webnovel

My promise

Warning! 21++ konten mengandung adegan dewasa dan kekerasan, harap bijak dalam memilih bacaan! "kamu mau pergi meninggalkan ku disini?" tanya seorang gadis kecil berusia 5 tahun, matanya mulai berkaca-kaca. "Ya, aku akan pergi..tapi suatu hari, aku pasti kembali untuk mencarimu!" jawab seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dengan yakin. "Benarkah?! berjanjilah nik.." ucap gadis polos itu sambil menujukkan jari kelingkingnya. "Janji! selamanya kita tetap bersama! tunggulah aku mil.." jawab anak laki-laki itu sambil menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking gadis manis di depannya. Janji sepasang anak kecil yang masih naif belum mengerti kerasnya kehidupan, keduanya berasal dari sebuah panti asuhan yang sama. Namun, naas keduanya terjebak di antara dendam dua buah keluarga. ***** Akankah waktu mempertemukan mereka? Dapatkah mereka bersama untuk memenuhi janji itu? Atau sang takdir memiliki rencana lain untuk keduanya? Hanya waktu yang mampu menjawabnya

lusy_gunadi · Urban
Not enough ratings
201 Chs

chapter 23

Happy reading,

Malam ini di takdirkan terasa sangat panjang untuk dilalui oleh seorang Ritz. Bayangan tubuh Louise yang mulai mendingin, penuh darah berputar bagai kaset di dalam benaknya, sampai saat ini kedua tangannya masih bergetar.

Tidak seorangpun tahu luka yang bersarang di dasar hatinya kini terbuka kembali, rasa panas terbakar menyesakkan dadanya. Membuat Ritz kesulitan menghirup oksigen sehingga ia langsung tergeletak di atas lantai.

Kebetulan saat itu dua orang perawat sedang berjalan di lorong rumah sakit, dan tidak sengaja melihat tubuh Ritz yang terkapar. Mereka langsung menghampiri Ritz dan memberikan pertolongan secepatnya kepada Ritz.

09.00 pagi,

Ritz membuka kedua kelopak matanya perlahan, kondisinya sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan tadi malam, pakaian yang dikenakan saat ini sudah di ganti dengan pakaian pasien rumah sakit. Namun ia hanya diam membisu dengan pandangan menerawang ke atas,

Cklek!

Suara pintu terbuka dari arah luar ruangan, langsung membuat Ritz menoleh ke arah sumber suara tersebut. Seseorang yang sudah dikenalnya masuk menghampiri tempat Ritz berbaring.

" Apakah ada keluhan? " tanya seseorang yang baru saja memasuki ruangan itu.

" Bagaimana keadaannya? " tanya Ritz tanpa menjawab pertanyaan Kenta.

" Telat sedikit saja kau membawanya, kita tidak bisa menyelamatkannya! Masa kritisnya telah lewat.. dia kehilangan banyak darah, bersyukurlah persediaan darah saat ini tersedia. Saat ini ia di pindahkan ke ruangan ICU " jawab Kenta dengan jelas sambil menghela nafasnya dengan kasar.

" Kapan dia akan sadar? " tanya Ritz,

" Kemungkinan dua hari lagi, istirahatlah.. kalau perlu sesuatu hubungi aku " jawab Kenta sambil beranjak pergi meninggalkan Ritz.

Kenta memilih menahan semua perkataan yang ingin ia lontarkan terhadap sahabatnya, karena ia tahu saat ini Ritz tidak ingin mendengar apapun selain keadaan gadis itu. Kenta hanya menggelengkan kepalanya pelan saat melihat kelakuan Ritz yang seperti itu. Pada akhirnya cepat atau lambat Ritz akan menyadari perasaannya.

Kenta tahu dari awal Ritz tidak akan mengizinkan wanita manapun untuk mendekatinya. Ritz tidak akan segan - segan menyingkirkan para wanita itu, semuanya berbeda saat Ritz memutuskan untuk membawa Louise pulang ke penthousenya.

Dengan perlahan Ritz beranjak bangun dari tempat tidurnya, Ia melangkahkan kakinya kearah pintu. Ritz ingin menuju ke ruangan tempat Louise di rawat.

Di ruang ICU,

Louise masih terbaring dengan tenang di atas tempat tidurnya, dengan perlahan tangan Ritz terulur membelai pipi mungil milik Louise yang masih pucat, ia mengagumi kecantikan yang ada dihadapannya.

" Jangan melakukan ini lagi! Kau membuatku hampir gila! " bisik Ritz dengan lembut, sambil mendekatkan wajahnya ke arah wajah Louise, kecupan lembut di sematkan oleh Ritz ke arah dahi Louise.

Saat ini Ritz belum menyadari sepenuhnya apa yang ia rasakan terhadap Louise, namun yang ia ketahui, ia tidak ingin kehilangan sosok mungil ini. Sebisa mungkin ia akan terus berusaha menahan Louise untuk terus berada di sisinya.

" Cepatlah bangun Dear.. "

***

Swiss..

