?" Pria itu menyeringai, Luna yang melihatnya terkekeh pelan. "Yah, akan sia-sia bila mereka tidak mendapat pengalaman secara langsung."

"Kau benar.. nah, apa rencanamu sebulan ini?"

Luna berpikir sejenak, ia punya banyak uang, ia tidak perlu lagi khawatir tidak bekerja selama sebulan bahkan bertahun-tahun, pembayaran setiap misinya saja setara dengan 4 tahun hidup mewah dan Luna telah menjadi pembunuh selama lebih dari 20 tahun.

"Mungkin aku akan pergi liburan, semakin bertambahnya umur semakin banyak aku berpikir." Jawab Luna, pria itu tersenyum. "Baiklah nikmati liburanmu."

Luna mengangguk, ia pamit untuk pulang. Urusannya disini telah selesai.

Liburannya di mulai di rumah, setelah bebersih ia akan bersantai di dapan tv hingga sore. Di umurnya yang telah mencapai 32 tahun itu, kebugarannya mulai menurun, ia kadang berpikir untuk berhenti tapi pekerjaan menyuruhnya untuk melakukan itu sebanyak mungkin, bukannya ia tidak bisa, ia hanya lelah. Saat pertama kali merasakn hal itu, ia mulai menulis surat wasiat jikalau ia terbunuh atau apapun. Memikirkan hal itu membuatnya mengantuk, dengan posisi berbaring di sofa dan tv yang masih menyala, Luna mulai tertidur. Ia berharap jika ada kesempatan, ia akan bekerja untuk melindungi orang yang berharga baginya, apa kesempatan itu akan datang? Luna menyeringai dalam tidurnya, itu akan datang tapi tidak untuk dirinya yang telah menodai tangannya dengan darah ratusan bahkan ribuan orang yang telah ia bunuh. Jikalau datang padanya, ia akan hidup tenang dan sangat bersyukur meski hidup susah sekalipun. Malam itu ia tidak tahu bahwa dalam makanan yang ia pesan telah mengandung racun.

"Nona bangunlah! Kumohon...."

terdengar suara tangis di sampingnya, ia terlonjat kaget, napasnya menderu saat ia membuka matanya.

"Nona! Anda telah bangun... syukurlah..." Seorang wanita memeluknya erat sambil terisak, ia menatap sekeliling. Sejak kapan kamarnya sangat mewah? Di mana ia berada?

"Huhuhu... nona saya sangat khawatir anda tidak bangun setelah jatuh dari tangga..." kata wanita di hadapannya dengan sedikit isakan.

"Jatuh?" Seketika seluruh memori menyerang kepalanya secara tiba-tiba, memori dari seorang gadis muda bernama Evangeline Luel Frost yang terjatuh dari tangga akibat di dorong oleh seorang pelayan. Dan di hadapannya saat ini adalah pelayan pribadi sekaligus orang yang selalu sayang padanya.

"Um.. Nina, bisa ambilkan cermin?" Tanyanya hati-hati. Pelayan setianya sekaligus temannya itu mengangguk, ia mengambil cermin dari meja rias dan memberikannya pada nona yang ia sayangi ini. Sekarang sudah tidak ada lagi orang bernama Luna atau haruskah di katakan bahwa Luna mengambil alih tubuh Eva?

Ia menatap dirinya di cermin, geraian rambut merah gelap yang panjang, mata biru safir yang indah, wajah polos dan cantik. Ini wajah Eva bukan wajah Luna, apa yang terjadi sebenarnya?

"Nona? Anda baik-baik saja?" Tanya Nina khawatir, sebagai jawaban ia tersenyum.

"Ya.. sekarang aku lapar, ada makanan?" Tanya Eva menaruh cermin di sampingnya.

"Saya akan membawa sarapan anda secepatnya nona." Nina membungkuk dan segera keluar dari kamar. Sekarang ia sendiri, mencoba berpikir apa yang terjadi terhadapnya, Luna hanya tertidur di sofa setelah memakan sup yang ia pesan, tapi mengapa ia sudah berada di sini? Luna tersentak saat ia mengingat rasa lain dari sup pesanannya. Ah, dia di racuni. Untuk seorang pembunuh bayaran terkenal, ia di habisi hanya dengan racun dalam makanannya. Dan kemudian ia hidup kembali dalam tubuh Eva, apa ini reinkarnasi? Lalu bagaimana dengan pemilik asli tubuh ini?

[Dia sudah meninggal.]

Ia tersentak mendengar suara bergema di kepalanya itu, Luna menatap sekeliling. "Siapa?"

[Aku? Aku yang membawamu ke dunia ini Luna, kau sempat berharap bila ada kesempatan kau akan melindungi orang-orang bukan? Kau tak perlu tau siap aku.] suara itu kembali terdengar dalam kepalanya, ia menghela napas untuk menenangkan diri. "Lalu, kau mengabulkannya? Apa kau itu Dewa?" Saat bertanya seperti itu suara dalam kepalanya tertawa riang.

[Anggap saja seperti itu.]

"Lalu apa yang harus ku lakukan?"

[kau sangat tenang untuk menerima fakta bahwa kau bukan di duniamu yang biasa sekarang..]

Luna mengangkat bahu tak peduli. "Seperti ituah aku."

[Nah, dengarlah baik-baik.. kau kirim ke sini untuk merubah hidup Evangeline, kau pasti tahu apa yang terjadi, pokoknya nikmati saja hidupmu disini walaupun akan sangat sulit. Aku tau kau sangat tajam, itulah mengapa aku tidak menghapus ingatan aslimu. Mulailah hidup baru sesuai harapanmu, setidaknya wujudkan saja.]

Suara itu sudah tidak terdengar lagi meski ia memanggilnya beberapa kali. Maka sudah di putuskan ia akan hidup sebagai Evangeline Luel Frost.