" Huft! Akhirnya di izinkan pulang juga " keluh Leo sambil duduk di sofa yang berada di ruang tamu.

" Dasar! Lain kali kalau begini lagi, aku akan meminta dokter menahanmu di rumah sakit sampai sebulan!" seru Livia dengan kesal sambil duduk di samping Leo

" Iya.. iya, maaf " sahut Leo saat melihat wajah wanita kesayangannya memerah karena marah.

" Sebaiknya Kakak istirahat sana di kamar!" ucap Livia masih dengan wajah cemberutnya.

" Ehh! Tapi sekali - kali kalau hanya sparring partner bolehkan?! " celetuk Leo sambil menaikkan sebelah alisnya dengan maksud mengoda Livia.

" Kak!!" pekik Livia emosi

" Duhh!! Aduh! kok berasa sakit yaa! " ringis Leo berusaha beracting agar Livia tidak semakin marah kepadanya.

" Bagian mana yang sakit? Ya udah istirahat di kamar aja " sahut Livia dengan cemas saat melihat Leo kesakitan.

Akhirnya Leo mengalah saat Livia menyuruhnya istirahat di kamar untuk memulihkan luka - lukanya. Semenjak kejadian hari itu Leo dan Davi memutuskan untuk menjadi teman baik, setelah keduanya pulih mereka sering menghabiskan waktu luang untuk beradu pukulan di ruang olaharaga.

Davi juga telah mengetahui apa yang terjadi sebenarnya tentang hilangnya keberadaan Louise. Davi berjanji ia akan ikut mencari keberadaan Louise ke Jepang setelah mereka berhasil menemukan informasi yang akurat.

Davi sendiri sudah menceritakan semua yang terjadi antara dia dan Louise saat masih kanak -kanak kepada Leo maupun Livia. Setelah benar - benar pulih Davi lebih sering datang ke kediaman keluarga Hansel.

" Kapan kita pergi ke Jepang? " tanya Davi penasaran,

" Saat liburan musim dingin." jawab Leo singkat.

" Dua bulan lagi?! kenapa tidak sekarang?? bukankah lebih cepat lebih baik!" tanya Davi heran

" Kau ingin mengorbankan studymu? Pikirkan baik - baik! Aku tidak mau ceroboh untuk kedua kalinya " seru Leo berkepala dingin,

" Aku sudah minta uncle untuk mengurus sisanya " ucap Livia tiba - tiba sambil meletakkan nampan berisi minuman untuk Leo dan Davi.

" hm "

" Bukan hanya seorang hacker belaka, tetapi ia juga berasal dari dunia bawah jadi tidak boleh gegabah!" seru Livia sambil menyerahkan segelas jus jeruk kepada Leo yang langsung disambut baik oleh Leo.

" Baiklah! Hubungi aku jika semua persiapan kalian selesai! Aku harus pergi ke suatu tempat!" ucap Davi sambil meraih jus jeruk yang berada di atas meja lalu meminumnya hingga tandas, kemudian Davi berdiri dari sofa dan mulai melangkah ke luar rumah meninggalkan pasangan itu.

Setelah meninggalkan mansion keluarga Hansel, Davi meluncurkan mobil sportnya ke arah rumah sakit tempat mommynya di rawat.

Ia berharap mommynya dapat segera pulih seperti sedia kala walau ia tahu itu hanya angan- angannya saja.

Cklek!

" Hai, Mom! " sapa Davi sambil tersenyum,

" Hai, gantengnya Mommy " sahut Nyonya Cross dengan lembut,

" Darimana kamu? Kenapa baru datang sekarang? " tanya Nyonya Cross menyelidik.

" Sorry.. tadi mampir kerumah teman dulu " jawab Davi sambil mengaruk kepalanya yang tidak terasa gatal, Ia merasa salah tingkah di hadapan mommynya.

" Teman?? cewek atau cowok?! " cecar Nyonya Cross

" Teman Mom "

" Kok Mommy ngga dikenalin sih? berarti cewek ya? " seru Nyonya Cross

" Lain kali ya mom, bukan cewek tapi cowok Mom.. makanya Mommy cepat pulih dong " ucap Davi yang saat ini duduk di pinggir tempat tidur

" Iihh Mommy sehat gini kok, udah ajak temanmu kesini biar rame, bosen nie Mommy" seru Nyonya Cross sambil cemberut.

" Bukannya dua hari yang lalu Jimmy main ke sini ya, buat nemenin Mommy?! " ucap Davi heran,

" Ehh iya ya.. kapan - kapan suruh kesini lagi ya " jawab Nyonya Cross sambil tersenyum malu

Davi hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah mommynya yang terkadang seperti anak kecil. Sayang sekali pria itu tidak pernah menyadari ketulusan mommy dan melihat tingkah mommy yang terkadang sangat menggemaskan.

Hai, semua! my promise update setiap hari rabu yaa.. jadi jangan lupa tinggalkan Ps dan komentarnya

lusy_gunadicreators' thoughts